Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Terbunuh Sepi (Karya Sarifah Aini)

Puisi "Terbunuh Sepi" karya Sarifah Aini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam hubungan cinta dan perasaan sang penyair terhadapnya.
Terbunuh Sepi


Saat sang perindu masih lincah menggores pena merangkai kata tentang rasa ingin jumpa, saat itu pula 'ku sudah lelah menunggu waktu yang kian jemu. Semakin dia asik melahirkan anak larik puisi romantik, bagiku sudah tak menarik karena rindu telah terusik oleh tangan-tangan penuh intrik.

Dulu ribuan sajak cinta pernah tercipta sebagai wakil segala rasa mumpuni puja, kutulis prosa tentang sirah kasih cinta masa-masa indah bersama. Kini aksara dalam lembaran kertas itu nampak buram lalu menghitam, menjadi arang dari sisa pembakaran hati yang mendendam.

Lantas apa masih harus 'ku berharap dari cinta tanpa sayap? Tiada lagi sejuk tatap tempatku berteduh kala raga bersimbah peluh. Apa masih harus 'ku meratap mengharap dekap? Sementara kaupalingkan rasa pada dia penghianat cinta.

Rindu kini telah menjadi abu, kemudian berlalu dihempas bayu menjauh pergi ke masa lalu. Cinta hanya tinggal cerita, sisakan bilur luka sayat tajamnya belati dusta. Apa masih harus kukenang kasih usang sang pecundang?

Bondowoso, 14 November 2023

Analisis Puisi:
Puisi "Terbunuh Sepi" karya Sarifah Aini menggambarkan perubahan yang terjadi dalam hubungan cinta dan perasaan sang penyair terhadapnya.

Penyair dan Perindu yang Berbeda: Puisi dimulai dengan kontras antara sang perindu yang masih aktif mengekspresikan perasaannya melalui puisi dan perasaan sang penyair yang telah kehilangan semangat menunggu. Ini menciptakan ketegangan antara dua individu yang berada dalam dimensi perasaan yang berbeda.

Kejenuhan dalam Menunggu: Penyair menyampaikan kejenuhan terhadap waktu yang terus berjalan tanpa kepastian. Keberlanjutan sang perindu dalam menciptakan puisi romantis dianggap kurang menarik dan tidak lagi mampu memelihara rasa rindu sang penyair.

Perubahan dalam Hubungan Cinta: Puisi mencerminkan perubahan dalam hubungan cinta yang dulunya penuh dengan sajak romantis dan kenangan indah. Namun, kini, aksara di lembaran kertas menjadi buram dan hitam, melambangkan kegelapan hati dan perasaan yang telah terbakar.

Pergeseran Prioritas: Ada pergeseran prioritas dalam kehidupan cinta sang penyair. Dia mencatat bahwa sejuknya tatap telah hilang, dan raga yang dulu bersimbah peluh kini ditinggalkan. Pergeseran ini menunjukkan bahwa hubungan yang dulu begitu berarti kini telah kehilangan daya tariknya.

Rindu Menjadi Abu: Metafora "Rindu kini telah menjadi abu" menyampaikan bahwa perasaan rindu yang intens dan menyenangkan telah berubah menjadi sesuatu yang hampa dan terpatahkan. Kecewa dan dendam terhadap pengkhianatan cinta terungkap melalui "bilur luka sayat tajamnya belati dusta."

Pertanyaan tentang Kenangan Usang: Penutup puisi mengeksplorasi pertanyaan tentang apakah masih layak mengingat kenangan cinta yang telah usang dan menjadi "bilur luka." Hal ini menciptakan suasana merenung dan penyesalan terhadap hubungan yang telah berakhir.

Puisi "Terbunuh Sepi" menggambarkan perjalanan emosional dari kecintaan yang bersemangat menjadi kehilangan dan kejenuhan. Sarifah Aini berhasil menggambarkan perasaan penyair yang menghadapi kenyataan pahit perubahan dalam hubungan cintanya, memberikan dimensi reflektif pada puisi ini.

Puisi
Puisi: Terbunuh Sepi
Karya: Sarifah Aini
© Sepenuhnya. All rights reserved.