Tentang Hari Tua
Mati yang tak pernah pasrah dari puisi
Terlempar kata mengatap pada jaga
Alir yang tak pernah pisah dari hati
Mengantar raba tebar dera peristiwa
Atau kita bukan apa-apa dalam bercinta
Sayap rahasia agak ringan lewat bicara
Di tebaran angin dan ratapan ini
Nyanyian mimpi penat mendaki
Lalu aku mati entah di mana
Satu-satunya pesan, tanya orang Negara
Darah jiwa telah genap cerita
Bagi dunia kita cuma lajang kembara
Dari selubung biru kita beranjak pisah
Ketetapan haritua rendah terpasa duka
Bergelinding alir puisi dan tanah air
Kuisi kaca ini meletakkan tapal setia akhir
Mati yang tak pernah pasrah dari puisi
Terlempar kata mengatap pada jaga.
Analisis Puisi:
Puisi "Tentang Hari Tua" karya Mansur Samin menghadirkan sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan, cinta, dan penuaan.
Puisi sebagai Pengantar pada Kematian: Penyair menggunakan puisi sebagai sarana untuk menghadapi kematian. Mati, dalam konteks puisi ini, tidak hanya menjadi akhir dari kehidupan fisik, tetapi juga sebuah keadaan di mana makna hidup terpancar melalui kata-kata.
Keterlibatan Emosi dan Pikiran: Puisi ini memperlihatkan keterlibatan emosi dan pikiran yang mendalam. Penyair merenungkan tentang eksistensi manusia dan esensi keberadaannya di dunia melalui pemikiran yang dalam dan kata-kata yang terpilih.
Kesejajaran antara Hidup dan Kematian: Penyair menciptakan kesejajaran antara hidup dan kematian. Dia mengeksplorasi bagaimana kehidupan dan kematian saling terkait, dan bagaimana pengalaman hidup membawa kita menuju pemahaman yang lebih dalam tentang makna kematian.
Penerimaan akan Keterbatasan Hidup: Ada ungkapan penerimaan akan keterbatasan hidup dan ketidakpastian di masa depan. Puisi menggambarkan sebuah perjalanan dari kehidupan hingga kematian, dengan semua peristiwa di antaranya menjadi bagian dari pengalaman yang tak terhindarkan.
Cinta dan Penuaan: Penyair merenungkan tentang cinta dan penuaan, dan bagaimana keduanya saling terkait dalam perjalanan hidup. Penuaan dianggap sebagai bagian alami dari kehidupan yang menyatu dengan pengalaman cinta dan perpisahan.
Puisi sebagai Cermin Kehidupan: Puisi dianggap sebagai cermin kehidupan yang menunjukkan perjalanan manusia dari masa muda hingga hari tua. Kata-kata dan bahasa puisi merefleksikan perasaan, pemikiran, dan pengalaman yang mewarnai kehidupan seorang individu.
Penyadaran akan Keterbatasan Manusia: Puisi ini menggambarkan pengetahuan akan keterbatasan manusia, baik dalam cinta maupun dalam kehidupan. Penyair menyampaikan bahwa meskipun manusia mencapai penuaan, keberadaannya masih mempunyai arti dan nilai yang dalam.
Puisi "Tentang Hari Tua" karya Mansur Samin adalah sebuah refleksi mendalam tentang kehidupan, cinta, dan penuaan. Dengan bahasa yang kaya dan simbol-simbol yang mendalam, penyair mengajak pembaca untuk merenungkan makna eksistensial dan menghadapi kematian dengan penuh kebijaksanaan.
Puisi: Tentang Hari Tua
Karya: Mansur Samin
Biodata Mansur Samin:
- Mansur Samin mempunyai nama lengkap Haji Mansur Samin Siregar;
- Mansur Samin lahir di Batang Toru, Tapanuli Selatan, Sumatra Utara pada tanggal 29 April 1930;
- Mansur Samin meninggal dunia di Jakarta, 31 Mei 2003;
- Mansur Samin adalah anak keenam dari dua belas bersaudara dari pasangan Haji Muhammad Samin Siregar dan Hajjah Nurhayati Nasution;
- Mansur Samin adalah salah satu Sastrawan Angkatan 66.