Sketsa (1)
Seseorang berkata: Merdeka!
Badai bangkit dalam matanya
menggertapkan gigi-gigi ombak
Bumi menyebarkan wewangian ke udara
Angin istrahat
dan daun-daun menekurkan kepala.
Sketsa (2)
Seseorang berkata: Merdeka!
Darahnya kita hirup
dagingnya jadikan roti
kita panggang di atas bara
dendam kemerdekaan
Hangus!
Sketsa (3)
Seseorang berkata: Merdeka!
Rohnya bangkit menggertapkan
gigi-gigi dendam
Mengejar kita
ke balik-balik mimpi.
1980
Sumber: Horison (Januari-Februari, 1982)
Sketsa (4)
Apa bedanya siang dengan malam
kalau hanya pada terang dan kelam
DaLun gelap cahaya bergantungan di dahan-dahan
kehidupan. Orang-orang bergerombolan menjolok
cahaya dengan galah patah dan angin menghembus
hembuskan cahaya itu ke wajah kita sampai kita
jadi gila mengejar-ngejarnya. Tetapi tiba-tiba
ranting-ranting cahaya itu berguguran sepanjang
jejak gerimis yang turun dalam perjalanan
sia-sia.
Sementara dalam cahaya gelap menyisih ke balik
rimba. Ketika kita kegerahan orang-orang bergerombolan
mencari gelap untuk menyebarkan keteduhan mata danau
Cahaya mengejar-ngejar gelap untuk memasang lampu
lampu kehidupan. Kita memburu gelap sampai-sampai
ke perut ikan karena mata kita hampir buta ditikam
gemerlapan cahaya bulan. Sampai tiba-tiba rimba-rimba
gelap menurunkan hujan sepanjang pantai. Hanya tinggal
bayang-bayang diri kita bersangkutan di dahan-dahan
kehidupan.
2-1-1983
Sumber: Horison (April, 1984)
Karya: B. Y. Tand
Biodata B. Y. Tand:
- B. Y. Tand (Burhanuddin Yusuf Tanjung) lahir pada tanggal 10 Agustus 1942 di Indrapura, Kabupaten Batubara, Sumatra Utara.