Siapa
Siapa berjalan sendirian ke arah barat
Di suatu sore yang gerimis
Ia tampak lelah di suatu tikungan
Berhenti sejenak memutar pikiran
Tapi ia tidak menoleh ke belakang
Tak ada akses ke jalan lain
Tanpa kaca mata di matanya
Tidak ada jam kota di depannya
Siapa berjalan sendirian ke arah timur
Di suatu senja yang redup
Ia tidak membaca ke mana arah awan bergerak
Tak mengetahui ke mana arah kembara mengelana
Ia hanya melihat mayat-mayat hasrat
Bergelimpangan dengan bau busuk yang menyengat
Bibit penyakit menghambur dan menjamur
Dimakan gagak hitam musim gugur
Siapa berjalan sendirian ke arah utara
Di suatu musim panas yang meranggas
Lalu ia melihat matahari yang gerhana
Di atas kuburan orang-orang yang fana
Tak ada lagi sebongkah tanah yang tertinggal
Untuk sebuah nyawa
Untuk sebuah makna
Siapa berjalan sendirian le arah selatan
Di suatu malam gelap gulita
Ia mendengar suara rusuh yang jauh
Isyarat aib nasib akan menggerogoti seluruh tubuh
Ia berhenti sejenak memutar pikiran
Membaca tanda-tanda akhir
Membaca takdir
