Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Cukuplah Ibu (Karya Shinta Miranda)

Puisi "Cukuplah Ibu" karya Shinta Miranda menggambarkan kekuatan cinta seorang ibu yang tidak tergoyahkan oleh waktu atau jarak.
Cukuplah Ibu
Inspirasi dari Sons dan Lovers – DH Lawrence


Aku melihat Tuhan di wajahmu, perempuan satu-satunya
Bulan malam tak pernah tenggelam meski di pekat malam
Kuraih bintang di langit membentang, keduanya menghuni

Kalau cinta itu fana, bukan cinta ibuku
Kalau cinta itu fana, pasti cinta bapakku
Kalau cinta itu fana, biarlah itu adaku pada Miriam

Aku kehilangan, karena kau tinggalkan
Aku mendapatkan karena begitu dekatnya
Cukuplah ini buat selamanya: Baka!

9 Maret 2011

Sumber: Constance (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Cukuplah Ibu" karya Shinta Miranda menciptakan gambaran cinta dan kehilangan melalui kata-kata yang puitis dan mendalam.

Kehadiran Tuhan dalam Wajah Ibu: Puisi ini dibuka dengan pernyataan yang kuat, "Aku melihat Tuhan di wajahmu, perempuan satu-satunya." Ini menciptakan gambaran spiritual dan mengisyaratkan bahwa kehadiran ibu dianggap sebagai manifestasi Tuhan. Pernyataan ini memberikan kedalaman emosional dan keagungan pada peran seorang ibu.

Metafora Bulan dan Bintang untuk Orang Tersayang: Bulan dan bintang digunakan sebagai metafora untuk kedua orang tua. Meskipun bulan tersembunyi dalam pekat malam, hal itu menggambarkan ketidakkenalan kita terhadap kedalaman perasaan orang tua kita. Bintang di langit yang menghuni mencerminkan keabadian cinta orang tua, meski mungkin tersembunyi dari pandangan kita.

Cinta Ibu yang Abadi dan Fana: Puisi ini mengeksplorasi sifat cinta yang abadi dan fana. Pernyataan bahwa "Kalau cinta itu fana, bukan cinta ibuku" menyoroti keabadian cinta seorang ibu, yang tidak terikat oleh batasan waktu atau keadaan. Sifat abadi cinta ini juga diungkapkan melalui kalimat yang sama untuk ayah dan perempuan bernama Miriam.

Kehilangan dan Penerimaan Kehilangan: Puisi ini mencerminkan dualitas kehilangan dan penerimaan. Pernyataan "Aku kehilangan, karena kau tinggalkan, Aku mendapatkan karena begitu dekatnya" menunjukkan bahwa dalam kehilangan, ada juga kehadiran yang mendalam. Kehadiran ibu, meski mungkin telah meninggalkan fisiknya, masih sangat kuat dalam hati dan pikiran penyair.

Cukuplah sebagai Penutup yang Kuat: Penutup puisi dengan kata "Cukuplah ini buat selamanya: Baka!" memberikan sentuhan pribadi dan kuat. Kata "Baka" mungkin mengandung rasa keintiman dan keakraban yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata biasa. Ini menciptakan nuansa pengakhiran yang puitis dan menyentuh.

Puisi "Cukuplah Ibu" adalah sebuah karya yang memukau dan mendalam, menciptakan gambaran cinta dan kehilangan yang abadi. Shinta Miranda dengan indahnya menggambarkan kekuatan cinta seorang ibu yang tidak tergoyahkan oleh waktu atau jarak. Puisi ini memadukan unsur spiritualitas, keabadian cinta, dan penerimaan kehilangan dengan kata-kata yang puitis dan menciptakan pengalaman membaca yang mengesankan.

Puisi
Puisi: Cukuplah Ibu
Karya: Shinta Miranda

Biodata Shinta Miranda:
  • Shinta Miranda lahir pada tanggal 18 Mei 1955 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.