Puisi: Surat pada Mei (Karya Rini Intama)

Puisi "Surat pada Mei" karya Rini Intama mencerminkan ketegangan emosional dan konflik batin melalui penggunaan bahasa yang penuh makna dan ....
Surat pada Mei

ketika bertanya pada Mei, purnama menungguku
di tengah bulan yang tertebas, lantas menangis
kau palingkan wajah dan sudut mata mengerling tajam
kau tak mengerti! katamu pelan tak berintonasi
tak ingin aku mengedip memandang kemarahan yang merah
disela waktu yang membusuk
karena terlalu lama teronggok
aku tak ingin bertanya lagi Mei!
kecuali ketika melihat pucuk cemara tertawa geli
mengundang debu jalan yang tersapu angin

3 Juni 2010

Sumber: Phantasy Poetica Imazonation (2010)

Analisis Puisi:

Puisi "Surat pada Mei" karya Rini Intama adalah puisi yang kaya akan emosi dan simbolisme. Puisi ini mencerminkan ketegangan emosional dan konflik batin melalui penggunaan bahasa yang penuh makna dan citraan yang kuat.

Tema Utama: Konflik Emosional dan Penantian

Tema utama dalam puisi ini adalah konflik emosional yang timbul dari penantian dan ketidakpastian. Mei, sebagai bulan yang diadreskan dalam puisi, bisa diasosiasikan dengan musim semi, masa peralihan, atau waktu tertentu yang penuh harapan dan perubahan. Namun, dalam konteks puisi ini, Mei juga menjadi simbol penantian dan pertanyaan yang tidak terjawab.

Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini memiliki struktur yang bebas tanpa pola rima yang jelas, memberikan kesan aliran pemikiran dan perasaan yang spontan. Gaya bahasa yang digunakan adalah puitis dengan metafora dan simbolisme yang kuat, menciptakan nuansa emosional yang intens.

Simbolisme dan Citraan

  1. Purnama dan Bulan yang Tertebas: Purnama biasanya melambangkan pencerahan, keutuhan, dan harapan. Namun, "bulan yang tertebas" menunjukkan sesuatu yang seharusnya utuh tetapi telah dirusak atau terpotong, menciptakan perasaan kehilangan dan kesedihan.
  2. Wajah yang Palingkan dan Sudut Mata yang Mengerling Tajam: Gambaran ini menunjukkan ketidakpedulian atau penolakan. Ini memperkuat tema konflik dan ketidakmengertian antara dua pihak, di mana salah satu pihak merasa tidak dipahami.
  3. Kemarahan yang Merah: Merah sering diasosiasikan dengan kemarahan dan intensitas emosional. Frasa ini mencerminkan perasaan marah yang mendalam dan mencolok.
  4. Waktu yang Membusuk: Waktu yang "terlalu lama teronggok" dan akhirnya "membusuk" menggambarkan perasaan stagnasi dan ketidakmampuan untuk bergerak maju, menambah perasaan frustasi dan ketidakpastian.
  5. Pucuk Cemara yang Tertawa Geli: Pucuk cemara yang tertawa menunjukkan kontras antara alam yang tampaknya tidak peduli dan manusia yang terjebak dalam emosinya. Ini bisa diartikan sebagai alam yang terus berjalan tanpa memedulikan konflik batin manusia.

Narasi dan Emosi

Puisi ini membawa pembaca melalui perjalanan emosional yang penuh ketegangan. Dari harapan dan penantian di bawah purnama, melalui kesedihan dan kemarahan yang dirasakan oleh sang penyair, hingga akhirnya mencapai titik di mana penyair tidak ingin bertanya lagi karena merasa terlalu lelah dan putus asa.

Kalimat seperti "kau tak mengerti! katamu pelan tak berintonasi" mencerminkan perasaan tidak dipahami dan ketidakberdayaan. Penolakan untuk "bertanya lagi Mei" menunjukkan keputusan untuk berhenti mencari jawaban atau mengharapkan perubahan, menandakan titik balik dalam sikap emosional penyair.

Puisi "Surat pada Mei" karya Rini Intama adalah puisi yang menggambarkan konflik batin dan ketidakpastian melalui penggunaan simbolisme yang kuat dan citraan yang mendalam. Melalui purnama yang menunggu, bulan yang tertebas, dan pucuk cemara yang tertawa, Intama mengajak pembaca untuk merasakan emosi yang kompleks dan sering kali kontradiktif yang timbul dari penantian dan ketidakpastian.

Puisi ini adalah refleksi yang mendalam tentang kondisi manusia yang sering kali terjebak antara harapan dan kenyataan, antara keinginan untuk dipahami dan kenyataan yang tidak memuaskan. Dengan gaya bahasa yang puitis dan simbolisme yang kaya, Rini Intama berhasil menciptakan karya yang memprovokasi pemikiran dan emosi, serta memberikan wawasan tentang konflik batin yang dialami oleh setiap individu.

Rini Intama
Puisi: Surat pada Mei
Karya: Rini Intama

Biodata Rini Intama:
    • Rini Intama lahir pada tanggal 21 Februari di Garut, Jawa Barat. Namanya tercatat dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia (2017).
    © Sepenuhnya. All rights reserved.