Angin Kecil-Kecil dan Musim Menyekap Kita
Di sini angin pun kecil-kecil dan mengusap wajah kita
Di luar musim pun menyekap dan engahan udara
Menghembus pohon-pohon, membelai-belai wajahmu
Di serambi. Dingin lewat dan berhenti
Bersama langkahmu. Bersama bisikan di pusat hatimu
Ombak pun terputus. Laut pun surut
Serta gugusan pulau-pulau berangkat remang dalam kabut
Ketika termangu sepi, ketika menyala lampu-lampu di sini
Gemetar cahaya dan sendat. Ketika di jalanan angin tertegun
Di pucuk-pucuk daun. Dalam hatimu
Ketika hilang bayang, bersama lambai tanganmu
Selamat malam. Di bilik terbuka
Malam pun berhenti. Memusat gema dalam dadaku.
Sumber: Horison (Mei, 1969)
Analisis Puisi:
Puisi "Angin Kecil-Kecil dan Musim Menyekap Kita" karya Abdul Hadi WM adalah sebuah refleksi puitis tentang suasana sepi, keheningan, dan perasaan yang terjebak dalam waktu. Melalui bahasa yang lembut dan simbolisme yang kuat, penyair membawa pembaca pada suasana melankolis yang mendalam.
Latar Belakang dan Konteks
Abdul Hadi WM dikenal sebagai salah satu penyair terkemuka Indonesia yang mengusung gaya puitis yang meditatif dan penuh simbolisme alam. Dalam puisi ini, ia menggabungkan unsur-unsur alam seperti angin, musim, laut, dan kabut untuk menciptakan suasana yang reflektif dan mendalam.
Puisi ini menggambarkan momen perpisahan, keheningan yang menyelimuti, serta pergulatan batin yang hadir dalam suasana tersebut. Dengan penggunaan metafora yang lembut, penyair membangun nuansa keintiman dan kesedihan yang tersirat.
Angin dan Musim sebagai Simbol Keadaan Batin
Di sini angin pun kecil-kecil dan mengusap wajah kitaDi luar musim pun menyekap dan engahan udara
Dari larik-larik awal, penyair menggambarkan angin yang kecil-kecil, seolah mewakili kelembutan dan ketenangan. Namun, di sisi lain, musim menyekap menjadi simbol dari sesuatu yang menekan atau menahan, mungkin perasaan yang membelenggu atau situasi yang sulit dihadapi.
Alam sebagai Metafora Perasaan
Menghembus pohon-pohon, membelai-belai wajahmuDi serambi. Dingin lewat dan berhentiBersama langkahmu. Bersama bisikan di pusat hatimu
Angin yang menghembus pohon dan membelai wajah melambangkan kenangan atau perasaan yang masih menyentuh hati. Kata serambi merujuk pada tempat yang terbuka, yang bisa diartikan sebagai ruang refleksi dan kontemplasi.
Keberadaan dingin yang lewat dan berhenti menunjukkan bagaimana waktu terasa melambat ketika seseorang tengah berada dalam perasaan mendalam. Kehadiran seseorang, yang mungkin sedang beranjak pergi, terasa dalam frasa bersama langkahmu.
Kehilangan dan Perpisahan yang Terasa Penuh Makna
Ombak pun terputus. Laut pun surutSerta gugusan pulau-pulau berangkat remang dalam kabut
Perubahan alam yang digambarkan di sini menunjukkan bagaimana sesuatu yang dinamis bisa tiba-tiba berhenti atau meredup. Ombak yang terputus dan laut yang surut menggambarkan perasaan kehilangan yang mendalam, seolah-olah dunia ikut berubah mengikuti suasana hati sang penyair.
Gugusan pulau yang berangkat dalam kabut melambangkan sesuatu yang semakin jauh, baik itu seseorang yang pergi maupun kenangan yang perlahan memudar dalam ketidakpastian.
Keheningan yang Menggema di Hati
Ketika termangu sepi, ketika menyala lampu-lampu di siniGemetar cahaya dan sendat. Ketika di jalanan angin tertegunDi pucuk-pucuk daun. Dalam hatimu
Bagian ini menciptakan suasana yang lebih intens dari keheningan dan kesendirian. Keadaan lampu-lampu menyala, gemetar cahaya, dan angin tertegun menunjukkan suasana malam yang sunyi namun penuh dengan perasaan yang tidak terucapkan.
Keheningan ini bukan hanya terjadi di dunia luar tetapi juga dalam batin, sebagaimana disebutkan dalam frasa dalam hatimu.
Perpisahan yang Meninggalkan Gema dalam Dada
Ketika hilang bayang, bersama lambai tanganmuSelamat malam. Di bilik terbukaMalam pun berhenti. Memusat gema dalam dadaku.
Larik ini adalah puncak dari perasaan perpisahan dalam puisi. Hilangnya bayangan dan lambai tangan menjadi simbol perpisahan yang tidak bisa dihindari. Selamat malam diucapkan sebagai bentuk perpisahan yang lembut, namun menyisakan resonansi yang mendalam.
Malam yang berhenti seakan menunjukkan bahwa waktu tidak lagi berjalan bagi yang ditinggalkan, karena ia masih larut dalam kenangan. Gema dalam dada melambangkan perasaan yang terus berulang dalam ingatan, meski momen itu telah berlalu.
Tema dan Simbolisme dalam Puisi
Puisi ini memuat beberapa tema utama, di antaranya:
- Keheningan dan Kesendirian → Terlihat dalam penggambaran malam, angin kecil, dan suasana yang sendu.
- Perpisahan dan Kenangan → Disimbolkan dengan hilangnya bayangan, lambai tangan, dan pulau-pulau yang menjauh dalam kabut.
- Waktu dan Ketidakpastian → Ditunjukkan dengan gambaran musim yang menyekap, malam yang berhenti, serta cahaya yang gemetar.
Selain itu, unsur-unsur alam seperti angin, pohon, laut, ombak, dan kabut digunakan sebagai simbol dari kondisi batin yang sedang bergejolak.
Puisi "Angin Kecil-Kecil dan Musim Menyekap Kita" karya Abdul Hadi WM adalah puisi yang menggambarkan suasana reflektif dan melankolis. Dengan pemilihan diksi yang lembut dan penuh simbolisme alam, penyair mengajak pembaca untuk merasakan keheningan, kehilangan, dan keabadian kenangan dalam sebuah momen perpisahan.
Puisi ini berhasil menghadirkan atmosfer yang sunyi namun berisi, menghadirkan ruang bagi pembaca untuk ikut merenung dalam kesunyian dan makna-makna yang tersembunyi di balik kata-kata.
Puisi: Angin Kecil-Kecil dan Musim Menyekap Kita
Karya: Abdul Hadi WM
Biodata Abdul Hadi WM:
- Abdul Hadi WM (Abdul Hadi Widji Muthari) lahir di kota Sumenep, Madura, pada tanggal 24 Juni 1946.
- Abdul Hadi WM adalah salah satu tokoh Sastrawan Angkatan '66.
