Setelah Kepergian
: Willy
Duka cita adalah kebun bungaku
Rumput baru pagar ayu
Tahun-tahun berlalu
Pepohonan bisu
Aku mengenalmu
Waktu sekolah dulu
Aku murid, engkau guru
Menyapaku
Aku tersipu malu
Empat belas usiaku
Tak pernah kita tahu
Enam tahun sesudah itu
Kita bersanding satu
Tiga puluh dua tahun berlalu
Engkau tinggalkanku
Terbujur kaku
Jiwaku pilu
Bahtera kita yang satu
Karam pada batu
Ratapku ratapku
Aku kehilanganmu
Tak lagi membencimu
Akan peristiwa lalu
Cuma kebaikanmu
Walau ada tanyaku
Apa kau cintaku
Duka citaku
Adalah kebun bungaku
Rumput baru bagai layu
Tahun-tahun berlalu
Pohon bisu
Sumber: Constance (2011)
Analisis Puisi:
Puisi "Setelah Kepergian" karya Shinta Miranda adalah ungkapan perasaan duka dan kehilangan yang mendalam setelah kepergian seseorang. Penyair menggunakan gambaran alam dan metafora untuk menyampaikan emosi yang kompleks.
Duka Cita sebagai Kebun Bunga: Penyair membuka puisi dengan metafora yang kuat, menyamakan duka cita dengan kebun bunga. Ini memberikan gambaran tentang kerinduan yang mendalam dan kerapuhan perasaan, seolah-olah duka itu sendiri adalah suatu entitas yang hidup dan tumbuh.
Pergantian Waktu dan Pepohonan Bisu: Garis kedua puisi menyiratkan perubahan waktu dengan gambaran "tahun-tahun berlalu." Pepohonan yang menjadi bisu menciptakan gambaran kesunyian dan kesedihan setelah kepergian, seperti alam itu sendiri merasakan kehilangan yang terjadi.
Kenangan Sekolah dan Pertemuan Awal: Penyair membangkitkan kenangan dari masa lalu, ketika mereka masih di sekolah. Hubungan antara murid dan guru berkembang menjadi lebih dalam. Adanya ekspresi malu dari murid menunjukkan perasaan yang tidak terungkap dan rasa hormat yang berkembang.
Perjalanan Waktu dan Kehilangan: Penyair merinci perjalanan waktu dari pertemuan pertama hingga kehilangan yang mendalam. Pergeseran dari kenangan masa lalu hingga ke kepergian menciptakan aliran waktu yang terasa panjang dan menyedihkan.
Ratapan dan Kesunyian: Ekspresi "terbujur kaku" dan "jiwaku pilu" menggambarkan keadaan psikologis penyair yang terpuruk setelah kehilangan. Beberapa kata seperti "bahtera karam pada batu" memberikan gambaran bahwa perjalanan hidup bersama-sama berakhir tragis.
Perubahan dalam Perasaan: Penyair menyampaikan perubahan perasaan dari kebencian menjadi kebaikan. Meskipun ada pertanyaan tentang cinta, ada juga pengakuan bahwa kebaikan yang dulu ada tetap diingat dan dihargai.
Kembali ke Metafora Kebun Bunga: Puisi ditutup dengan kembali ke metafora awal tentang duka sebagai kebun bunga. Pohon yang bisu dan rumput yang layu mencerminkan kehampaan dan kehilangan yang masih terasa bahkan setelah waktu berlalu.
Puisi "Setelah Kepergian" menggambarkan perasaan kehilangan dan duka cita melalui metafora kebun bunga yang kuat dan gambaran alam yang puitis. Pergeseran dari kenangan masa lalu hingga saat ini menciptakan narasi yang memilukan tentang perjalanan kehidupan dan kehilangan seseorang yang dicintai.
Karya: Shinta Miranda
Biodata Shinta Miranda:
- Shinta Miranda lahir pada tanggal 18 Mei 1955 di Jakarta.
