Puisi: Kucing (Karya Sutardji Calzoum Bachri)

Puisi "Kucing" karya Sutardji Calzoum Bachri membingkai ketidakpastian manusia dalam mencari makna dan pemenuhan spiritualnya. Melalui gambaran ...
Kucing

ngiau! kucing dalam darah dia menderas
lewat dia mengalir ngilu ngiau dia ber
gegas lewat dalam aortaku dalam rimba
darahku dia besar dia bukan harimau bu
kan singa bukan hiena bukan leopar dia
macam kucing bukan kucing tapi kucing
ngiau dia lapar dia merambah rimba af
rikaku dengan cakarnya dengan amuknya
dia meraung dia mengerang jangan beri
daging dia tak mau daging jesus jangan
beri roti dia tak mau roti ngiau ku
cing meronta dalam darahku meraung me
rambah barah darahku dia lapar O a
langkah lapar ngiau berapa juta hari
dia tak makan berapa ribu waktu dia
tak kenyang berapa juta lapar lapar ku
cingku berapa abad dia mencari menca
kar menunggu tuhan mencipta kucingku
tanpa mauku dan sekarang dia meraung
mencariMu dia lapar jangan beri da
ging jangan beri nasi tuhan mencipta
nya tanpa setahuku dan kini dia minta
tuhan sejemput saja untuk tenang seha
ri untuk kenyang sewaktu untuk tenang
di bumi ngiau! dia meraung dia menge
rang hai berapa tuhan yang kalian pu
nya beri aku satu sekedar pemuas ku
cingku hari ini ngiau huss puss diam
lah aku pasang perangkap di afrika aku
pasang perangkap di amazon aku pasang
perangkap di riau aku pasang perangkap
di kota kota siapa tahu nanti ada satu
tuhan yang kena lumayan kita bisa berbagi
sekerat untuk kau sekerat untuk aku
ngiau huss puss diamlah
1973

Sumber: O Amuk Kapak (1981)

Analisis Puisi:
Puisi "Kucing" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan kompleksitas hubungan manusia dengan alam, keberadaan Tuhan, serta eksistensi manusia dalam dunia yang penuh dengan pertanyaan dan kebingungan.

Kompleksitas Identitas Kucing: Puisi ini memperkenalkan kucing sebagai simbol yang kompleks. Kucing dalam puisi ini tidak hanya mewakili makhluk fisik yang lapar dan mencari makan, tetapi juga menggambarkan kebingungan manusia terhadap keberadaan Tuhan. Kucing tersebut mencerminkan pencarian makna dan kebutuhan akan pemenuhan rohani.

Ketidakpastian dan Pencarian Makna: Penyair mengeksplorasi tema ketidakpastian dan kebingungan manusia terhadap keberadaan Tuhan. Kucing yang lapar dan mencari makanan tidak hanya menggambarkan hewan yang mencari kebutuhan fisiknya, tetapi juga mencari makna dan pemenuhan spiritualnya. Pencarian ini menggambarkan kegelisahan manusia akan eksistensi dan peran Tuhan dalam kehidupan.

Penggunaan Bahasa yang Intens: Sutardji Calzoum Bachri menggunakan bahasa yang intens dan bersemangat untuk menggambarkan kegelisahan dan kebutuhan kucing tersebut. Penggunaan kata-kata seperti "ngiau" dan "meraung" memberikan nada yang kuat dan emosional pada puisi, memperkuat gambaran tentang keinginan kucing untuk mencari kepuasan dan pemenuhan.

Ironi dan Penolakan Terhadap Tuhan: Puisi ini mencerminkan ironi dalam hubungan manusia dengan Tuhan. Meskipun kucing mencari pemenuhan spiritualnya, ia menolak tawaran daging dan roti yang dihadirkan sebagai simbol kehadiran Tuhan. Hal ini mencerminkan kebingungan manusia dalam mencari makna dan pemenuhan spiritualnya, serta kemungkinan penolakan terhadap tawaran Tuhan.

Pencarian Tuhan dan Kesejahteraan: Kucing dalam puisi ini mencari Tuhan sebagai pemuas kebutuhan spiritualnya. Permintaannya kepada Tuhan hanya sepotong kecil untuk menenangkan dan memuaskan dirinya. Ini mencerminkan keinginan manusia untuk kesejahteraan dan pemenuhan spiritual, meskipun terkadang dalam bentuk yang tidak terduga atau tidak konvensional.

Puisi "Kucing" karya Sutardji Calzoum Bachri adalah sebuah karya yang membingkai ketidakpastian manusia dalam mencari makna dan pemenuhan spiritualnya. Melalui gambaran kucing yang mencari makanan dan pemenuhan rohaninya, penyair menyampaikan kompleksitas hubungan manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Dengan menggunakan bahasa yang intens dan metafora yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang pencarian makna dalam kehidupan dan hubungan manusia dengan keberadaan spiritual.

Puisi: Kucing
Puisi: Kucing
Karya: Sutardji Calzoum Bachri

Biodata Sutardji Calzoum Bachri
  1. Sutardji Calzoum Bachri lahir di Rengat, Indragiri Hulu, Riau, pada tanggal 24 Juni 1941.
  2. Sutardji Calzoum Bachri merupakan salah satu pelopor penyair angkatan 1970-an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.