Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Tersesat (Karya Susy Ayu)

Puisi "Tersesat" pembaca untuk merenung tentang dampak konflik berkepanjangan dan pentingnya mencari jalan pulang melalui nilai-nilai spiritual.
Tersesat


orang sudah berbunuhan sejak jaman dulu
ini semua bukan hal baru
dan masih saja berulang
mereka mencari jalan pulang masing-masing
dan tak habis-habis mempertengkarkan cara yang mereka tempuh
kelak anak-anak kita juga mencari jalan pulang
tapi dari mana semua itu hendak dimulai?
tidakkah kita cemas mereka akan tersesat
jika hanya kebencian yang diwariskan?

ada banyak kuburan di tempat ini
ada lebih banyak lagi di benak orang-orang
mereka menziarahinya tiap kali
setiap kali disadari ada yang sudah hilang
mereka akan menengok ke sekeliling
tak tahu lagi apakah kesedihan atau kematian
yang membuat mereka saling melukai

kelak anak-anak kita adalah si penyampai pesan
yang semua pesan adalah berita baik
bukankah setiap nabi juga membawa pesan baik?
namun pengikutnya memperlombakan kebaikannya
hingga saling membunuh untuk memenangkannya
mereka lupa bahwa Tuhan yang menciptakan segala
nabi-nabi itu, kebaikan kebaikan itu
mereka lalai bahwa jalan pulang hanya kepada Tuhan 

Tuhan satu-satunya tempat semua pesan itu berasal

Oktober, 2011

Sumber: Minggu Pagi (14 Oktober 2011)

Analisis Puisi:
Puisi "Tersesat" karya Susy Ayu menggambarkan refleksi mendalam tentang kekerasan dan pertentangan yang telah ada sepanjang sejarah manusia. Puisi ini juga mengeksplorasi keprihatinan terhadap masa depan, khususnya bagaimana generasi mendatang akan menemukan "jalan pulang" di tengah konflik dan kebencian yang mewarisi zaman.

Kekerasan dalam Sejarah: Puisi dibuka dengan pernyataan bahwa kekerasan telah menjadi bagian dari sejarah manusia sejak zaman dahulu. Ini menggambarkan keberlanjutan dan siklus konflik yang tampaknya tidak berujung.

Mencari Jalan Pulang: Puisi menyoroti upaya manusia untuk mencari "jalan pulang" masing-masing, tetapi pertentangan dan perbedaan dalam cara pandang dan pemahaman menciptakan kebingungan. Pertanyaan diajukan, "dari mana semua itu hendak dimulai?" menunjukkan ketidakpastian mengenai akar permasalahan dan bagaimana mengatasi konflik.

Keterwarisan Kebencian: Penyair menyampaikan keprihatinan terhadap keterwarisan kebencian dari satu generasi ke generasi berikutnya. Pernyataan "tidakkah kita cemas mereka akan tersesat jika hanya kebencian yang diwariskan?" menyoroti risiko tersesatnya generasi penerus jika terus terjadi pewarisan sikap bermusuhan.

Kuburan di Tempat Ini: Metafora kuburan digunakan untuk mencerminkan kehilangan dan kerugian yang telah terjadi. Kuburan di benak orang-orang menggambarkan beban emosional dan trauma akibat kekerasan dan konflik.

Penyampai Pesan dan Pesan Baik: Penyair merinci peran anak-anak sebagai "si penyampai pesan," yang seharusnya membawa pesan baik. Namun, ironisnya, konflik dan kebencian yang diwarisi dari generasi sebelumnya dapat mengancam kemampuan mereka untuk menyampaikan pesan positif.

Jalan Pulang kepada Tuhan: Puisi menegaskan bahwa "jalan pulang" sejati hanya bisa ditemukan kepada Tuhan. Ini menggarisbawahi pentingnya kembali kepada nilai-nilai spiritual dan moral untuk menemukan kedamaian sejati.

Puisi "Tersesat" mengeksplorasi tema-tema universal tentang kekerasan, konflik, dan pencarian kedamaian. Susy Ayu mengajak pembaca untuk merenung tentang dampak konflik berkepanjangan dan pentingnya mencari jalan pulang melalui nilai-nilai spiritual. Puisi ini menggambarkan sebuah panggilan untuk mengubah arah dan mewariskan pesan positif kepada generasi mendatang.

Susy Ayu
Puisi: Tersesat
Karya: Susy Ayu

Biodata Susy Ayu:
  • Susy Ayu lahir pada tanggal 14 Juni 1972 di Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia.
© Sepenuhnya. All rights reserved.