Bertemu Ibu (1)
Ibu,
Seperti padi yang baru tumbuh aku rapuh
Bercermin di genang air diam aku bersimpuh
Menguatkan serabut agar kaki tak lumpuh
Mencari air kehidupan di percikan subuh
Bertemu Ibu (2)
Ibu,
Aku meruing pucuk mimpi menenun hari
Irama lagu embun di daun-daun kenari
Tetesnya tergelincir jatuh dari buku jemari
Tanahku kering tak berjejak kaki menari
Bertemu Ibu (3)
Ibu,
Lautan sepi sauh bertolak sendiri
Senja telah berlabuh di pangkuan hari
Air laut tak pernah surut oleh matahari
Namun di mana engkau harus kucari
Bertemu Ibu (4)
Ibu,
Angin tak lagi bawa wangi air susumu
Di pudar kain batik trusmi pemberianmu
Bagai selapis nyawa akan pergi berlalu
Bertemu dengan ribuan biru rinduku
3 Juli 2010
Sumber: Constance (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Bertemu Ibu" karya Shinta Miranda merangkai kata-kata dengan penuh kelembutan, menggambarkan kerinduan dan kekuatan hubungan antara seorang anak dan ibu.
Metafora Padi dan Kelemahan Anak yang Baru Tumbuh: Di bagian pertama puisi, penyair menggunakan metafora padi yang baru tumbuh untuk menggambarkan kelemahan anak yang masih rapuh. Padi yang baru tumbuh menciptakan gambaran tentang keinginan untuk tumbuh dan berkembang, sementara air yang dicari di percikan subuh mewakili kehidupan dan kekuatan yang didapat dari kehadiran ibu.
Irama Lagu Embun dan Keindahan yang Merindukan Ibu: Bagian kedua puisi menghadirkan irama lagu embun di daun-daun kenari yang menciptakan suasana keindahan dan kerinduan. Tetes embun yang tergelincir dari buku jemari menciptakan gambaran kelembutan dan perasaan yang merindukan ibu. Metafora tanah kering yang tak berjejak kaki menari menggambarkan kerinduan anak yang mencari kehadiran ibu dalam kehidupannya.
Lautan Sepi dan Pencarian Anak yang Sendiri: Pada bagian ketiga, penyair menggunakan gambaran laut yang sepi dan sauh yang bertolak sendiri. Ini menciptakan citra anak yang merasa sendiri dan bingung dalam pencariannya. Senja yang berlabuh di pangkuan hari dan air laut yang tak pernah surut menciptakan nuansa ketidakpastian dan pencarian akan keberadaan ibu.
Kehilangan dan Kepergian Aroma Ibu: Bagian terakhir puisi menggambarkan kehilangan dan kepergian aroma air susu ibu. Pudarnya kain batik trusmi sebagai pemberian ibu menciptakan gambaran kepergian yang tidak terhindarkan. Metafora selapis nyawa yang akan pergi berlalu menggambarkan rasa kehilangan dan kepergian yang mendalam ketika bertemu dengan ribuan biru rindu.
Simbolisme Warna Biru Rindu dan Kekuatan Kebatinan: Warna biru rindu menjadi simbol kekuatan kebatinan dan kebersamaan meskipun jarak dan waktu memisahkan. Meskipun ibu telah pergi, warna biru rindu masih ada dan terasa kuat. Simbolisme ini menciptakan gambaran tentang keabadian dan kehadiran spiritual ibu dalam kehidupan anak.
Puisi "Bertemu Ibu" adalah pengalaman puitis yang merangkai rindu, kehilangan, dan pencarian akan kehadiran ibu. Shinta Miranda dengan indahnya menggambarkan perasaan seorang anak yang merindukan ibu melalui metafora alam dan simbolisme warna. Puisi ini mengeksplorasi dinamika hubungan ibu dan anak, menyampaikan kedalaman emosional dan kekuatan batin yang hadir dalam pertemuan yang sesungguhnya atau hanya dalam kenangan.
Karya: Shinta Miranda
Biodata Shinta Miranda:
- Shinta Miranda lahir pada tanggal 18 Mei 1955 di Jakarta.
