Seorang Anak Muda Masa Kini
Menulis Puisi tentang Pahlawan
Dan Kemerdekaan
bagaimana kalian mengendap dalam gelap malam
di lereng strategis sebuah bukit kecil
menghadang konvoi nica
bagaimana jantung kalian deras berdebar
ketika iring-iringan kendaraan itu semakin mendekat
lalu bagaimana tubuhmu ditembus peluru
dan kau rebah ke tanah berlumur darah
terbaring beku
di rumput ilalang
dalam lengang yang panjang
kami tak tahu
ketika itu kami belum tumbuh di
rahim ibu
bagaimana kalian dalam seragam kumal
baju compang-camping
menyandang karaben Jepang
di front-front terdepan
bagaimana kalian terpelanting
dari tebing-tebing pertempuran
bagaimana kalian menyerbu tank
dengan bambu runcing
bagaimana kalian bertahan habis-habisan
ketika dikepung musuh
dari segala penjuru
bagaimana kalian terbaring
di dinding-dinding
kamar pemeriksaan nefis
bagaimana kalian mengunci rapat rahasia pasukan
dalam mulut yang teguh membisu
walau dilistrik jari-jarimu
dan dicabuti kuku-kukumu
bagaimana kesetiakawanan yang menulang-sumsum
bagaimana kaum ibu sibuk bertugas di dapur umum
bagaimana kalian sudah merasa bangga
kalau ke markas bisa naik sepeda
bagaimana semua itu sungguh-sungguh terjadi
dan bukan dongeng
dan bukan mimpi
kami tak alami
kami belum hadir di bumi ini
bagaimana peristiwa-peristiwa itu berlangsung
pastilah satu memori yang agung
tapi adalah memori kalian
dan bukan nostalgia kami
kemerdekaan
telah kalian rebut
kemerdekaan
telah kalian wariskan
kepada negeri ini
kepada kami anak-anakmu
kemerdekaan
menjadikan kami
jadi generasi
yang tak kenal lagi
rasa rendah hati
seperti yang kalian rasakan
di zaman penjajahan
kemerdekaan
ke sekolah naik sepeda
bukan lagi segumpal rasa bangga
seperti kalian dulu
di tahun tiga puluh
kami anak-anakmu
telah kalian belikan
sepeda motor baru
untuk sekolah, ngebut dan pacaran
tetapi
kemerdekaan
yang juga bahkan
menyadarkan kami
tentang peranan yang harus kami mainkan sendiri
dengan tangan sendiri dengan keringat sendiri
sengan bahasa kami sendiri
dalam lagu cinta
tak bersisa
pada tumpah darah
Indonesia
kemerdekaan
kami tahu
tak hanya dalam deru
sepeda motor
tak cuma meluku tanah dengan traktor
kemerdekaan
bukan hanya langkah-langkah kami
ke gedung-gedung sekolah
kemerdekaan
bukan hanya langkah-langkah petani
ke petak-petak sawah
kemerdekaan
alah pula pintu terbuka
bagi langkah-langkah pemilih
ke kotak-kotak suara
kemerdekaan
adalah ketika hati nurani
bebas melangkah
dengan gagah
bebas berkata
tanpa
terbata-bata
Makassar, 1975
Analisis Puisi:
Puisi "Seorang Anak Muda Masa Kini Menulis Puisi tentang Pahlawan dan Kemerdekaan" karya Husni Djamaluddin adalah sebuah karya yang menggambarkan penghargaan terhadap para pahlawan yang berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Puisi ini juga menggambarkan bagaimana generasi penerus menghargai warisan kemerdekaan yang diberikan oleh para pahlawan.
Penghargaan Terhadap Para Pahlawan: Puisi ini dimulai dengan penggambaran para pahlawan yang mengendap dalam gelap malam di sebuah bukit kecil untuk menghadang konvoi NICA. Mereka adalah individu yang berani dan berkomitmen untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Puisi ini merayakan keberanian dan pengorbanan mereka.
Peristiwa-Peristiwa Pahlawan: Puisi ini menggambarkan berbagai peristiwa heroik yang dilakukan oleh para pahlawan, seperti bertahan di tengah serangan musuh, menyerbu tank dengan bambu runcing, dan menjaga kerahasiaan pasukan meskipun menghadapi penyiksaan. Ini menciptakan gambaran tentang perjuangan mereka yang luar biasa.
Kemerdekaan Sebagai Warisan: Puisi ini menekankan bahwa kemerdekaan adalah warisan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan dan kemudian diwariskan kepada generasi penerus. Kemerdekaan menjadi tanggung jawab bersama untuk dijaga dan diperjuangkan.
Kontras Generasi Penerus: Puisi ini menggambarkan kontras antara generasi penerus dengan generasi pahlawan. Generasi penerus telah menikmati fasilitas yang lebih modern, seperti sepeda motor, dan menghadapi tantangan yang berbeda, termasuk peran politik dan kebebasan berbicara.
Kesadaran Akan Peran Sendiri: Puisi ini mencerminkan kesadaran generasi penerus tentang tanggung jawab mereka dalam mempertahankan kemerdekaan. Mereka menyadari bahwa kemerdekaan tidak hanya tentang kendaraan modern atau fasilitas sekolah, tetapi juga tentang tanggung jawab pribadi dan partisipasi dalam pembangunan negara.
Kemerdekaan dan Kebebasan Berbicara: Puisi ini diakhiri dengan menyatakan bahwa kemerdekaan adalah ketika hati nurani bebas untuk berbicara tanpa terbata-bata. Ini menggarisbawahi pentingnya kebebasan berbicara dan hak asasi manusia dalam menjaga kemerdekaan.
Secara keseluruhan, puisi "Seorang Anak Muda Masa Kini Menulis Puisi tentang Pahlawan dan Kemerdekaan" adalah penghargaan terhadap perjuangan para pahlawan dan juga sebuah pesan kepada generasi penerus untuk menghargai, memahami, dan menjaga kemerdekaan dengan baik. Ini adalah pengingat tentang pentingnya kesadaran akan peran setiap individu dalam menjaga kemerdekaan yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan.
Karya: Husni Djamaluddin
Biodata Husni Djamaluddin:
- Husni Djamaluddin lahir pada tanggal 10 November 1934 di Tinambung, Mandar, Sulawesi Selatan.
- Husni Djamaluddin meninggal dunia pada tanggal 24 Oktober 2004.