Kidung di Kala Sedih
sebab harga diri tak bisa dibeli
biarkan nilai-nilai yang meragukanmu jadi sampah
bakar dan pergi
pasang telinga nyalangkan juga mata
tetapi untuk membaca ayat-ayat-Nya di dunia ini
tak cukup dengan sepasang telinga dan dua biji mata
tetapi bebaskan hati untuk menyaring batu-batu nilai
yang dilemparkan orang lain untukmu
hidup ini memang sulit buktinya: para filsuf
setiap orang pernah berkerut kening karena sedih
terharu atau tertawa karena tiba-tiba merasa lucu
dirinya disebut pahlawan padahal bajingan
setiap menatap diri sendiri dan orang lain
rasanya hidup ini semakin rawan
siapa bisa berhenti menipu orang lain?
kita tidak bisa setidaknya aku pun
aku sering merasa heran bila membaca kembali
kisah-kisah sokrates
yang mati gagah minum racun demi hukum dan kebenaran
dicatat di diktat-diktat filsafat di ensiklopedi
toh kepadanya kita lupa hikmahnya
buktinya: sengkon dan karta
agus menghamili tutik tapi agus minggat
dan bah cu wi yang tak mengijinkan anaknya kawin
dengan jawa
harga diri memang tak bisa dibeli
tetapi kita gampang percaya dan tidak curiga
berhati-hatilah saudaraku.
Solo, 1985
Sumber: Aku Ingin Jadi Peluru (2000)
Analisis Puisi:
Puisi "Kidung di Kala Sedih" karya Wiji Thukul menggambarkan perjuangan individu dalam menjaga harga diri dan nilai-nilai kebenaran di tengah-tengah dunia yang sering kali penuh dengan kemunafikan dan tipu daya. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai yang sejati dan penting dalam hidup.
Nilai Harga Diri dan Kebenaran: Puisi ini menekankan pentingnya menjaga harga diri dan nilai-nilai kebenaran yang tidak bisa dibeli dengan materi. Penyair menekankan bahwa meskipun orang lain mungkin mencoba meragukanmu atau melemparkan nilai-nilai yang meragukan kepadamu, penting untuk tetap mempertahankan nilai-nilai yang benar dan tulus.
Tantangan dalam Menjaga Harga Diri: Puisi ini menciptakan pemahaman tentang tantangan yang dihadapi dalam menjaga harga diri. Penyair menyiratkan bahwa hidup ini penuh dengan godaan untuk berbuat tidak jujur atau menjalani hidup dengan nilai-nilai yang meragukan. Namun, penting untuk tetap kuat dan tidak tergoda oleh nilai-nilai yang tidak benar.
Renungan Pribadi: Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan nilai-nilai dalam hidup dan bagaimana kita berinteraksi dengan dunia di sekitar kita. Penyair mengatakan bahwa hidup ini sulit, dan setiap orang pernah merasakan kebingungan, sedih, atau bahkan tertawa karena kebingungan atau kegilaan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Perbandingan dengan Kisah Sokrates: Penyair menggunakan kisah Sokrates sebagai contoh bagaimana manusia sering kali melupakan hikmah sejati dalam hidup. Sokrates dianggap sebagai pahlawan karena minum racun demi hukum dan kebenaran, tetapi manusia sering kali lupa akan hikmahnya dan terlibat dalam konflik dan ketidakjujuran sehari-hari.
Pesan Akhir: Pesan akhir dari puisi ini adalah untuk berhati-hati dan tidak mudah percaya kepada orang lain atau mengikuti nilai-nilai yang meragukan. Penting untuk menjaga harga diri dan mempertahankan nilai-nilai yang benar, meskipun dalam dunia yang penuh dengan tipu daya.
Puisi "Kidung di Kala Sedih" adalah karya sastra yang mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya menjaga harga diri dan nilai-nilai kebenaran dalam kehidupan. Puisi ini mengingatkan kita untuk tetap kuat dan tulus dalam menjalani hidup, meskipun dunia sering kali penuh dengan godaan yang meragukan.
Karya: Wiji Thukul
Biodata Wiji Thukul:
- Wiji Thukul lahir di Solo, Jawa Tengah, pada tanggal 26 Agustus 1963.
- Nama asli Wiji Thukul adalah Wiji Widodo.
- Wiji Thukul menghilang sejak tahun 1998 dan sampai sekarang tidak diketahui keberadaannya (dinyatakan hilang dengan dugaan diculik oleh militer).
