Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Nyanyian Pagi (Karya Weni Suryandari)

Puisi "Nyanyian Pagi" karya Weni Suryandari memadukan elemen alam, kehidupan sehari-hari, dan kerinduan akan akar tradisi. Melalui penggunaan ...
Nyanyian Pagi


Tak ada cericit burung di huma semayang ini
Kecuali nyanyian pagi menderas jauh di air kali
Perempuan mencuci kutang, rindu pulang ke sarang
Tempat ibu menanam cabe, memasak petis
telur bersantan. Perempuan bermata intan menangis
ingin melupa lelaki jalang dari tualang

sejenak waktu berhenti, cairan najis menepis tanya
"siapa bisa mengajariku menggali surga, demi rahim
masa depan?"
Perempuan itu rindu pulang ke ceruk jelapang
Di kebas angin dari Timur, gugur daun ketapang 
Ia menulis takdir di matanya, lubang api meradang
"dosaku teramat banyak, biar kuburku jadi subur."
Di situ anak-anak membuat taman, bermain ayunan
dan menjadi pengantin berbunga kamboja dan mawar
"Surga itu rumahku, rumahku!"

Nyanyian sungai pagi hari lebih berisik dari
Perempuan mencuci najis yang rindu pulang
ke pulau seberang, rumah tempat sembahyang

Jati Asih, 2015

Sumber: Sisa Cium di Alun-Alun (2016)

Analisis Puisi:
Puisi "Nyanyian Pagi" karya Weni Suryandari menciptakan gambaran puitis tentang kehidupan sehari-hari dan keinginan untuk pulang ke akar-akar tradisi. Dengan menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang mendalam, puisi ini menggambarkan keindahan dan kerumitan kehidupan.

Pemandangan dan Suara Alam, Cericit Burung dan Nyanyian Pagi: Penyair menggunakan gambaran cericit burung dan nyanyian pagi sebagai elemen yang meramaikan suasana pagi. Ini menciptakan atmosfer yang hidup dan alami.

Keseharian dan Nostalgia, Perempuan Mencuci Kutang: Gambaran perempuan yang mencuci menjadi simbol keseharian dan nostalgia akan kehidupan desa. Aktivitas sehari-hari ini menjadi sarana untuk menyampaikan keinginan untuk kembali ke akar tradisi dan kehidupan pedesaan.

Rindu dan Kepulangan: Puisi menciptakan nuansa rindu yang mendalam, tidak hanya fisik, tetapi juga emosional dan spiritual. Keinginan untuk pulang ke sarang mencerminkan keinginan akan keamanan dan ketenangan.

Refleksi dan Tanya Batin, Waktu Berhenti dan Cairan Najis: Puisi menciptakan momen refleksi melalui berhentinya waktu dan kehadiran cairan najis. Pertanyaan batin tentang menggali surga dan meraih rahim masa depan mencerminkan pencarian makna hidup dan spiritualitas.

Simbolisme Alam dan Kehidupan, Angin dari Timur dan Daun Ketapang: Angin dari Timur dan daun ketapang diwakili sebagai simbol alam yang memengaruhi perasaan dan takdir. Ini menciptakan kontras antara keindahan alam dan pertanyaan yang lebih dalam tentang hidup dan dosa.

Rumah Sebagai Surga: Rumah diidentifikasi sebagai surga menyoroti pentingnya nilai-nilai keluarga dan kehidupan desa. Hal ini juga menciptakan hubungan erat antara rumah dan kebahagiaan.

Puisi "Nyanyian Pagi" adalah perjalanan puitis yang memadukan elemen alam, kehidupan sehari-hari, dan kerinduan akan akar tradisi. Melalui penggunaan gambaran yang kaya, penyair menciptakan karya yang menggugah perasaan dan meresapi keindahan dan kerumitan kehidupan.

Weni Suryandari
Puisi: Nyanyian Pagi
Karya: Weni Suryandari

Biodata Weni Suryandari:
  • Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.