Puisi: Di Bandara Doha (Karya Melki Deni)

Puisi "Di Bandara Doha" karya Melki Deni menggambarkan suasana di bandara Doha, sebuah tempat yang menjadi pertemuan berbagai budaya dan bahasa.
Di Bandara Doha

Di ruang tunggu bandara Doha,
tidak ada lagi suku, ras atau agama,
kecuali manusia yang berbahasa, dan cinta yang bergelora.
Bahasa adalah cinta yang seperti matahari yang buta
tak kenal suku, agama atau ras. Seperti hujan yang tanpa cela
jatuh ritmis ke atas semuanya, manusia adalah pemburu bahasa,
penakluk duka, pendobrak kemustahilan, dan pewarta Cinta.

Di ruang tunggu bandara Doha,
orang-orang sibuk 24 jam; mencari cinta dengan bahasa.
Bahasa adalah agama semua orang, dan cinta adalah gravitasi bahasa.
Di sini dua Kita bertarung dengan bahasa dan cinta.
Di negeri yang luas nan canggih ini, bahasa adalah harta,
dan cinta adalah daya yang menciptakan kesalingan, keterpautan,
di mana tidak ada kami, tidak ada juga mereka,
tetapi Kita adalah ketegangan antara Bahasa dan Cinta.

Doha-Qatar, 25 November 2022

Analisis Puisi:
Puisi "Di Bandara Doha" karya Melki Deni adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan suasana di bandara Doha, sebuah tempat yang menjadi pertemuan berbagai budaya dan bahasa.

Latar Belakang Bandara: Puisi ini mengambil latar belakang di bandara Doha, yang merupakan salah satu bandara internasional sibuk di Timur Tengah. Bandara ini menjadi tempat pertemuan banyak orang dari berbagai suku, ras, dan agama, menciptakan lingkungan yang multikultural.

Universalitas Bahasa: Puisi ini mengangkat tema universalitas bahasa sebagai sarana untuk mengatasi perbedaan. Bahasa digambarkan sebagai cinta yang buta terhadap perbedaan suku, agama, atau ras. Ini mencerminkan gagasan bahwa bahasa adalah cara kita untuk berkomunikasi, menciptakan hubungan, dan mengungkapkan perasaan tanpa memandang latar belakang budaya.

Peran Cinta: Cinta digambarkan sebagai "gravitasi bahasa" yang menarik orang-orang bersama-sama. Cinta adalah daya yang menghubungkan orang-orang dan menciptakan kesalingan di tengah perbedaan. Hal ini menyoroti kekuatan cinta untuk melebur perbedaan dan mempersatukan manusia.

Ketegangan antara Bahasa dan Cinta: Puisi ini menggambarkan "ketegangan antara Bahasa dan Cinta" sebagai sesuatu yang mendalam. Ketegangan ini mungkin mengacu pada upaya manusia untuk mengungkapkan perasaan cinta melalui bahasa yang sering kali kompleks dan beragam. Ini menciptakan kesempatan untuk merayakan kekuatan bahasa dan cinta dalam menjembatani kesenjangan budaya.

Makna Kesalingan: Puisi ini menggarisbawahi makna kesalingan (interconnectedness) antara manusia dari berbagai latar belakang. Bahasa dan cinta adalah elemen-elemen yang menghubungkan kita, menciptakan jaringan yang lebih besar dari keberagaman dan keterkaitan.

Secara keseluruhan, puisi "Di Bandara Doha" mengangkat tema universalitas bahasa dan peran penting cinta dalam menghubungkan manusia dari berbagai budaya. Puisi ini menunjukkan bahwa di tengah perbedaan budaya, bahasa dan cinta adalah elemen yang kuat untuk menjembatani kesenjangan dan menciptakan hubungan yang bermakna.

Puisi Melki Deni
Puisi: Di Bandara Doha
Karya: Melki Deni

Biodata Melki Deni:
  • Melki Deni adalah mahasiswa STFK Ledalero, Maumere, Flores, NTT.
  • Melki Deni menjuarai beberapa lomba penulisan karya sastra, musikalisasi puisi, dan sayembara karya ilmiah baik lokal maupun tingkat nasional.
  • Buku Antologi Puisi pertamanya berjudul TikTok. Aku Tidak Klik Maka Aku Paceklik (Yogyakarta: Moya Zam Zam, 2022).
  • Saat ini ia tinggal di Madrid, Spanyol.
© Sepenuhnya. All rights reserved.