Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Cinta (Karya Sulaiman Juned)

Puisi “Cinta” karya Sulaiman Juned bercerita tentang pergulatan batin seseorang dalam memahami makna cinta sejati—cinta yang lahir dari pengalaman ...
Cinta
(-bagi Titin Calon Istriku)

Entah bagaimana menerjemahkan kesucian
terhidang dari nikmatnya sakit
bungkus gelisah
obati luka batin
antar hati ke perkuburan rindu
lewat setetes air jatuh dari keningmu.

Banda Aceh, 1993

Analisis Puisi:

Puisi “Cinta” karya Sulaiman Juned adalah karya pendek namun sarat dengan kedalaman emosional dan spiritual. Dalam beberapa baris yang padat makna, penyair menyingkap hakikat cinta bukan sebagai sesuatu yang indah semata, melainkan juga sebagai pengalaman batin yang penuh rasa sakit, pengorbanan, dan kesucian. Dedikasi “bagi Titin Calon Istriku” memberi konteks personal: puisi ini lahir dari ruang cinta yang nyata, namun juga diolah menjadi renungan yang lebih universal.

Tema

Tema utama puisi ini adalah cinta yang suci dan penuh pengorbanan. Sulaiman Juned menggambarkan cinta bukan hanya dalam bentuk perasaan yang menyenangkan, tetapi juga sebagai perjalanan spiritual yang melibatkan luka, rindu, dan penyerahan diri. Kesucian cinta tidak datang begitu saja, tetapi melalui proses penderitaan yang justru meneguhkan maknanya.

Puisi ini bercerita tentang pergulatan batin seseorang dalam memahami makna cinta sejati—cinta yang lahir dari pengalaman hidup, rasa sakit, dan pengorbanan.

Baris pertama, “Entah bagaimana menerjemahkan kesucian,” membuka dengan pernyataan reflektif: penyair sedang berusaha memahami cinta yang begitu murni, namun sulit dijelaskan dengan kata-kata. Kesucian itu tidak logis, tidak rasional; ia dirasakan, bukan diuraikan.

Selanjutnya, “terhidang dari nikmatnya sakit,” menunjukkan paradoks: cinta justru terasa nikmat dalam penderitaan. Sakit di sini bukan luka fisik, melainkan penderitaan batin yang lahir dari kerinduan, pengorbanan, dan keikhlasan.

Baris “bungkus gelisah / obati luka batin” memperlihatkan bahwa cinta menjadi kekuatan yang menenangkan dan menyembuhkan. Dalam gelisah dan luka, cinta hadir sebagai obat, bukan racun.

Lalu muncul frasa yang sangat puitis: “antar hati ke perkuburan rindu.” Ini adalah metafora yang menggambarkan cinta sebagai perjalanan menuju kedalaman perasaan. Rindu yang dikubur bukan berarti mati, tetapi menjadi kenangan yang abadi.

Akhirnya, “lewat setetes air jatuh dari keningmu” memberi simbol yang menakjubkan—setetes air yang bisa dimaknai sebagai keringat, air mata, atau air wudu. Unsur “kening” menghadirkan kesan spiritual, seolah cinta ini disucikan oleh doa dan keikhlasan.

Makna Tersirat

Makna tersirat dari puisi “Cinta” adalah bahwa cinta sejati bukan hanya soal kebahagiaan, tetapi tentang penerimaan, kesakitan, dan pengorbanan yang dijalani dengan tulus.

Sulaiman Juned menyiratkan bahwa cinta yang suci tidak terletak pada kata-kata manis atau janji, tetapi pada kesediaan untuk menanggung luka dan tetap setia pada perasaan itu. Baris “nikmatnya sakit” menjadi kunci makna puisi ini: cinta sejati membuat seseorang rela menderita demi sesuatu yang lebih tinggi—pengabdian, kesetiaan, dan kebermaknaan hidup.

Frasa “lewat setetes air jatuh dari keningmu” dapat dimaknai sebagai simbol spiritual: cinta menjadi ibadah, pengorbanan yang suci, atau doa yang diwujudkan melalui ketulusan. Dalam konteks itu, cinta bukan lagi sekadar hubungan antarindividu, tetapi juga jalan menuju kesadaran yang lebih dalam tentang kemanusiaan dan ketuhanan.

Suasana dalam Puisi

Suasana dalam puisi ini adalah melankolis, hening, dan penuh kontemplasi. Ada kesan batin yang bergulat antara luka dan keindahan, antara gelisah dan ketenangan. Penyair berbicara dalam nada lirih dan intim, seolah berbisik kepada dirinya sendiri atau kepada sosok yang dicintainya.

Suasana ini tidak menampilkan ledakan emosi, melainkan rasa yang tenang dan mendalam, seperti doa yang diucapkan dengan lirih di antara dua insan yang saling memahami tanpa banyak kata.

Amanat / Pesan yang Disampaikan

Amanat dari puisi ini adalah bahwa cinta sejati menuntut ketulusan, kesabaran, dan keberanian untuk menerima luka. Sulaiman Juned ingin menyampaikan bahwa di balik keindahan cinta, selalu ada sisi penderitaan yang justru membuatnya bermakna.

Selain itu, penyair mengingatkan bahwa kesucian cinta tidak diukur dari kenikmatan lahiriah, tetapi dari keikhlasan batin. Setetes air dari kening bisa menjadi lambang pengorbanan kecil yang penuh makna, karena dari situ cinta tumbuh menjadi lebih spiritual.

Puisi ini juga membawa pesan moral: cinta sejati adalah tentang memberi, bukan meminta; tentang menyembuhkan, bukan melukai.

Imaji

Puisi ini kaya akan imaji rasa dan spiritualitas, yang membuatnya terasa lembut namun kuat.
  • “terhidang dari nikmatnya sakit” → menghadirkan imaji rasa yang paradoksal, mempertemukan penderitaan dan kenikmatan.
  • “bungkus gelisah / obati luka batin” → memunculkan imaji emosional, seolah seseorang menenangkan kekasihnya yang terluka.
  • “antar hati ke perkuburan rindu” → menciptakan imaji visual dan simbolik, membayangkan perjalanan jiwa menuju tempat kenangan abadi.
  • “setetes air jatuh dari keningmu” → menghadirkan imaji fisik dan spiritual, menggambarkan kesucian cinta melalui simbol air yang bisa dimaknai sebagai air mata, keringat, atau air wudu.
Imaji dalam puisi ini berfungsi untuk memperkuat suasana spiritual dan kedalaman perasaan, menjadikan setiap barisnya terasa hidup dan menyentuh.

Majas

Beberapa majas (gaya bahasa) yang digunakan oleh Sulaiman Juned antara lain:

Metafora
  • “nikmatnya sakit” → menggambarkan paradoks cinta yang manis sekaligus menyakitkan.
  • “antar hati ke perkuburan rindu” → perjalanan batin menuju kenangan atau kehilangan.
Personifikasi
  • “bungkus gelisah obati luka batin” → seolah gelisah dan cinta memiliki kemampuan menyembuhkan.
Simbolisme
  • “setetes air jatuh dari keningmu” melambangkan kesucian, pengorbanan, dan doa.
  • “perkuburan rindu” menjadi simbol kehilangan, kerinduan abadi, dan kenangan cinta yang tidak pernah mati.
Paradoks
  • “nikmatnya sakit” → dua hal yang berlawanan namun menyatu dalam pengalaman cinta.
Majas-majas tersebut memberi kedalaman makna dan memperindah struktur puisi yang sebenarnya sangat singkat, menjadikannya kaya makna meskipun hemat kata.

Puisi “Cinta” karya Sulaiman Juned merupakan potret lembut dari cinta yang sejati—cinta yang tumbuh dari luka, disucikan oleh kesetiaan, dan dipelihara oleh doa. Dengan bahasa yang padat dan simbolis, penyair menyampaikan bahwa cinta bukan sekadar perasaan indah, tetapi juga ibadah jiwa, tempat manusia belajar tentang kesabaran, ketulusan, dan pengorbanan.

Lewat baris penutup “lewat setetes air jatuh dari keningmu”, penyair seolah menutup perenungan itu dengan doa: bahwa cinta sejati tidak selalu harus diungkapkan dengan kata, cukup dengan keikhlasan yang mengalir seperti setetes air—kecil, sunyi, namun menyucikan.

Sulaiman Juned
Puisi: Cinta
Karya: Sulaiman Juned
© Sepenuhnya. All rights reserved.