Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Serambi Masjid Agung Demak (Karya Gunoto Saparie)

Puisi "Di Serambi Masjid Agung Demak" menyoroti kebingungan akan hilangnya sejarah, aspirasi spiritualitas, dan harapan akan pemahaman yang lebih ...
Di Serambi Masjid Agung Demak


gerimis berjatuhan di halaman masjid
ketika jemaah menyelesaikan salat
selamat malam, demak yang basah
aku pun mencari puing-puing sejarah

hanya sepotong kisah raden patah dulu
kejayaan kerajaan islam nusantara pertama
namun betapa sulit aku memahami rahasia
raibnya kepingan-kepingan kenangan itu

ketika mengalun ayat-ayat alquran
ingin kupeluk tiang tatal penuh misteri
dalam cinta dan kasih para wali
ingin kubersihkan noktah debu di hati

gerimis makin menderas, terus berjatuhan
angin pun mendesir, mendesah di dedaunan
harapan dan impian bangkit di beranda
kucoba memahami hilangnya penanda kota


2021

Analisis Puisi:
Puisi ini merangkum perenungan seorang individu yang merenung di serambi Masjid Agung Demak. Penyair merangkum pengalaman pribadi dan eksplorasi historisnya di lingkungan yang memiliki nilai sejarah yang dalam.

Lokasi dan Pengaturan Konteks: Penyair menggambarkan suasana masjid yang ditandai dengan gerimis, suasana spiritual yang tenang setelah ibadah selesai. Sebagai tempat bersejarah, Masjid Agung Demak menjadi latar bagi refleksi penyair terhadap nilai-nilai sejarah dan spiritualitas.

Rindu Akan Sejarah dan Kegagalan Memahami Kedalaman Sejarah: Penyair merasa tertarik pada sejarah, terutama pada kejayaan kerajaan Islam Nusantara pertama. Namun, terlepas dari rasa ingin memahami, dia merasa sulit untuk memahami kejadian sejarah yang hilang. Hal ini mencerminkan kebingungan dan keputusasaan penyair terhadap fakta sejarah yang sering kali kabur dan tidak jelas.

Pencarian Spiritualitas: Dalam suasana yang penuh ketenangan, penyair merenungkan tentang spiritualitas. Dia ingin meraih kebersihan batin, ingin memahami nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam kitab suci Al-Quran dan semangat cinta serta kebijaksanaan dari para wali.

Perasaan dan Harapan yang Muncul: Ditambah dengan cuaca dan suasana alam, penyair merasa harapan dan semangat bangkit di teras masjid. Dia berusaha memahami hilangnya jejak-jejak sejarah yang berdampak pada kota, mungkin sebagai upaya untuk lebih memahami identitas budaya dan sejarah kota tersebut.

Puisi "Di Serambi Masjid Agung Demak" menggambarkan perenungan pribadi penyair yang terinspirasi oleh tempat bersejarah dan suasana spiritual masjid. Penyair menyoroti kebingungannya akan hilangnya sejarah, aspirasi spiritualitas, dan harapan akan pemahaman yang lebih dalam terkait warisan sejarah dan spiritual yang ada di tempat tersebut. Ini merupakan ekspresi dari pencarian identitas dan makna sejarah dalam konteks spiritual.

Gunoto Saparie
Puisi: Di Serambi Masjid Agung Demak
Karya: Gunoto Saparie


BIODATA GUNOTO SAPARIE

Lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.

Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, dan kolom, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981),  Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996),  Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), dan Mendung, Kabut, dan Lain-lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019). Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).  Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.

Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.  Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya.

Ia menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif  (Jakarta).

Selain di bidang pers, ia pernah bekerja di bidang pendidikan, yaitu guru di SMP Yasbumi Cepiring, SMP PGRI Patebon, SMP Muhammadiyah Kendal, dan SMA Al-Farabi Pegandon. Ia pernah pula bekerja di CV Sido Luhur Kendal dan PT Aryacipta Adibrata Semarang.

Saat ini ia menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah. 

Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Indonesia, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
© Sepenuhnya. All rights reserved.