Puisi: Rumah di Ujung Desa (Karya Daelan Muhammad)

Puisi "Rumah di Ujung Desa" menggambarkan kehidupan manusia dalam konteks yang luas dan kompleks. Melalui gambaran rumah dan lingkungannya, ...
Rumah di Ujung Desa

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di depannya membentang jalan
becek di musim hujan

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di belakangnya batang limau
burung jalak berkicau

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di kirinya menjulang pagar
pengawas hak yang sadar

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di kanannya langgar dan sumur
menuntut budi luhur

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di dindingnya rayap menjalar
membikin hati gusar

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di atapnya lumut menghijau
angin pelan mendesau

Sebuah rumah tua
terletak di ujung desa
Di dalamnya sepasang insan
pecah jadi sembilan

Sumber: Horison (Desember, 1968)

Analisis Puisi:
Puisi "Rumah di Ujung Desa" karya Daelan Muhammad menghadirkan gambaran tentang sebuah rumah tua yang menjadi simbol kehidupan dan perjalanan manusia. Melalui deskripsi rumah dan lingkungan sekitarnya, puisi ini menggambarkan beragam aspek kehidupan manusia yang kompleks dan beragam.

Gambaran Fisik dan Lingkungan: Puisi ini secara rinci menggambarkan rumah tua yang terletak di ujung desa beserta lingkungannya. Ada unsur-unsur fisik yang jelas, seperti jalan berlumpur di depan rumah, batang limau di belakang rumah, pagar di sisi kiri, langgar, dan sumur di sisi kanan. Deskripsi lingkungan ini menciptakan gambaran visual yang kuat dan menghidupkan suasana desa.

Simbolisme dan Metafora: Rumah tua dalam puisi ini menjadi simbol kehidupan manusia. Setiap elemen di dalam dan di sekitar rumah memiliki makna yang lebih dalam. Rayap yang menjalar di dinding dan lumut yang menghijau di atap mungkin melambangkan usia dan waktu yang tak terelakkan. Angin pelan yang mendesau di atap rumah menciptakan suasana ketenangan dan kesendirian.

Kehidupan Manusia: Puisi ini tidak hanya menggambarkan rumah fisik, tetapi juga kehidupan manusia di dalamnya. Sepasang insan di dalam rumah yang pecah menjadi sembilan mungkin merepresentasikan kompleksitas hubungan manusia dalam keluarga atau masyarakat. Pecah menjadi sembilan juga bisa menggambarkan perpecahan atau perbedaan di antara mereka.

Kritik Sosial dan Filosofis: Puisi ini juga dapat diinterpretasikan sebagai kritik terhadap kondisi sosial dan filosofis manusia. Rumah tua yang terletak di ujung desa mungkin mencerminkan kesendirian dan terpinggirkan, sementara langgar dan sumur yang menuntut budi luhur menyoroti nilai-nilai moral dan etika yang harus dipegang teguh.

Perubahan dan Kehidupan: Melalui deskripsi rumah dan lingkungannya, puisi ini juga menyiratkan tentang siklus kehidupan dan perubahan. Meskipun rumah tua itu tetap berdiri di ujung desa, ada perubahan yang terjadi di sekitarnya, seperti lumut yang tumbuh di atap dan rayap yang menjalar di dinding. Hal ini mencerminkan ketidakmampuan manusia untuk menghentikan waktu dan perubahan yang terjadi dalam kehidupan.

Puisi "Rumah di Ujung Desa" adalah sebuah karya yang menggambarkan kehidupan manusia dalam konteks yang luas dan kompleks. Melalui gambaran rumah dan lingkungannya, puisi ini mengeksplorasi tema-tema seperti waktu, perubahan, kesendirian, dan nilai-nilai kehidupan. Dengan penggunaan simbolisme dan metafora yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang makna dan perjalanan kehidupan manusia.

Puisi Daelan Muhammad
Puisi: Rumah di Ujung Desa
Karya: Daelan Muhammad

Biodata Daelan Muhammad:
  • Daelan Muhammad lahir pada tahun 1942 di Jambangan, sebuah desa dalam Kecamatan Tanon, Kabupaten Sragen.
© Sepenuhnya. All rights reserved.