Indonesia di Mulut
Aku sedang menggosok gigi di depan cermin, pacarku sedang main fesbuk. Tiba-tiba ada kapal yang menambatkan sauh di geraham. Aku terkesima. Gusiku jatuh dan sikat gigiku meloncat ke wastafel. Pacarku serentak mematikan laptopnya. Kuseret wajahnya ke depan cermin. "Lihat, ada burung-burung beterbangan di dalam mulut," kataku terpesona menunjuk rongga mulutku yang penuh busa odol. "Ya, kulihat ada zamrud khatulistiwa," kata pacarku sambil melongok langit-langit mulutku.
Kami memasang kuping. Kudengar lebah berdengung. Suara hujan menetes. Ada lorong gelap. Suara selop melangkah. Suara pintu dibanting. Deru napas atau kipas angin. "Mulutmu seperti sebuah kampung yang kumuh," teriak pacarku. Aku langsung menutup mulut. Aku pindah ke cermin lain. "Coba lihat ini," kataku membuka mulut lebih lebar di depan cermin lain itu. Kulihat bangunan menjulang. Botol minuman. Buku sajak. Orang ngidam. Orang diborgol. Pelanggaran HAM. "Tutup mulutmu, tutup mulutmu!" pacarku berteriak. Kutambatkan sauh dan gerahamku di mulutnya. Gusiku jatuh dan sikat gigiku meloncat ke wastafel.