Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Jendela Kayu (Karya Sarifah Aini)

Puisi "Jendela Kayu" karya Sarifah Aini membawa pembaca ke dalam dunia kenangan yang abadi, mengeksplorasi nuansa rindu dan kehilangan melalui ...
Jendela Kayu


Pernah saat hujan di kala itu. Berharap langit menumpahkan kembang gulali saja. Agar tetap terasa manis ketika curahnya hampir habis. Berharap pada guntur, agar mengubah suaranya menjadi lagu termerdu, membelai telinga yang pekak atas resah. Masih juga meraba rindu yang lugu, setelahnya berharap ada pelangi akan tampak tanpa lagi malu-malu.

Ruang ini masih seperti dulu saat ada dirimu. Dinding juga lantainya kerap memaksaku mengajak bertingkah luncah. Terkadang harus melepas kesadaran diri, bahwa dirimu sudah tak lagi ada di sini. Semuanya berebut ingin mengajakku kembali pada cerita lama. Saat manjamu santun mengusap hasratku, bertutur lembut di atas pembaringan itu. Menyatukan dengan seksama, dua raga kita yang bercengkrama.

Namun, bisikan dari luar beranda nyata telah menjeratmu dan berlalu. Tergugu oleh lamanya riwayatku bersamamu. Memupuk hingga tunas itu tumbuh menjadi langkah-langkah riang yang lucu. Engkau menyekatnya kini, menciptakan jarak sendiri pada lekatnya buah hati. Dirimu sudah jauh di luar sana. Nyaman pada sesosok raga muda pemberi madu. Sementara aku, syahdu bersama buah hatiku. Walau harus menatap akhir senja lewat jendela kayu.

Bondowoso, 2 Desember 2023

Analisis Puisi:
Puisi "Jendela Kayu" karya Sarifah Aini membawa pembaca ke dalam suasana kenangan yang indah dan kesedihan yang tulus. Melalui bahasa yang indah dan puitis, Sarifah Aini menggambarkan pengalaman melalui jendela kayu sebagai simbol dari ruang di mana kenangan dan rindu menghantui.

Hujan Sebagai Pemicu Kenangan: Puisi dimulai dengan hujan, memberikan nuansa romantis dan melankolis. Hujan di sini bukan hanya fenomena alam, tapi juga menjadi pemicu kenangan dan rindu terhadap masa lalu.

Imajinasi Pelangi Tanpa Malu-Malu: Penggunaan metafora pelangi yang tak malu-malu menunjukkan harapan dan keinginan akan keceriaan, kebahagiaan, dan kemurnian dalam hubungan. Meskipun dihadapkan pada kepergian seseorang, harapan ini tetap hidup.

Ruang dan Jendela Kayu sebagai Saksi: Puisi mengeksplorasi peran ruang dan jendela kayu sebagai saksi dalam merawat kenangan. Ruang ini masih memancarkan keberadaan dirimu, dan jendela kayu menjadi simbol pembatas antara masa lalu dan kini.

Keinginan untuk Kembali pada Cerita Lama: Puisi merenungkan tentang keinginan untuk kembali pada cerita lama. Meski seseorang telah pergi, ruang dan jendela kayu mencoba membawa pembaca ke dalam kenangan yang terukir di sana.

Konflik Antara Masa Lalu dan Kini: Ada konflik internal antara masa lalu yang hidup dalam kenangan dan kini yang diwarnai oleh kepergian seseorang. Pembaca dapat merasakan ketegangan dan rasa kehilangan yang mendalam.

Penggunaan Bahasa Puitis: Bahasa dalam puisi ini memiliki keindahan tersendiri. Penggunaan kata-kata yang terpilih dan susunan kalimat yang puitis menciptakan suasana yang memikat dan menggugah perasaan pembaca.

Tema Rindu dan Kenangan: Puisi ini secara dominan membahas tema rindu dan kenangan. Penyair dengan lembut menyampaikan perasaan kerinduan dan kesedihan yang tulus melalui jendela kayu sebagai medium untuk merenungkan masa lalu.

Puisi "Jendela Kayu" menciptakan keseimbangan antara keindahan bahasa dan kedalaman emosi. Sarifah Aini berhasil membawa pembaca ke dalam dunia kenangan yang abadi, mengeksplorasi nuansa rindu dan kehilangan melalui jendela kayu yang menjadi saksi setia.

Puisi
Puisi: Jendela Kayu
Karya: Sarifah Aini
© Sepenuhnya. All rights reserved.