Puisi: Patio (Karya Yuswadi Saliya)

Puisi "Patio" mengekspresikan rasa jemu dan kesempatan santai dalam suasana yang sunyi sebelum harus melanjutkan aktivitasnya.
Patio


Di halaman takada burung, seekor pun semut pun taktampak;
daun bergerak oleh angin tapi senja tetap enggan bersuara.
Listrik belum dinyalakan dari gardu.
Hari yang lengang ini memperpanjang rasa jemu;
memandang halaman diam-diam takada sambutan,
buku pun takhendak berbicara, buntu.

Tapi rumah ini bernafas juga agaknya.
Berdiri di atas pondasi batukali, di atas bumi,
paling sedikit ia membuktikan sesuatu
lewat pondasi, halaman, ketiadaan sesuatu
dan bahkan lewat rasa jemu dan buntu sewaktu-waktu.

Tanah air yang mengenal berhenti ini
menghapus rasa haus juga kini,
menyediakan waktu untuk merentang kaki,
meletukkan jari-jari tangan sambil menggeliat.
Ya, saya masih sempat menggeliat sebelum berangkat.


1970

Sumber: Horison (Maret, 1975)

Analisis Puisi:
  1. Deskripsi Halaman yang Sepi: Puisi ini menggambarkan halaman yang sunyi, di mana tidak ada kehadiran burung atau semut. Halaman yang biasanya hidup dan aktif terkesan sunyi dan tidak bergerak. Atmosfer senja menjadi bagian dari keheningan ini.
  2. Keheningan dan Rasa Jemu: Penyair merasa bosan dan jenuh dengan keheningan yang meliputi halaman tersebut. Tanpa kegiatan yang terlihat atau sambutan yang diantisipasi, suasana menjadi mati.
  3. Rumah yang Menjadi Saksi: Rumah menjadi saksi akan kekosongan dan keheningan halaman. Penyair merenungkan bagaimana rumah, yang berdiri di atas pondasi, menyimpan berbagai pengalaman dan bahkan melalui kekosongan yang terasa.
  4. Hubungan dengan Tanah Air: Ada pengaitan rumah ini dengan "tanah air" yang merujuk pada rasa nyaman dan keintiman. Halaman yang sunyi memberikan kesempatan untuk merasakan kenyamanan, menghilangkan rasa haus, dan menyediakan kesempatan untuk bersantai sebelum melakukan sesuatu.
  5. Kegelisahan sebelum Berangkat: Meskipun suasana rumah memberikan kesempatan untuk bersantai, penyair merasakan kegelisahan dan kesiapan untuk berangkat atau melakukan sesuatu setelah saat-saat yang tenang ini.
Puisi "Patio" menunjukkan suasana keheningan di halaman dan bagaimana rumah sebagai saksi atas kekosongan dan kehidupan yang diam di sekitarnya. Penyair mengekspresikan rasa jemu dan kesempatan santai dalam suasana yang sunyi sebelum harus melanjutkan aktivitasnya.

Yuswadi Saliya
Puisi: Patio
Karya: Yuswadi Saliya

Biodata Yuswadi Saliya:
Juswadi Saliya lahir pada tanggal 15 Juni 1938 di Bandung. Sejak SMA ia sudah mulai menulis, mula-mula pada lembaran-lembaran remaja lalu pada majalah-majalah kebudayaan seperti Basis.

Ia tamat sebagai sarjana arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) pada tahun 1966 dan direkrut sebagai staff di ITB pada saat itu. Kemudian mengajar Sejarah Arsitektur dan Ilmu-Ilmu Sosial. Ia mendapat gelar master dari University of Hawaii pada tahun 1975.
© Sepenuhnya. All rights reserved.