Puisi: Bunda (Karya Amir Hamzah)

Puisi "Bunda" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan rasa cinta, rindu, dan penghormatan kepada seorang ibu. Puisi ini ....
Bunda (1)


Dalam sepi angin malam
dalam gerak daun segala
dalam angguk mawar kusuma
Bunda kulihat duduk bercinta.

Dalam tepuk air di batu
dalam buai puncak kelapa
dalam bisik kumbang menyeri
Bunda kudengar memanggil anaknda.

Pelangi membangun laksana perahu
awan berarak behtera ditiru
bintang bertabur jempena serupa
Bunda kulihat duduk beriba.

Di dalam paya kumuda kembang
di atas tampuk embun bergantung
di dalam permata bunda terpandang
duduk menangis menyesal untung.

"Buah hati jauh permainan mata
hendak diseru suara tak daya
hendak dipanggil Kuasa Ta'ala
duduklah bunda berhati iba ...

Hati di dalam berseru-seru
mohonkan restu Tuhan suatu
moga bertemu sejurus lalu
dengan dikau biji mataku"

Wah bunda bagaimana menyeru
gelombang Melaka umpama gelora,
aduh bunda, mengapa merestu
awan tebal laksana dewala.

Bunga mawar putih setangkai
anaknda petik di kaki wilis
di atas bumi Jawa raya
akan penunggu telakapkan bunda.


Bunda (2)


Batu sungai terserak putih
bintang bertabur gemerlapan cahaya
dipalut pualam pelangi persih
peraduan ibu melepaskan duka

Pohon kemboja tunduk temungkul
memayungi ibu beradu cendera
kusuma terapung tenggelam timbul
di atas lautan angin daksina.

Harum bunga melenakan ibu
sepoi angin mengulikkan bunda
patik pun tunduk berhati mutu
hendak pun menyepa tiada kuasa.

Dari jauh suara melambai
rasa bunda datang menegur
di atas awan duduk serangkai
dengan bintang angsoka hablur.

Bunga rampai di atas rimba
air selabu di pangkuan dinda
kami menangis tiada berasa
terkenangkan ibu beradu cendera.

Bunga mawar bunga cempaka
bunga melur aneka warna
dipetik dinda di halaman kita
akan penyapu telapakan bunda.

Air selabu patik bawakan
dari perigi dipagari batu
pada bunda kami sembahkan
akan pencuci telapakan ibu.

Sumber: Buah Rindu (1941)

Analisis Puisi:
Puisi "Bunda" karya Amir Hamzah adalah sebuah karya sastra yang penuh dengan rasa cinta, rindu, dan penghormatan kepada seorang ibu. Puisi ini memiliki dua bagian, yang menggambarkan perasaan yang mendalam dari penyair terhadap sosok seorang ibu. Mari kita analisis setiap elemen sastra dalam puisi ini:

Tema: Puisi ini mengangkat tema tentang kasih sayang, rindu, dan penghormatan kepada seorang ibu. Penyair mengekspresikan perasaan cinta dan kerinduannya kepada ibunya dengan penuh kasih dan penghormatan.

Nada dan Perasaan: Nada puisi ini cenderung puitis dan penuh emosi. Penyair mengekspresikan perasaan rindu, kerinduan, dan cinta yang mendalam kepada ibunya dengan menggunakan gambaran alam dan benda-benda alami.

Amanat: Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya menghargai dan mencintai seorang ibu, serta merindukan kehadirannya ketika jauh dari ibu.

Diksi dan Imaji: Penggunaan diksi dalam puisi ini indah dan puitis. Kata-kata seperti "gerak daun," "angguk mawar kusuma," "tepuk air di batu," dan "bintang bertabur jempena" memberikan imaji yang kuat tentang perasaan dan pengalaman penyair.

Kata Konkret: Puisi ini menggunakan kata-kata konkret, seperti "bintang," "pohon kemboja," "bunga mawar," dan "air selabu," untuk menciptakan gambaran yang jelas dalam pikiran pembaca.

Majas: Puisi ini menggunakan beberapa majas, seperti perbandingan pada "gelombang Melaka umpama gelora," dan personifikasi pada "peraduan ibu melepaskan duka." Majas ini memberikan sentuhan artistik pada puisi.

Rima, Ritma, dan Versifikasi: Puisi ini memiliki ritma yang indah dan mengalir dengan baik. Meskipun tidak mengikuti skema rima tertentu, puisi ini memiliki irama yang harmonis dan memberikan kesan romantis.

Tipografi: Tipografi dalam puisi ini sederhana, dengan pemisahan baris yang tepat memberikan penekanan pada kata-kata yang relevan dan mempengaruhi ritma pembacaan.

Puisi "Bunda" karya Amir Hamzah adalah karya sastra yang puitis dan menyentuh. Penggunaan diksi yang indah dan penuh makna, serta gambaran kata-kata konkret, menciptakan gambaran yang kuat dan mendalam dalam pikiran pembaca. Puisi ini menyampaikan pesan tentang pentingnya mencintai dan menghargai seorang ibu, serta merindukan kehadirannya ketika jauh dari ibu. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan tentang keindahan hubungan antara seorang anak dengan ibunya dan pentingnya hubungan yang penuh kasih sayang.

Amir Hamzah
Puisi: Bunda
Karya: Amir Hamzah

Biodata Amir Hamzah:
  • Amir Hamzah memiliki nama lengkap Tengku Amir Hamzah Pangeran Indra Putera.
  • Amir Hamzah adalah salah satu sastrawan Indonesia angkatan Pujangga Baru (angkatan '30-an atau angkatan 1933).
  • Amir Hamzah lahir pada tanggal 28 Februari 1911 di Binjai, Langkat, Sumatra Utara.
  • Ayahnya bernama Tengku Muhammad Adil (meninggal dunia pada tahun 1933).
  • Ibunya bernama Tengku Mahjiwa (meninggal dunia pada tahun 1931).
  • Amir Hamzah menikah dengan seorang perempuan bernama Kamiliah pada tanggal 1937. Pernikahan ini tersebut dikaruniai seorang anak bernama Tengku Tahura.
  • Amir Hamzah meninggal dunia pada tanggal 20 Maret 1946.
  • Amir Hamzah adalah salah satu pendiri majalah sastra Pujangga Baru (bersama Sutan Takdir Alisjahbana dan Armijn Pane) pada tahun 1932.
  • Dalam dunia sastra, Amir Hamzah diberi julukan Raja Penyair Zaman Pujangga Baru.
© Sepenuhnya. All rights reserved.