Kerbau di Toraja
seekor kerbau hitam melangkah perlahan di pinggir jalan Makale-Sillananseekor kerbau belang dituntun orang menyeberangi kali Makale-Panglike mana kerbau itu menuju mana aku tanya mana aku tahu mungkin sajapada suatu waktu pada suatu desa pada suatu upacarakeduanya bertemu keduanya malu-malu keduanya lalu diadusiapa juara seruduk siapa bakal terjegalsiapa dahinya besi siapa lehernya eboni siapa pahanya bajasiapa paling lama bertahan siapa paling garang menyerangsiapa tanduk siapa tunduk siapa taklukmaka yang kalah akan rebah di tangah jagaldan yang menang puas yang menang sempat bernapas beberapa saat menjelang datang saat tumbang diparang jagallalu satu-satu kerbau itu menyerahkan lehernya pada Toraja
ambillah, Torajaku yang duka Torajaku yang pestaambil nyawakuambil tubuhku seluruhambil diriku ambil dariku segala-galanyaminum darahku kelupas kulitku bagi dagingkumasak lemakku putus ususku potong ekorkuparang tulangku kapak kepalaku pisau jantungkubelati hatiku pasang tandukku
di tiang tolak somba di dinding rumah adat di tempat keramat di tempat terhormat
mungkin saja mungkin juga
keduanya tak pernah bertemu kedunya tak perlu malu-malu keduanya tak akan diaduyang hitam akan pergi berdiam di Bamba Puangyang belang sedang menuju Ulu Sa’dang
mungkin saja mungkin juga
tidak ke sana tidak ke arah yang aku dugamana aku tahu mana aku tanya mana aku periksa
yang aku tahu yang aku tanya yang aku rasaketika itu mengapa aku begitu terharu melihat kerbauyang hitam melanglah perlahan di pinggir jalan Makale-Sillananyang belang dituntun orang menyeberang kali Makale-Pangli
Sumber: Bulan Luka Parah (1986)
Analisis Puisi:Puisi "Kerbau di Toraja" karya Husni Djamaluddin menggambarkan sebuah perjalanan dan perjumpaan antara dua ekor kerbau di daerah Toraja. Puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan dan peradaban.
Puisi ini dimulai dengan gambaran sebuah kerbau hitam yang melangkah perlahan di pinggir jalan Makale-Sillanan, dan kerbau belang yang dituntun oleh seseorang menyeberangi kali di Makale-Pangli. Penulis tidak mengetahui ke mana tujuan kedua kerbau tersebut, tetapi mungkin mereka menuju ke suatu tempat, seperti suatu desa atau upacara.
Kedua kerbau tersebut kemudian bertemu dan diadu, dengan pertanyaan mengenai siapa yang lebih kuat dan siapa yang akan menjadi juara dalam serudukan mereka. Puisi ini menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan kekuatan dan kegarangan masing-masing kerbau. Mereka saling berhadapan dan bertarung dengan tanduk mereka, dan yang kalah akan rebah di tengah jagal, sedangkan yang menang merasa puas.
Namun, dalam akhirnya, kedua kerbau tersebut menyerahkan leher mereka kepada Toraja. Puisi ini mengekspresikan rasa simpati dan pengorbanan kerbau-kerbau tersebut, di mana mereka secara simbolis menyerahkan segalanya, seperti nyawa, tubuh, dan daging mereka kepada Toraja. Penulis menggunakan gambaran yang kuat, dengan menggambarkan pengorbanan kerbau melalui deskripsi pemotongan dan penggunaan berbagai bagian tubuh kerbau dalam ritual atau upacara adat Toraja.
Puisi ini menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kerbau tersebut. Kerbau hitam akan pergi dan berdiam di Bamba Puang, sementara kerbau belang menuju Ulu Sa'dang. Puisi ini juga mencerminkan kerendahan hati penulis yang merasa terharu melihat kedua kerbau tersebut.
Secara keseluruhan, puisi "Kerbau di Toraja" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan dan perjumpaan antara dua kerbau di daerah Toraja. Puisi ini memperlihatkan pengorbanan dan kehormatan yang dilakukan oleh kerbau-kerbau tersebut, serta memberikan gambaran tentang kehidupan dan peradaban di daerah Toraja. Dengan bahasa yang indah dan deskripsi yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan, pengorbanan, dan nilai-nilai budaya.
Karya: Husni Djamaluddin
Biodata Husni Djamaluddin:- Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
seekor kerbau hitam melangkah perlahan di pinggir jalan
Makale-Sillanan
seekor kerbau belang dituntun orang menyeberangi kali
Makale-Pangli
ke mana kerbau itu menuju mana aku tanya mana aku tahu
mungkin saja
pada suatu waktu pada suatu desa pada suatu upacara
keduanya bertemu keduanya malu-malu keduanya lalu diadu
siapa juara seruduk siapa bakal terjegal
siapa dahinya besi siapa lehernya eboni siapa pahanya baja
siapa paling lama bertahan siapa paling garang menyerang
siapa tanduk siapa tunduk siapa takluk
maka yang kalah akan rebah di tangah jagal
dan yang menang puas yang menang sempat bernapas beberapa
saat menjelang datang saat tumbang diparang jagal
lalu
satu-satu
kerbau itu
menyerahkan lehernya pada Toraja
ambillah, Torajaku yang duka Torajaku yang pesta
ambil nyawaku
ambil tubuhku seluruh
ambil diriku ambil dariku segala-galanya
minum darahku kelupas kulitku bagi dagingku
masak lemakku putus ususku potong ekorku
parang tulangku kapak kepalaku pisau jantungku
belati hatiku pasang tandukku
di tiang tolak somba
di dinding rumah adat
di tempat keramat
di tempat terhormat
mungkin saja
mungkin juga
keduanya tak pernah bertemu kedunya tak perlu
malu-malu keduanya tak akan diadu
yang hitam akan pergi berdiam di Bamba Puang
yang belang sedang menuju Ulu Sa’dang
mungkin saja
mungkin juga
tidak ke sana tidak ke arah yang aku duga
mana aku tahu mana aku tanya mana aku periksa
yang aku tahu yang aku tanya yang aku rasa
ketika itu mengapa aku begitu terharu
melihat kerbau
yang hitam melanglah perlahan di pinggir jalan
Makale-Sillanan
yang belang dituntun orang menyeberang kali
Makale-Pangli
Sumber: Bulan Luka Parah (1986)
Analisis Puisi:
Puisi "Kerbau di Toraja" karya Husni Djamaluddin menggambarkan sebuah perjalanan dan perjumpaan antara dua ekor kerbau di daerah Toraja. Puisi ini menyampaikan pesan yang mendalam tentang kehidupan dan peradaban.
Puisi ini dimulai dengan gambaran sebuah kerbau hitam yang melangkah perlahan di pinggir jalan Makale-Sillanan, dan kerbau belang yang dituntun oleh seseorang menyeberangi kali di Makale-Pangli. Penulis tidak mengetahui ke mana tujuan kedua kerbau tersebut, tetapi mungkin mereka menuju ke suatu tempat, seperti suatu desa atau upacara.
Kedua kerbau tersebut kemudian bertemu dan diadu, dengan pertanyaan mengenai siapa yang lebih kuat dan siapa yang akan menjadi juara dalam serudukan mereka. Puisi ini menggunakan bahasa metaforis untuk menggambarkan kekuatan dan kegarangan masing-masing kerbau. Mereka saling berhadapan dan bertarung dengan tanduk mereka, dan yang kalah akan rebah di tengah jagal, sedangkan yang menang merasa puas.
Namun, dalam akhirnya, kedua kerbau tersebut menyerahkan leher mereka kepada Toraja. Puisi ini mengekspresikan rasa simpati dan pengorbanan kerbau-kerbau tersebut, di mana mereka secara simbolis menyerahkan segalanya, seperti nyawa, tubuh, dan daging mereka kepada Toraja. Penulis menggunakan gambaran yang kuat, dengan menggambarkan pengorbanan kerbau melalui deskripsi pemotongan dan penggunaan berbagai bagian tubuh kerbau dalam ritual atau upacara adat Toraja.
Puisi ini menunjukkan adanya perbedaan antara kedua kerbau tersebut. Kerbau hitam akan pergi dan berdiam di Bamba Puang, sementara kerbau belang menuju Ulu Sa'dang. Puisi ini juga mencerminkan kerendahan hati penulis yang merasa terharu melihat kedua kerbau tersebut.
Secara keseluruhan, puisi "Kerbau di Toraja" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya yang menggambarkan perjalanan dan perjumpaan antara dua kerbau di daerah Toraja. Puisi ini memperlihatkan pengorbanan dan kehormatan yang dilakukan oleh kerbau-kerbau tersebut, serta memberikan gambaran tentang kehidupan dan peradaban di daerah Toraja. Dengan bahasa yang indah dan deskripsi yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan makna yang lebih dalam tentang kehidupan, pengorbanan, dan nilai-nilai budaya.
Karya: Husni Djamaluddin
Biodata Husni Djamaluddin:
- Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.