Puisi: Ulat (Karya Emha Ainun Nadjib)

Puisi || Ulat || Karya || Emha Ainun Nadjib ||

Ulat (1)



aku bermimpi seekor ulat yang lunak tubuhnya bergeletar-geletar di permukaan kulit lengan kiriku menuju ke leher, hingga seluruh bulu-buluku berdiri karena putik kelembutanku diraba-raba olehnya

kuambil potongan kayu kecil untuk menjentiknya agar terlempar, tapi tak bisa, bahkan tiba-tiba seekor ulat lain yang bentuknya lentik dan penuh rambut halus menggeriap di permukaan kulit lengan kananku menuju ke leher

aku tersentak dan bangun — aku bergembira setengah mati karena kejadian itu hanya mimpi, tapi aku tak mau dalam ingatanku ulat itu masih menempel di kulitku dan aku tak mau ulat itu terseret mengusik-usik dan menggores kenanganku

aku ingin tidur lagi dan bermimpi menjentik ulat itu agar terlempar dan tak berjalan menuju tempat persembunyianKu, tapi tak bisa, setiap jari tanganku dengan potongan kayu kecil itu hendak menjentiknya, ribuan kaki-kakinya sang berbaris menempel erat-erat ke kulitku hingga terasa juga di rongga dadaku

maka terpaksa kupotong lengan kiriku dan lengan kananku dan darah mengucur deras, mengucur terus dan tak kunjung tuntas, tapi dari arah dadaku mendadak muncul seekor ulat yang warnanya menggeriapkanku sehingga kulit-kulitku tak berani bersentuhan dengan apapun, bahkan kedua telapak kakiku ingin meloncat dan terbang saja agar tidak menyentuh tanah

tapi celaka, dan arah ubunku, keningku, pipiku, terasa ulat-ulat berjalan mengoles-oleskan kelembutannya, semua menuju ke leher! — aku tak mau maka kuiris pipiku, kucungkil ubunku dan kusayat-sayat dadaku, aku tak mau ulat-ulat itu diam-diam berduyun-duyun menuju lubang gelap persembunyianKu dan mengancamku, tapi wahai, di leherku tiba-tiba telah berkerumun menempel ulat-ulat itu menggeriap kulit tubuhku, mengkesiap nyawaku dan mencelupkanku ke dalam cairan lenderMu! — yang membuatku takut bergerak dan tak berani tidak bergerak, yang membuat jantungku takut berdenyut dan tak berani tidak berdenyut . . .


Ulat (2)



ulat-ulat bergantungan di meja, di jendela, di pintu, di kursi, di gantungan pakaian, di buku-buku, di langit-langit bilikku, ulat-ulat melata di setiap helai rambutku, di alisku, di hidungku, di telingaku, di tanganku, di tiap jari kakiku, ulat-ulat bergelantungan dan melata di sekujur tubuhku ulat-ulat bergelantungan dan melata di batinku hingga penuh tolong sirnakan aku sebab aku takut bertempat dan menempatkan diri . . .


1976

Sumber: Horison (September, 1978)

Emha Ainun Nadjib
Puisi: Ulat
Karya: Emha Ainun Nadjib

Biodata Emha Ainun Nadjib:
  • Muhammad Ainun Nadjib (Emha Ainun Nadjib atau kerap disapa Cak Nun atau Mbah Nun) lahir pada tanggal 27 Mei 1953 di Jombang, Jawa Timur, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.