Elegi Kota
Kotaku yang tak pernah lagi tidur
malam-malam selalu menerima nasib
orang-orang di sepanjang jalan
dalam alur yang deras
Orang-orang pun membangun transaksi
di pasar-pasar di puncak malam
di balik musik instrumentalia
Jalan licin telah memberi warna manis
mereka yang memacu angin
membangun deru memecah malam
Mereka tak pernah lagi ingat
punya satu rangka rumah
dan penghuni satu jiwa
Ah, seperti tak ada malam lagi
pada kota yang tak sempat tertidur
dan tak ada bisik yang mengetuk pintu hati
Tuhan pun telah jauh dari anak-anak Adam
yang tak pernah menekur dan diam
Banjarmasin, 1992