Pada Akhirnya
Kalah, kuakui aku kalah
Karena aku tak bisa merebut hatimu, bahkan untuk memilikimu
Meski, banyak waktuku yang terbuang sia-sia untuk menunggu sebuah kepastian
Tetap saja, aku sekedar pilihan ketika kamu butuh hiburan
Kamu tahu, tak ada yang baik-baik saja dalam menanti
Tak ada yang lebih tenang, ketika menunggu dalam harap
Saat rasaku telah jatuh sejatuh-jatuhnya padamu
Namun, kamu sama sekali tidak mengupayakan perasaanku
Kelak jika perasaanku mulai luntur, harapanku pun ikut hancur
Maka, kamu bukanlah lagi menjadi alasan untuk aku nanti
Jika berkenan, kenanglah aku sebagai seseorang yang begitu tangguh mencintaimu
Namun, tak pernah menjadi sesuatu yang berarti di hatimu
Dan aku akan mengenangmu sebagai alasan
Mengapa menunggu menjadi sebuah kebodohan
Pada akhirnya, sesuatu yang mampu aku pertahankan harus aku ikhlaskan
Karena pada hakikatnya, aku tak berhak apa-apa
Lantas, mengapa aku harus berat melepas yang bukan kupunya
Terima kasih, atas permainan dan senda gurau yang telah menemaniku selama ini
Sampaikan salamku pada persimpangan jalan
Tempat di mana aku menunggu bersatunya arah tujuan
Bondowoso, 17 Oktober 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Pada Akhirnya" karya Sarifah Aini mencerminkan perjalanan emosional seseorang yang menghadapi kekalahan dalam cinta. Dengan keberanian mengakui keterbatasan dan menerima kenyataan, puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang perasaan yang rumit dan realitas pahit dalam hubungan.
Ketidakmampuan Merebut Hati: Penyair mengakui kekalahan dan ketidakmampuannya merebut hati orang yang dicintai. Ini menciptakan rasa kejujuran dan keterbukaan terhadap perasaan yang sebenarnya.
Waktu yang Terbuang: Puisi menyoroti pentingnya waktu dalam menunggu sebuah kepastian. Penyair menyadari bahwa waktu yang terbuang sia-sia adalah bagian yang tidak terhindarkan dari proses menanti.
Pilihan sebagai Hiburan: Penyair menyadari bahwa dia hanya menjadi pilihan ketika dibutuhkan sebagai hiburan. Ini menunjukkan pemahaman yang tajam akan posisinya dalam kehidupan orang yang dicintainya.
Ketidakupayaan Penerimaan Perasaan: Puisi menyoroti ketidakupayaan orang yang dicintai dalam mengakui dan merespons perasaan sang penyair. Rasa harap yang tidak kunjung terjawab menciptakan ketidakpastian dan kegelisahan.
Pertahanan Diri dan Penghujung Harapan: Penyair menyatakan bahwa jika perasaannya mulai luntur, harapannya akan ikut hancur. Ini mencerminkan pertahanan diri dari kekecewaan dan menggambarkan penghujung harapan dalam hubungan.
Kenangan sebagai Alasan Menunggu: Penyair meminta agar dia diingat sebagai orang yang kuat dalam mencintai, meskipun tidak pernah menjadi sesuatu yang berarti. Ini menunjukkan keberanian dalam mengenang dan melepaskan.
Ketidakberdayaan dan Pengakuan Kekalahan: Puisi mengekspresikan ketidakberdayaan dan pengakuan akan kekalahan dalam mempertahankan sesuatu yang tidak dapat dimilikinya.
Terima Kasih dan Pemutusan: Penyair menyampaikan terima kasih atas permainan dan senda gurau yang telah menemani. Pemutusan ini menciptakan akhir yang terstruktur dengan indah dan penuh keberanian.
Puisi "Pada Akhirnya" memberikan gambaran yang jujur dan tulus mengenai kekalahan dalam cinta. Sarifah Aini dengan penuh sensitivitas menyampaikan emosi dan pikiran yang kompleks, memperkaya pemahaman kita tentang perasaan dan realitas dalam hubungan manusiawi.
Karya: Sarifah Aini
