Puisi: Kabut (Karya Hoedi Soejanto)

Puisi "Kabut" karya Hoedi Soejanto menghadirkan gambaran tentang kegelapan dan kesendirian yang ditimbulkan oleh kabut yang turun.
Kabut

kabut pun turun menyergap kotaku
menyergap benteng dan kubu-kubu
kabut pun turun, hilang pendar cahaya dan hujan daun
dan suara azan yang terbantun sendiri
senyap menerawan subuh pagi

kabut pun turun ke tingkap gedung-gedung
ke tingkap kenang dan kelopak jantung
kabut pun turun merayap perlahan-lahan
merayap sepanjang gubuk-gubuk sunyi terlupakan
kabut pun turun, dan mendaki bukit-bukit gundul selatan
seakan lamun sejarah bergegas pergi
sepi pun bergegas pergi, tinggallah kumandang kerja
dari pabrik-pabrik dan suara lesung di desa
sejuta matahari bersama kita

1963

Sumber: Horison (Oktober, 1971)

Analisis Puisi:

Puisi "Kabut" karya Hoedi Soejanto menghadirkan gambaran tentang suasana kabut yang turun dan menyelimuti kotanya.

Gambaran Kabut: Kabut digambarkan sebagai elemen alam yang menutupi kota, menghilangkan cahaya dan suara, serta menciptakan suasana hening dan sunyi. Hal ini menciptakan gambaran suasana yang gelap dan misterius.

Metafora Kesendirian dan Lupa: Penyair menggunakan gambaran kabut yang merayap perlahan-lahan ke tingkap kenangan dan kelopak jantung sebagai metafora kesendirian dan lupa. Kabut menggambarkan perasaan terlupakan dan terpinggirkan dalam ingatan.

Perubahan Suasana: Puisi ini juga mencatat perubahan suasana dari kesunyian menjadi kegiatan sehari-hari, seperti kumandang kerja dari pabrik dan suara lesung di desa. Ini menyoroti bahwa meskipun kabut menutupi kota dengan hening, kehidupan tetap berlanjut di baliknya.

Simbolisme Alam: Kabut juga dapat diinterpretasikan sebagai simbol perubahan atau transisi. Ketika kabut turun, terasa seolah-olah lamun sejarah bergegas pergi dan suasana sepi perlahan menghilang, digantikan oleh aktivitas sehari-hari.

Kesatuan dengan Alam: Penyair menyimpulkan puisi dengan menyoroti hubungan manusia dengan alam. Meskipun kabut menutupi kota, "sejuta matahari bersama kita" mencerminkan kesatuan manusia dengan alam, di mana meskipun ada kegelapan dan kesendirian, kita tetap bersama dalam perjalanan hidup.

Puisi "Kabut" menghadirkan gambaran tentang kegelapan dan kesendirian yang ditimbulkan oleh kabut yang turun. Namun, di tengah kegelapan tersebut, terdapat harapan dan kesatuan dengan alam yang menginspirasi kehidupan sehari-hari. Ini adalah karya yang menggambarkan keindahan dan kompleksitas alam serta perasaan manusia yang terkait dengannya.

Puisi: Kabut
Puisi: Kabut
Karya: Hoedi Soejanto

Biodata Hoedi Soejanto:
  1. Hoedi Soejanto (Ejaan yang Disempurnakan Hudi Suyanto) lahir di Salatiga, Jawa Tengah pada bulan Maret 1936.
© Sepenuhnya. All rights reserved.