Fragmen
Tiada lagi yang akan diperikan? Kuburlah semua ihwal,
Dudukkan diri beristirahat, tahanlah dada yang menyesak
Lihat ke luar, hitung-pisah warna yang bermain di jendela
Atau nikmatkan lagi lukisan-lukisan di dinding pemberian teman-teman kita.
atau kita omongkan Ivy yang ditinggalkan suaminya,
jatuhnya pulau Ikinawa. Atau berdiam saja
Kita saksikan hari jadi cerah, jadi mendung,
Mega dikemudikan angin
— Tidak, tidak, tidak sama dengan angin ikutan kita....
Melupakan dan mengenang –
Kau asing, aku asing,
Dipertemukan oleh jalan yang tidak pernah bersilang
Kau menatap, aku menatap
Kebuntuan rahsia yang kita bawa masing-masing
Kau pernah melihat pantai, melihat laut, melihat gunung?
Lupa diri terlambung tinggi?
Dan juga
diangkat dari rumah sakit satu ke rumah sakit lain
mengungsi dari kota satu ke kota lain? Aku
sekarang jalan dengan 1 ½ rabu.
Dan
Pernah percaya pada kemutlakan soal......
Tapi adakah ini kata-kata untuk mengangkat tabir pertemuan
memperlekas datang siang? Adakah –
Mari cintaku
Demi Allah, kita jejakkan kaki di bumi pedat,
Bercerita tentang raja-raja yang mati dibunuh rakyat;
Papar-jemur kalbu, terangkan jalan darah kita
Hitung dengan teliti kekalahan, hitung dengan
teliti kemenangan. Aku sudah saksikan
Senja kekecewaan dan putus asa yang bikin tuhan juga turut tersedu
membekukan berpuluh nabi, hilang mimpi, dalam kuburnya.
Sekali kugenggam Waktu, Keluasan di tangan lain
Tapi kucampur baurkan hingga hilang tuju.
Aku bisa nikmatkan perempuan luar batasnya, cium
matanya, kucup rambutnya, isap dadanya jadi
gersang.
Kau cintaku –
Melenggang diselubungi kabut dan caya, benda yang tidak menyata
Tukang tadah segala yang kurampas, kaki tangan tuhan –
Berceritalah cintaku bukakan tubuhmu di atas sofa ini
Mengapa kau selalu berangkat dari kelam ke kelam
dari kecemasan sampai ke istirahat-dalam-kecemasan;
cerita surya berhawa pahit. Kita bercerita begini –
Tapi sudah tiba waktu pergi, dan aku akan pergi
Dan apa yang kita pikirkan, lupakan, kenangkan, rahsiakan
Yang bukan-penyair tidak ambil bagian.
Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)
Analisis Puisi:
Puisi "Fragmen" menggambarkan tentang pertemuan, perpisahan, dan dinamika hubungan antara individu dalam konteks waktu dan kehidupan. Puisi ini mencakup berbagai elemen, termasuk keinginan untuk merenungkan dan mengenang, perasaan keterasingan, dan pengalaman pribadi.
Penggambaran Pertemuan dan Perpisahan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan pertemuan dan perpisahan dalam kehidupan. Penyair menunjukkan bahwa ada momen ketika pertemuan terjadi dan hubungan sementara terjalin, namun pada akhirnya individu akan berpisah kembali. Hal ini tercermin dalam bait-bait awal yang mencerminkan perasaan tak pasti dan pergulatan dalam mencari makna dan tujuan dalam hubungan.
Perasaan Keterasingan dan Pengalaman Pribadi: Penyair menunjukkan perasaan keterasingan melalui penggunaan kata-kata "kau asing, aku asing" dan "jalan yang tidak pernah bersilang." Ini mencerminkan pemisahan antara individu yang tidak memiliki pertemuan yang signifikan. Puisi juga menciptakan gambaran individu yang bergerak dari tempat ke tempat, melarikan diri dari kota ke kota dan rumah sakit ke rumah sakit, menciptakan perasaan tidak stabil dan cemas.
Pengalaman Hidup dan Pemikiran: Puisi ini juga menggambarkan pengalaman hidup yang melibatkan kemenangan dan kekalahan, harapan dan kecewa. Penyair mengeksplorasi tema kebangkitan dan keruntuhan dalam hidup serta perasaan putus asa. Pengalaman pribadi disajikan dalam konteks perubahan dan tantangan yang dialami oleh individu.
Pertanyaan dan Keraguan: Penyair mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mencerminkan keraguan tentang makna dan tujuan hidup. Beberapa pertanyaan mungkin memiliki jawaban subjektif dan mendalam, seperti pertanyaan tentang cinta dan perasaan manusia. Penyair juga merujuk pada peran penyair sebagai penafsir dan pemilik kata-kata untuk memahami dan menggambarkan berbagai aspek kehidupan.
Perpisahan dan Penutup: Puisi ini berakhir dengan kesadaran tentang perpisahan dan akhir dari suatu hubungan atau pengalaman. Penyair menyatakan bahwa hanya mereka yang memiliki pandangan dan pemahaman lebih dalam yang dapat mengambil bagian dalam pemahaman terhadap kompleksitas hidup. Bagian akhir ini menciptakan perasaan refleksi dan kebijaksanaan yang diakui hanya oleh mereka yang memiliki pandangan lebih dalam tentang kehidupan.
Puisi "Fragmen" merupakan penggabungan antara pengalaman pribadi, pertanyaan filosofis, dan refleksi tentang kehidupan dan hubungan. Penyair menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang kaya untuk menggambarkan ketidakpastian, perubahan, dan keraguan dalam hidup manusia. Puisi ini menciptakan suasana yang mendalam dan reflektif, mengundang pembaca untuk merenungkan makna hidup dan pengalaman manusia dalam keadaan yang kompleks.
Puisi: Fragmen
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: Conrad Aiken
Judul asli: Preludes to Attitude
Biodata Chairil Anwar:
- Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
- Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
- Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.