Puisi: Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku (Karya Husni Djamaluddin)

Puisi "Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku" karya Husni Djamaluddin menggambarkan perasaan sang penyair terhadap Indonesia, tanah airnya.

Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku?



Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah aku digusur
dari tanah leluhur

Indonesia tanah airku
tanah tumpah darahku
di sanalah airku dikemas
dalam botol-botol Aqua

Indonesia tanah airku
di sanalah aku berdiri
jadi kuli sepanjang hari
jadi satpam sepanjang malam

Indonesia tanah airku
Indonesia di manakah tanahku
Indonesia tanah airku
Indonesia di manakah airku

Indonesia tanah airku
tanah bukan tanahku
Indonesia tanah airku
air bukan airku

Indonesia, masihkah engkau tanah airku?

Tuhan, jangan cabut Indonesiaku
dari dalam hatiku



Makassar, 28 Oktober 1992

Sumber: Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku? (2004)

Analisis Puisi:
Puisi "Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku" karya Husni Djamaluddin adalah karya sastra yang menggambarkan perasaan sang penyair terhadap Indonesia, tanah airnya.

Puisi Identitas Nasional: Puisi ini mencerminkan tema identitas nasional yang sangat kuat. Penyair mengekspresikan perasaannya terhadap Indonesia, mengidentifikasikan dirinya dengan tanah airnya, dan mengevaluasi bagaimana perasaannya terhadap Indonesia telah berubah seiring waktu.

Konflik Identitas: Puisi ini menciptakan gambaran konflik identitas yang dalam. Penyair merasa dicabut dari tanah leluhurnya, dan ini mencerminkan perasaan kehilangan akar budaya atau tempat asal yang sering dialami oleh individu yang hidup di lingkungan yang berbeda dari asal mereka.

Konsumerisme dan Urbanisasi: Puisi ini juga menggambarkan dampak konsumerisme dan urbanisasi pada masyarakat modern. Referensi kepada botol-botol Aqua mencerminkan bagaimana air, yang sebelumnya alami dan bebas, sekarang dikemas dan dikomersialisasikan.

Kritik Terhadap Ketidakadilan Sosial: Penyair mengekspresikan kritiknya terhadap ketidakadilan sosial melalui kata-kata seperti "jadi kuli sepanjang hari" dan "jadi satpam sepanjang malam." Ini mencerminkan perasaan bahwa masyarakat umumnya dipekerjakan sebagai buruh kasar dengan upah yang rendah, sementara ketidaksetaraan terus meningkat.

Pertanyaan Kehadiran: Puisi ini mengajukan pertanyaan yang dalam tentang apa artinya menjadi bagian dari sebuah negara dan tanah air. Penyair mencoba mencari makna dari identitas nasionalnya yang berubah dan merasa kehilangan dalam lingkungan yang berubah.

Puisi "Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku" adalah sebuah karya yang penuh dengan perasaan identitas, konflik, dan kritik sosial. Penyair mencoba menggambarkan perubahan yang dialaminya secara pribadi dan juga perubahan yang terjadi dalam masyarakat Indonesia. Puisi ini merupakan pengingat akan pentingnya mempertahankan akar budaya dan nilai-nilai identitas nasional, bahkan dalam dunia yang terus berubah.

Husni Djamaluddin
Puisi: Indonesia, Masihkah Engkau Tanah Airku
Karya: Husni Djamaluddin

Biodata Husni Djamaluddin:
  • Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
  • Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.