Membangun Kota Sunyi
maafkan keputusanku, dik: hengkang dari kota gelisah
menyeret sisa-sisa pertemuan. Barangkali ada yang
berharga untuk kujadikan tiang-tiang kesaksian, bahwa
kita pernah bersama. Langit memang telah lama murung
ingin menumpahkan kekesalannya lewat hujan yang dahsyat
ingin menggiring penghuni bumi ke neraka yang paling
pengap, ke kedalaman samudera di mana ikan-ikan hiu
siap meniadakannya. Tapi aku hengkang bukan karena itu
bukan juga karenamu, dik. Aku ingin membangun kota sunyi
dari bongkahan perasaan yang paling akhir, bukan dari
lempengan baja atau sisa-sisa plastik yang terbakar
di sana akan kusapa kenangan dan tangan penuh embun
akan kupelihara potret, sapu tangan dan bajumu
meski tanpa lemari dan harum parfum. Lantas suatu saat
kukirimkan surat padamu bahwa aku tak bisa melupakanmu