Puisi: Kepada Peminta-minta (Karya Chairil Anwar)

Puisi "Kepada Peminta-minta" karya Chairil Anwar menghadirkan gambaran tentang perjuangan, keputusasaan, dan pertanyaan tentang eksistensi ....
Kepada Peminta-minta

Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.

Jangan lagi kau bercerita
Sudah tercacar semua di muka
Nanah meleleh dari muka
Sambil berjalan kau usap juga.

Bersuara tiap kau melangkah
Mengerang tiap kau memandang
Menetes dari suasana kau datang
Sembarang kau merebah.

Mengganggu dalam mimpiku
Menghempas aku di bumi keras
Di bibirku terasa pedas
Mengaum di telingaku.

Baik, baik aku akan menghadap Dia
Menyerahkan diri dan segala dosa
Tapi jangan tentang lagi aku
Nanti darahku jadi beku.
Juni, 1943

Sumber: Kerikil Tajam dan Yang Terampas dan Yang Putus (1949)

Analisis Puisi:
Puisi "Kepada Peminta-minta" karya Chairil Anwar adalah karya sastra yang menghadirkan gambaran tentang perjuangan, keputusasaan, dan pertanyaan tentang eksistensi manusia di hadapan Tuhan. Dalam analisis ini, kita akan menjelajahi tema, struktur, gaya bahasa, serta pesan yang terkandung di dalam puisi tersebut.

Tema: Tema utama dalam puisi ini adalah perjuangan dan keputusasaan manusia dalam menghadapi ketidakpastian dan pertanyaan akan eksistensi di hadapan Tuhan. Puisi ini juga menggambarkan konflik internal seseorang yang berjuang dengan dosa dan keputusasaan.

Struktur dan Gaya Bahasa: Puisi ini terdiri dari dua bait yang berulang, menciptakan kesan penekanan terhadap pesan yang ingin disampaikan. Chairil Anwar menggunakan gaya bahasa yang sederhana namun sangat kuat dalam menggambarkan perasaan penulis.

Pesan: Pesan yang ingin disampaikan dalam puisi ini adalah keputusasaan dan perjuangan manusia dalam menghadapi dosa dan pertanyaan tentang eksistensi. Penolakan untuk dibicarakan oleh para peminta-minta mencerminkan rasa frustrasi dan kebingungan atas keadaan diri sendiri dan kondisi lingkungan sekitar.

Penggunaan Bahasa: Chairil Anwar menggunakan bahasa yang kuat dan gamblang untuk menyampaikan perasaan keputusasaan dan ketidakpuasan terhadap kondisi diri dan lingkungan. Penggunaan metafora dan imaji yang kuat seperti "darahku jadi beku" dan "nanah meleleh dari muka" memberikan kesan visual yang kuat kepada pembaca.

Refleksi Manusia dan Tuhan: Puisi ini juga mengajak pembaca untuk merenung tentang hubungan manusia dengan Tuhan dan perjuangan dalam menemukan makna hidup di tengah ketidakpastian. Konflik batin antara manusia dan Tuhan tercermin dalam perjuangan penulis untuk menghadapi dirinya sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang muncul.

Puisi "Kepada Peminta-minta" adalah karya yang menghadirkan gambaran perjuangan, keputusasaan, dan pertanyaan akan eksistensi manusia di hadapan Tuhan. Melalui penggunaan bahasa yang kuat dan gamblang, Chairil Anwar menggambarkan konflik batin dan keputusasaan manusia dalam menghadapi dosa dan pertanyaan tentang makna hidup.

Chairil Anwar
Puisi: Kepada Peminta-minta
Karya: Chairil Anwar

Biodata Chairil Anwar:
  • Chairil Anwar lahir di Medan, pada tanggal 26 Juli 1922.
  • Chairil Anwar meninggal dunia di Jakarta, pada tanggal 28 April 1949 (pada usia 26 tahun).
  • Chairil Anwar adalah salah satu Sastrawan Angkatan 45.
© Sepenuhnya. All rights reserved.