Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Semakin Memberi Semakin Penuh (Karya Rahman Arge)

Puisi "Semakin Memberi Semakin Penuh" mengangkat tema kelaparan, pengorbanan, dan kebijaksanaan seorang ibu dalam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan.
Semakin Memberi Semakin Penuh
Kenangan kepada Ibu di masa susah Jepang

Ketika kesengsaraan bagai semut hitam beriringan di
malam kelam, memasuki gubuk kami anak-beranak.
Ketika semua kami terlelap dalam tidur; padahal kami
terbaring lantaran hangatnya pelukan rasa tak berdaya
dalam lapar. Ibu kami menatap misteri malam tak memejam
mata, tak membaring tubuh; ibu bak singa yang
waspada... Ketika pagi tiba, seutas cincin emas
peninggalan ayah ibu lepas buat mengisi gentong beras
yang menganga bagai perut-perut kami yang kosong. Saat
beras ditanak; aneh terasa bangkit bulan di tengah
kelamnya gubuk. Dengan cerah pagi merayap
di bubungan...

Siang. Bau beras yang beranjak matang di dapur
ditingkah bau asap ikan-ikan terbang sekeras kayu
buangan dari gudang-gudang ransum serdadu Jepang
kami santap lahap bagai ular-ular menerkam tikus.
Seakan kami sedang menyantap daging dan hati ibu yang
tak lagi berair mata namun berdarah. Ibu belum juga
mengunyah apa-apa di saat seorang laki-laki tua menatap
kami lewat pintu gubuk. Ia jelas juga lapar tak
meminta lewat tangan tapi dari sisa-sisa sinar mata tua.
Ibu menghampirinya dan menyerahkan nasi dan ikan
jatahnya siang itu.

Semua kami menatap ibu dan ibu tahu kami sedang
bertanya: "Kenapa memberi di saat kita kekurangan?
Berapa malam lagi gentong beras bakal kosong dan
semua kita lapar lagi?” Ibu singa yang waspada itu
merapatkan hangat tubuhnya di antara kami, merangkul
pundak-pundak dan meraba ubun-ubun kami.
Diucapkannya kata: “Karena kalian bukan gentong
beras, anak-anakku, maka memberilah! Semakin kalian
memberi semakin kalian penuh..."

Telah lama ibu memenuhi panggilan Tuhan tapi ia masih
di sini; merapatkan hangat tubuhnya di usia-usia tua
nasib kami; memancing bulan ke dalam gubuk-gubuk
sederhana anak-cucu.

Di perkampungan buruh KPM, di mana kami dilahirkan dan dibesarkan, Makassar, 1975

Sumber: Jalan Menuju Jalan (2007)

Analisis Puisi:

Puisi "Semakin Memberi Semakin Penuh" karya Rahman Arge menggambarkan semangat pengorbanan dan keberadaan ibu sebagai figur yang memberi dan berkorban tanpa pamrih. Puisi ini menyentuh tema kelaparan, ketidakadilan, dan kebijaksanaan ibu dalam mengajarkan nilai-nilai mulia kepada keluarganya.

Gambaran Kehidupan Sulit: Puisi ini memulai dengan gambaran tentang kelaparan yang melanda keluarga ini. Keadaan kesengsaraan dan kekurangan tergambar melalui kata-kata seperti "malam kelam," "lapar," dan "gentong beras yang menganga."

Peran Ibu sebagai Figur Pengorbanan: Ibu dalam puisi ini digambarkan sebagai sosok yang penuh pengorbanan. Meskipun dalam situasi sulit, ibu tetap peduli dan memberi. Dia mengorbankan bagian dari apa yang dimilikinya, termasuk cincin emas yang memiliki makna emosional, untuk membantu keluarganya.

Keberanian Ibu dalam Keadaan Sulit: Ibu digambarkan sebagai sosok yang kuat dan berani. Dia menahan diri dari air mata dan menatap misteri malam dengan penuh keberanian. Kehadirannya memberikan kekuatan dan ketenangan bagi keluarganya.

Pesan Nilai Kemanusiaan: Pesan utama yang ingin disampaikan oleh puisi ini adalah tentang nilai-nilai kemanusiaan yang mendasar. Meskipun berada dalam situasi sulit dan kekurangan, ibu tetap berbagi dengan mereka yang kurang beruntung, seperti laki-laki tua yang datang meminta bantuan.

Semangat Memberi dan Kebijaksanaan: Ibu mengajarkan pelajaran berharga bahwa semakin kita memberi, semakin kita akan merasa penuh dan kaya secara spiritual. Kebijaksanaan ibu mengilhami anak-anak dan cucunya untuk berbagi dengan orang lain, bahkan ketika mereka sendiri mengalami kesulitan.

Kehadiran Ibu yang Tetap Berdampak: Meskipun ibu telah meninggalkan dunia, warisannya dalam bentuk semangat pengorbanan dan kebijaksanaan tetap hadir di antara keluarganya. Kehidupan ibu mempengaruhi generasi berikutnya dan menjadi sumber inspirasi.

Puisi "Semakin Memberi Semakin Penuh" mengangkat tema kelaparan, pengorbanan, dan kebijaksanaan seorang ibu dalam mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan. Melalui gambaran yang kuat dan emosional, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan arti sebenarnya dari memberi, berbagi, dan keberanian dalam menghadapi kesulitan.

Rahman Arge
Puisi: Semakin Memberi Semakin Penuh
Karya: Rahman Arge

Biodata Rahman Arge:
  • Rahman Arge (Abdul Rahman Gega) lahir pada tanggal 17 Juli 1935 di Makassar, Sulawesi Selatan.
  • Rahman Arge meninggal dunia pada tanggal 10 Agustus 2015 (pada usia 80).
  • Edjaan Tempo Doeloe: Rachman Arge.
© Sepenuhnya. All rights reserved.