Jenak Berbenar
Yang kini entah di mana di dunia nangis,
tidak berpijakan di dunia nangis,
nangiskan aku
Yang kini entah dimana tertawa dalam malam,
tidak berpijakan tertawa dalam malam,
mentertawakan aku
Yang kini entah di mana di dunia berjalan,
tidak berpijakan di dunia berjalan,
datang padaku
Yang kini entah di mana di dunia mati
tidak berpijakan di dunia mati
pandang aku.
Sumber: Chairil Anwar Pelopor Angkatan 45 (1956)
Analisis Puisi:
Puisi "Jenak Berbenar," yang diterjemahkan oleh Chairil Anwar, menghadirkan gambaran tentang perasaan kesepian, kehilangan, dan merenung dalam konteks aliran waktu dan kehidupan manusia. Melalui repetisi dan penggunaan imaji, puisi ini mengungkapkan perasaan ketidakberpijakan dan ketidakberadaan seseorang.
Kesepian dan Kehilangan: Puisi ini menciptakan perasaan kesepian dan kehilangan dengan menggambarkan keberadaan seseorang yang "kini entah di mana di dunia nangis" dan "tidak berpijakan di dunia nangis." Ini bisa diartikan sebagai pengalaman emosional yang mengisolasi individu dari dunia dan membuatnya merasa terpisah.
Kontras Tertawa dan Berjalan: Kontras antara nangis dan tertawa, berjalan dan berpijakan menggarisbawahi perbedaan antara perasaan dalam hati individu dengan realitas luar. Orang yang "tertawa dalam malam" dan "mentertawakan aku" mungkin merasakan kegembiraan yang sebenarnya tidak dapat dibagikan atau dipahami oleh orang lain.
Pengharapan pada Kehadiran: Dalam dua baris berikutnya, puisi ini menggambarkan harapan seseorang untuk kehadiran orang yang tidak diketahui keberadaannya. Keberadaan orang tersebut menjadi sesuatu yang misterius dan diidamkan, seperti yang tergambar dalam "datang padaku."
Pertimbangan Kematian: Puisi ini mencapai puncaknya dalam baris terakhir dengan menyentuh tema kematian. Orang yang "kini entah di mana di dunia mati" dan "tidak berpijakan di dunia mati" menunjukkan pengalaman yang jauh dari pemahaman manusia tentang kehidupan dan kematian.
Puisi "Jenak Berbenar" memberikan gambaran tentang pengalaman kehidupan yang penuh ketidakpastian dan kompleksitas. Melalui repetisi dan imaji, puisi ini menciptakan nuansa merenung tentang eksistensi, hubungan dengan orang lain, dan konsep kehidupan dan kematian. Dengan kata lain, "Jenak Berbenar" mengajak pembaca untuk merenung tentang kerentanan dan kompleksitas manusia dalam menghadapi aliran waktu dan perubahan.
Puisi: Jenak Berbenar
Diterjemahkan oleh: Chairil Anwar
Karya asli: Rainer Maria Rilke
Judul asli: Ernste Stunde
Biodata Chairil Anwar:
- Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
- Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
- Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.