Sajak buat Sebuah Nama
Telah kausiram bumi pertiwi
dengan darahmu yang merah: Maka kini
kaulihat pemimpin-pemimpin besar cakap
tak lebih dari para pemain sulap
yang bersumpah atas nama Tuhan
hanya untuk pangkat dan kedudukan.
Telah kauberi contoh keikhlasan berkurban
terhadap tanah air, bangsa dan Kebenaran
yang selama ini hendak dipalsukan
di bawah kebuasan nafsu dan kesewenang-wenangan.
Dan telah kaubuktikan bahwa dari apapun
lebih kaucintai Kemerdekaan. Kehidupan
manusia-budak yang bergelimang kemewahan duniawi
kautolak dengan tegas dan pasti. Lalu secara sederhana
kaupilih Keadilan – yang lama telah dilupakan
meski para pemimpin tak kunjung henti
menjajakannya dalam setiap upacara
dengan berbagai pidato berapi api
dengan berbagai slogan dan semboyan
yang tak satupun punya arti
bagi kehidupan rakyat sehari-hari.
Analisis Puisi:
Ajip Rosidi dikenal sebagai penyair yang kerap mengangkat isu sosial, politik, dan moral melalui karya-karyanya. Puisinya “Sajak buat Sebuah Nama” menghadirkan refleksi tentang kepahlawanan, pengorbanan, dan kritik terhadap kepemimpinan yang menyimpang dari nilai keadilan dan keikhlasan. Puisi ini bukan sekadar pujian kepada sosok tertentu, tetapi juga renungan mendalam tentang integritas, pengabdian pada bangsa, dan perbedaan antara tindakan nyata dengan retorika semata.
Tema
Tema utama puisi ini adalah kepahlawanan, pengorbanan, dan kritik sosial-politik. Ajip Rosidi menekankan pentingnya kesetiaan pada kemerdekaan, keadilan, dan kebenaran, dibandingkan dengan ambisi pribadi atau nafsu kekuasaan.
Puisi ini bercerita tentang seorang tokoh yang telah mengorbankan dirinya untuk tanah air, bangsa, dan kebenaran. Tokoh ini dibandingkan dengan pemimpin-pemimpin yang tampak hebat secara formal, tetapi sebenarnya hanya mengejar pangkat dan kedudukan. Sementara banyak pemimpin sibuk dengan pidato dan slogan, tokoh dalam puisi ini mencontohkan keikhlasan sejati dan dedikasi terhadap kemerdekaan serta keadilan.
Makna tersirat
Makna tersirat puisi ini adalah kritik terhadap pemimpin yang korup dan hipokrit. Ajip Rosidi menekankan bahwa kemerdekaan dan keadilan tidak cukup hanya diucapkan melalui pidato atau slogan, tetapi harus dibuktikan melalui tindakan nyata dan pengorbanan. Selain itu, puisi ini mengingatkan pembaca tentang pentingnya nilai-nilai moral, integritas, dan pengabdian yang tulus bagi bangsa.
Suasana dalam puisi
Suasana puisi ini serius, penuh hormat, dan reflektif. Terdapat rasa kagum terhadap tokoh yang dikisahkan, sekaligus ketegasan dalam menyuarakan kritik terhadap pemimpin yang tidak jujur. Pilihan kata seperti “dengan darahmu yang merah” dan “kaupilih Keadilan” menimbulkan suasana heroik sekaligus tegas, memperkuat kesan penghormatan dan renungan moral.
Amanat / pesan yang disampaikan puisi
Pesan puisi ini adalah pentingnya keikhlasan, pengorbanan, dan integritas dalam memimpin atau mengabdi pada bangsa. Ajip Rosidi mengingatkan bahwa tindakan nyata lebih bermakna dibandingkan retorika kosong atau kemewahan duniawi. Kepahlawanan sejati ditandai oleh dedikasi terhadap kemerdekaan, keadilan, dan kesejahteraan rakyat, bukan oleh pamrih atau ambisi pribadi.
Imaji
Ajip Rosidi menggunakan imaji yang kuat untuk menekankan pengorbanan dan kepahlawanan:
- Imaji visual: “Telah kausiram bumi pertiwi dengan darahmu yang merah” menciptakan gambaran pengorbanan nyata.
- Imaji tindakan: “kaupilih Keadilan” menegaskan pilihan moral yang tegas.
- Imaji simbolik: pemimpin-pemimpin besar digambarkan sebagai “para pemain sulap yang bersumpah atas nama Tuhan”, yang menunjukkan kemunafikan dan kesenjangan antara ucapan dan tindakan.
Majas
Beberapa majas yang terlihat dalam puisi ini:
- Metafora: “dengan darahmu yang merah” sebagai simbol pengorbanan.
- Kontras / antitesis: perbandingan antara tokoh yang berkorban dengan pemimpin yang hanya mencari kekuasaan (“para pemain sulap”).
- Personifikasi: pemimpin digambarkan aktif dalam “menjajak” keadilan, memberi kesan kritik yang hidup dan dramatis.
Puisi “Sajak buat Sebuah Nama” karya Ajip Rosidi adalah karya yang menegaskan nilai kepahlawanan, integritas, dan pengorbanan untuk bangsa. Dengan tema yang kuat, imaji heroik, serta kritik sosial yang tajam, puisi ini tidak hanya menjadi penghormatan terhadap tokoh yang nyata atau simbolik, tetapi juga pengingat bagi pembaca tentang pentingnya keikhlasan, keadilan, dan tindakan nyata dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Karya: Ajip Rosidi
Biodata Ajip Rosidi:
- Ajip Rosidi lahir pada tanggal 31 Januari 1938 di Jatiwangi, Majalengka, Jawa Barat.
- Ajip Rosidi meninggal dunia pada tanggal 29 Juli 2020 (pada usia 82 tahun) di Magelang, Jawa Tengah.
- Ajip Rosidi adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.