Analisis Puisi:
Puisi "Karena Kau Buta" oleh A. Munandar adalah sebuah karya pendek yang penuh dengan perasaan dan emosi. Puisi ini menggambarkan perasaan seseorang yang merasakan ketidakpedulian dari orang yang mereka cintai. Melalui bahasa yang sederhana namun mengesankan, puisi ini menyampaikan rasa kekecewaan dan frustrasi.
Ketidakpedulian dan Kegelapan: Judul "Karena Kau Buta" dengan jelas menunjukkan bahwa orang yang diperbicangkan dalam puisi ini tidak dapat melihat atau memahami perasaan si penyair. Kata "buta" digunakan secara metaforis untuk menyiratkan ketidakpedulian atau ketidaktahuan terhadap perasaan penyair.
Dampak Perasaan: Puisi ini dimulai dengan kalimat pendek yang menggambarkan bagaimana perasaan penyair mempengaruhi dirinya sendiri. "Hanya untuk lambaianmu, / duniaku berhenti" mencerminkan seolah-olah dunia penyair berputar hanya karena tindakan atau perhatian dari orang yang disayanginya.
Keputusasaan dan Penantian: Baris-baris berikutnya, "Hanya untuk senyumanmu, / lidahku membatu. / Hanya untuk tatapan singkatmu, / aku menunggu," menggambarkan perasaan penantian dan keputusasaan penyair. Perasaan ini dirasakan saat penyair mencoba menangkap perhatian orang yang ia cintai, tetapi merasa diabaikan atau tidak diperhatikan.
Keterbatasan: Bagian akhir puisi, "Tapi kau tidak melihat, / karena kau buta," mengungkapkan rasa kecewa dan frustrasi penyair. Orang yang menjadi subjek puisi ini dianggap "buta" karena tidak dapat melihat atau memahami perasaan dan usaha yang telah disalurkan oleh penyair.
Puisi "Karena Kau Buta" oleh A. Munandar menggambarkan perasaan kekecewaan dan frustrasi seseorang yang merasa tidak diperhatikan oleh orang yang mereka cintai. Melalui penggunaan metafora dan bahasa yang sederhana, puisi ini menggambarkan perasaan yang mendalam dan sulit diungkapkan secara langsung.
Karya: A. Munandar
