Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Di Utara Negeri Ini (Karya Shinta Miranda)

Puisi "Di Utara Negeri Ini" karya Shinta Miranda membawa pembaca ke atmosfer puitis yang penuh dengan elemen alam dan kehidupan sehari-hari di ...
Di Utara Negeri Ini
: Den Helder

Angin laut kencang hujan datang sebentaran
Kugenggam payung dan ia terbang melayang
Jatuh menyapa jalanan di sore yang lengang
Tawaku gamang berkejaran dengan angin dingin

Puisi laut para kelasi terdengar dari rumah kopi
Aku berdiri di atas tanah datar menutupi lautan
Di kota kecil utara negeri pada musim daun jatuh
Di mana kabut datang dan pergi ketika bibir terbuka

Di mana lagi akan kucari jendela besar berkaca lebar
Melihat bunda dan kedua putri duduk membaca puisi
Sambil minum creme de menthe atau rose wijn
Sementara angin kencang mabuk bergoyang-goyang

12 Juli 2010

Sumber: Constance (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Di Utara Negeri Ini" karya Shinta Miranda membawa pembaca ke atmosfer puitis yang penuh dengan elemen alam dan kehidupan sehari-hari di utara negeri.

Gambaran Alam dan Perubahan Cuaca: Puisi ini membuka dengan gambaran angin laut kencang dan hujan yang singkat, menciptakan nuansa alam yang dinamis. Pilihan kata-kata seperti "payung terbang melayang" dan "tawaku gamang" memberikan rasa perubahan tiba-tiba dan keberanian di hadapan cuaca yang tidak menentu.

Suara Laut dan Atmosfer Kota Kecil: Penyair memperkenalkan suara laut para kelasi yang terdengar dari rumah kopi, menciptakan suasana kota kecil di utara. Dengan menggambarkan dirinya berdiri di atas tanah datar yang menutupi lautan, puisi ini merangkum kehidupan yang terkait erat dengan lautan dan kehidupan para kelasi.

Musim Daun Jatuh dan Kabut di Kota Kecil: Penyair mengeksplorasi musim daun jatuh dan kondisi cuaca di kota kecil tersebut. Kabut datang dan pergi ketika bibir terbuka, menciptakan gambaran atmosfer yang berubah-ubah dan misterius. Pilihan kata-kata yang digunakan membawa pembaca ke dalam suasana sejuk dan berkabut di utara negeri.

Sebuah Pencarian untuk Kembali ke Rumah: Penyair menciptakan nuansa nostalgia dengan menyampaikan keinginan untuk mencari jendela besar berkaca lebar untuk melihat bunda dan kedua putri. Gambaran ini menciptakan rasa kerinduan dan kehangatan keluarga, yang ditemani dengan gambaran minum creme de menthe atau rose wijn.

Metafora Angin Kencang yang Mabuk Bergoyang-goyang: Puisi diakhiri dengan metafora angin kencang yang mabuk bergoyang-goyang. Ini menciptakan gambaran tentang kebebasan dan kegembiraan yang melibatkan alam. Pilihan kata "mabuk" memberikan nuansa yang tak terduga dan meriah, menciptakan citra angin yang memiliki kehidupan sendiri.

Puisi "Di Utara Negeri Ini" adalah pengalaman puitis yang mempersembahkan kehidupan di utara negeri dengan penuh warna dan keindahan. Shinta Miranda berhasil menciptakan suasana yang hidup dan penuh emosi, membawa pembaca ke dalam suasana alam, kota kecil, dan kehidupan sehari-hari. Puisi ini menangkap momen-momen keseharian dengan keindahan dan kepekaan yang memukau.

Puisi
Puisi: Di Utara Negeri Ini
Karya: Shinta Miranda

Biodata Shinta Miranda:
  • Shinta Miranda lahir pada tanggal 18 Mei 1955 di Jakarta.
© Sepenuhnya. All rights reserved.