Penari Tayub
Senja itu lampu taman bercahaya benderang
pesta belum usai, seorang tayub melambai
Sepasang kaki indah melantai, suara gending
terdengar begitu magis, sedang cuaca gerimis
selendang hijau berayun-ayun, mengundang lelaki
jatuh birahi, sambil menggigil di tebing neraka
Oh, dia tak tahu dada penari sekarat nganga luka
purnama tergelincir di selokan musim penghujan
angin malam nyasar bertiup hasrat mabuk rayuan
Kembang di sanggul rontok, air matanya beku
tangisnya nyaris terkunci oleh bibir kepedihan
Kini suara gending hanya sayup di telinga
terdengar lebih perih dari cuka menyiram luka
Jati Asih, 2014
Sumber: Merapi (12 Agustus 2016)
Analisis Puisi:
Puisi "Penari Tayub" karya Weni Suryandari menciptakan gambaran yang intens dan penuh warna tentang seorang penari tayub dan atmosfer senja. Melalui gambar-gambar yang kuat, puisi ini merangkai kisah tentang keindahan yang tersirat dan kepedihan yang tersembunyi di balik kesenangan dan hiburan.
Senja Penuh Cahaya Benderang: Puisi dimulai dengan deskripsi senja yang indah, di mana lampu taman bercahaya benderang. Gambaran ini menciptakan suasana penuh kehangatan dan keceriaan, seolah-olah memasuki dunia pesta yang masih bergemuruh. Namun, ketidakpastian disiratkan oleh kata "belum usai," memberikan nuansa bahwa sesuatu yang mendalam atau tak terungkap mungkin terjadi.
Tayub Melambai dengan Sepasang Kaki Indah: Gambar seorang penari tayub yang melambai dan sepasang kaki indah yang melantai memberikan citra keanggunan dan keindahan gerakan tari. Suara gending yang terdengar begitu magis menciptakan kesan keajaiban dan daya tarik yang memikat.
Selendang Hijau dan Cuaca Gerimis: Selendang hijau yang berayun-ayun menjadi elemen visual yang memperkaya penggambaran puisi ini. Meskipun cuaca gerimis, suasana tetap memancarkan kehangatan dan kelembutan. Ini menunjukkan bahwa keindahan tari tayub dapat menghadirkan kehangatan bahkan di tengah kondisi cuaca yang kurang menguntungkan.
Dada Penari yang Seakan Terabaikan: Namun, puisi tiba-tiba menggambarkan keadaan yang lebih gelap dan melankolis. Penyair menyingkap bahwa dada penari seakan terabaikan dan sekarat nganga luka. Ini menyoroti sisi kelam dan mungkin kesengsaraan yang tersembunyi di balik senyum dan gerakan yang mempesona.
Senja dan Malam Penuh Rayuan dan Kepedihan: Deskripsi purnama yang tergelincir di selokan musim penghujan, angin malam yang nyasar, dan hasrat mabuk rayuan memberikan lapisan emosional yang mendalam. Kembang di sanggul yang rontok dan air mata yang membeku menciptakan gambaran ketidakstabilan dan kebekuan emosi.
Keheningan yang Menyelimuti Penderitaan: Puisi diakhiri dengan gambaran keheningan dan tangisan yang nyaris terkunci oleh bibir kepedihan. Suara gending yang hanya sayup di telinga menciptakan kesan kehilangan dan penderitaan yang semakin terperinci.
Puisi "Penari Tayub" karya Weni Suryandari menggambarkan keindahan dan kepedihan yang menyelip di balik dunia pesta dan hiburan. Melalui penggunaan gambaran alam dan tari tayub, puisi ini menghadirkan kontras yang kuat antara keceriaan dan kesengsaraan. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas kehidupan dan emosi yang dapat tersembunyi di balik tirai kebahagiaan.
Karya: Weni Suryandari
Biodata Weni Suryandari:
- Weni Suryandari lahir pada tanggal 4 Februari 1966 di Surabaya, Indonesia.
