Puisi: Cirebon (Karya Dami N. Toda)

Puisi "Cirebon" karya Dami N. Toda membiarkan pembaca merasakan keindahan, kekecewaan, dan perubahan kota Cirebon melalui mata dan ...
Cirebon (1)


ke Cirebon
manis,
hidup ini kota tak terhenti
melarikan peluru pertama
menyilih pusaran kota yang memburu
wajahmu mengusirku
dari jalan-jalan Jakarta ke Gunungjati
ke guha Sunyaragi
ke ladang-ladang yang menadah pinggul kurus
antara Cirebon dan Linggarjati
aduhai — kutebak wajahku sendiri
atas keringat dan batu-batu jalan
dan kau
kaca kolam yang paling sejuk


Cirebon (2)


rel-rel menapak ke kota
kota terhuyung
antara tua dan reruntuhan
kemarau terpancang di halaman kota
ternak menggigit rumput penghabisan
jitu sekali
batas-batas perut g. Ciremai yang runcing
membidik melaratku yang berpapasan di atasnya
di batas lain
wajahmu adalah mata bedil antara daun-daun jati
awan-awan terus
di ujung kota
kuburan menyeret sampah kota


Cirebon (3)


dari kamar ke kamar penginapan
bisu dan lelaki muda
membusa
pada segelas kopi
pada sebatang rokok yang menyala
asap yang hilang mengalung lehermu
Cirebon tersedu
di ujung kata-kata perpisahan
manis
kota-kota kita ukur lagi dengan isi ransel
menyapu keringat terakhir
mataharimu
tanah air tersayang


Cirebon (4)


kota berbaring bagai kerbau malas
menguak
melenguh
malam ini peternak tua
di kamar tunggu bis malam sisa
rencana walikota bagai kambing bunting
mengembik dinihari
Waktu, bagai main balon-balonan
menanti mama pulang pasar
dadamu ranum lagi
manis
Kanoman tua mengusap botaknya
selamat tinggal Cirebon


Cirebon (5)


masih percaya kau pada kata?
manis
kota-kota telah dijagal
kata-kata pun diloak di DPR
telanjang tanpa kata
rahim kuburan mengulum batu nisan
wanitamu sebuah puisi yang hilang
lelakiku penyair yang tertikam
mayat kata dan kota akan terus bertambah


Cirebon, Oktober 1970

Sumber: Buru Abadi (2005)

Analisis Puisi:
Puisi "Cirebon" karya Dami N. Toda adalah karya sastra yang menggambarkan kota Cirebon dengan penggambaran yang kuat dan penuh perasaan.

Gambaran Kota Cirebon: Puisi ini menggambarkan kota Cirebon dengan penggunaan kata-kata yang kaya dan deskriptif. Penulis menggunakan kata-kata seperti "kota tak terhenti," "reruntuhan," dan "batas-batas perut G. Ciremai" untuk menciptakan gambaran visual yang kuat tentang kota dan sekitarnya.

Perasaan Terhadap Kota: Puisi ini juga mencerminkan perasaan penulis terhadap kota Cirebon. Terdapat rasa cinta dan kerinduan terhadap kota ini, seperti yang terlihat dalam penggunaan kata "manis." Namun, terdapat elemen kekecewaan dan kesedihan yang muncul saat penulis menggambarkan kota yang terhuyung.

Gaya Bahasa: Penulis menggunakan gaya bahasa yang metaforis dalam beberapa bagian puisi. Misalnya, "wajahmu adalah mata bedil antara daun-daun jati" menggambarkan kota Cirebon sebagai sosok dengan "wajah," dan "mata bedil" menggambarkan elemen kekuatan dan kepercayaan.

Struktur Puisi: Puisi ini memiliki struktur yang terdiri dari beberapa bagian atau "stanza." Setiap bagian menciptakan gambaran yang berbeda tentang kota Cirebon, seperti kondisi fisiknya, suasana hati, dan interaksi dengan penduduknya.

Pesan dan Refleksi: Puisi ini menciptakan perasaan refleksi tentang hubungan antara individu dengan kota. Meskipun terdapat aspek-aspek yang keras dan kekecewaan terhadap perkembangan kota, terdapat juga rasa cinta dan kenangan manis yang mempengaruhi persepsi penulis tentang Cirebon.

Puisi "Cirebon" adalah sebuah karya sastra yang memadukan penggambaran kuat tentang kota dengan perasaan yang kompleks terhadapnya. Dengan gaya bahasa yang kuat, puisi ini membiarkan pembaca merasakan keindahan, kekecewaan, dan perubahan kota Cirebon melalui mata dan kata-kata sang penulis. Puisi ini juga mengajak kita untuk merenungkan hubungan antara individu dan kota di tengah perubahan zaman.

Dami N. Toda
Puisi: Cirebon
Karya: Dami N. Toda

Biodata Dami N. Toda:
  • Dami N. Toda (Dami Ndandu Toda) lahir di Pongkor, Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur, pada tanggal 20 September 1942.
  • Dami N. Toda meninggal dunia di Leezen, Jerman, pada tanggal 10 November 2006.
© Sepenuhnya. All rights reserved.