Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Hari Akhir Olanda di Jawa (Diterjemahkan oleh Chairil Anwar)

Puisi "Hari Akhir Olanda di Jawa" yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar adalah karya yang penuh dengan rasa kepahitan, penindasan, dan kebangkitan.
Hari Akhir Olanda di Jawa
oleh Sentot

Mau terus kau menginjaki kami
Hatimu menulang karna uang
Kau, tuli 'kan tuntutan hak dan rasa
Menghasut kelembutan jadi kekerasan?

Maka kami bercontoh ke kerbo
Yang jemu diejek, lalu meruncing tanduk
Melambung penunggangnya bengis ke atas
Lantas kakinya kasar menghantam penyet.

Maka api perang membakar ladangmu
Gunung serta lembah menghawa dendam
Asap mengepul dari tiap kediamanmu
Angkasa bergetar pekikan bunuh.

Maka telinga kami 'kan merasa nikmat
Mendengarkan raung-tukikan bini-binimu
Kami 'kan bertepuk bergembira
Berjejer melihati mampusnya kekuasaanmu.

Maka anak-anakmu 'kan kami sembelih
Anak-anak kami bergelimang di darah mereka
Supaya utang yang berabad lama
Begitu berlipat terbayar kembali.

Dan jika metari turun di barat
Samar agak di belakang uapan darah
Dia menerima erangan mati
Sebagai tanda pisah penghabisan dari Olanda.

Dan jika pelikat malam
Menyelimuti alam yang sedang berasap
Anjing utan mengais antara ungguk mayat
Merobek, menghisap, menggerutu....

Maka putri-putrimu 'kan kami larikan
Dan segala dara kami miliki
Kami beristirahat di dada putih mereka
Letih membunuh, letih berperang.

Dan jika segala penodaan 'lah kami lakukan
Kami capek memeluk-cium
Kami sudah kenyang enek
Hati oleh dendam, tubuh oleh napsu,

Maka kami 'kan ria berpesta
Seruan pertama: "Kita beruntung!"
Seruan kedua: "Pada Isa Kristus!"
Teguk penghabisan: "Pada Tuhan Olanda!"

Dan jika metari naik di timur
Berlutut tiap 'rang Jawa depan Mohammad
Karna dibebaskan bangsa yang terlembut
Dari kongkongan anjing-anjing Kristen.

Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)

Analisis Puisi:

Puisi "Hari Akhir Olanda di Jawa" yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar adalah karya yang penuh dengan rasa kepahitan, penindasan, dan kebangkitan. Puisi ini merangkum perasaan rakyat Jawa terhadap penjajahan Belanda dan mengekspresikan perasaan kebebasan dan kemenangan mereka. Dalam puisi ini, Chairil Anwar menggambarkan transformasi kekuasaan dan perubahan sosial yang ditandai dengan perubahan politik dan budaya.

Penjajahan dan Penderitaan: Puisi ini dimulai dengan menggambarkan penderitaan dan penjajahan yang dialami oleh rakyat Jawa oleh tangan Belanda. Penjajah digambarkan sebagai orang yang menginjak-injak dan menindas rakyat dengan tindakan yang tidak adil.

Kritik terhadap Kekejaman Penjajah: Chairil Anwar mengkritik kekejaman penjajah Belanda yang tuli terhadap tuntutan hak dan rasa rakyat. Penjajah digambarkan menghasut kelembutan menjadi kekerasan dan merugikan rakyat dengan tindakan mereka.

Pemberontakan dan Kemenangan: Puisi ini menunjukkan semangat pemberontakan dan kemenangan rakyat Jawa melawan penjajah. Rakyat Jawa diumpamakan dengan gambaran "kerbo" yang membela diri dari ejekan dan penindasan. Api perang dan perlawanan rakyat Jawa terhadap penjajah digambarkan dengan gambaran gunung serta lembah yang penuh dengan dendam.

Balas Dendam dan Keberanian: Puisi ini menggambarkan bahwa rakyat Jawa siap untuk membalas dendam atas penindasan yang mereka alami. Rakyat Jawa memiliki keberanian untuk melawan penjajah dan mengambil tindakan tegas dalam melawan kekuasaan mereka.

Kemerdekaan dan Kebangkitan: Puisi ini menggambarkan momen kemerdekaan dan kebangkitan rakyat Jawa. Chairil Anwar menggambarkan rasa gembira dan sukacita rakyat Jawa yang merayakan kebebasan mereka dari penjajahan. Puisi ini juga menunjukkan peralihan kekuasaan dan penghormatan terhadap agama dan budaya Jawa.

Puisi "Hari Akhir Olanda di Jawa" adalah sebuah puisi yang menggambarkan perjuangan, keberanian, dan kemenangan rakyat Jawa melawan penjajahan Belanda. Melalui bahasa yang kuat dan gambaran yang tajam, Chairil Anwar mengekspresikan perasaan pemberontakan dan semangat kebebasan rakyat Jawa. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perjuangan sejarah dan pentingnya mempertahankan identitas dan kebebasan budaya.

Chairil Anwar
Puisi: Hari Akhir Olanda di Jawa
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: Eduard Douwes Dekker (juga dikenal dengan nama pena Multatuli dan Max Havelaar)
Judul asli: De Laatste Dag Der Hollanders OP Java

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.