Rindu Paling Sunyi
Masih saja aku meringkuk di sudut resah, memperolok diri yang hampir saja menyulam kata menyerah. Lihat saja bodohnya aku, setiap hari hanya bisa menatap kaca dengan pipi yang masih basah, mungkin saja ini karena pilu yang membuatku semakin gelisah.
Sejauh ini aku masih menerka-nerka, apakah yang kau inginkan masih seirama dengan harapanku, hingga hati kita mampu bergerak menapaki bahagia bersama-sama di masa depan, ataukah kau malah senang jika aku dipenuhi dengan ratapan?
Mengapa selalu saja terdiam, ketika melihat rindu paling sunyi, semakin hari semakin membuatku tenggelam.
Cintamu seperti hina yang terus-menerus mengukirkan mimpi dengan dia yang kau cintai, hingga menyeretnya dengan egomu, menjadikanya nyata tanpa memperdulikan aku lagi, sadarkah jika hal itu melukaiku bertubi-tubi.
Sampai akhirnya aku pahami, seseorang yang kau jadikan bagian dari do'amu ternyata bukan lagi aku, melainkan dia yang hadir membawa sejuta janji.
Setelah syair ini selesai aku tulis, biarkan aku menjadi manusia dengan beban paling angkuh, menengadahkan tangan menuju permohonan agar tak lagi menciptakan tangis. Sampai pada saatnya perpisahan itu benar terjadi, tidak lagi menjadikanku makhluk paling sedih saat cintaku tak mampu lagi membuatmu luluh.
Bondowoso, 6 Desember 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Rindu Paling Sunyi" karya Sarifah Aini menggambarkan perjalanan emosional seorang individu yang merasakan rindu yang dalam dan sedih. Dalam puisi ini, penyair merinci perasaan kehilangan, kebingungan, dan akhirnya penerimaan terhadap suatu keputusan atau perpisahan yang tak terhindarkan.
Penderitaan dalam Kesendirian: Puisi dimulai dengan gambaran penderitaan dan kesedihan yang dirasakan oleh penyair. Penyebutan "sudut resah" menciptakan citra kesendirian dan kegelisahan yang mendalam. Penggunaan kata-kata seperti "meringkuk" dan "menyerah" menunjukkan betapa beratnya beban emosional yang dibawa oleh tokoh utama.
Ragam Emosi: Penyair berhasil menyampaikan ragam emosi, mulai dari kegelisahan, kebingungan, hingga akhirnya penerimaan. Adanya perasaan bodoh, rindu yang sunyi, dan ketidakpastian terhadap harapan bersama menggambarkan perjalanan emosional yang kompleks.
Tanda-Tanda Rindu: Puisi ini menggambarkan tanda-tanda rindu yang terasa begitu sunyi. Penyair mencoba menerka-nerka harapan dan ekspektasi terhadap hubungan, namun terhambat oleh kebisuan dan ketidakjelasan dari pihak lain.
Cinta yang Menyakitkan: Penggambaran cinta dalam puisi ini tidak hanya sebagai sesuatu yang indah, tetapi juga sebagai pengalaman yang menyakitkan. Perbandingan cinta dengan hinaan dan pengukiran mimpi menciptakan citra kesakitan dan kekecewaan.
Kesadaran akan Pergantian Hati: Tokoh utama mencatat perubahan dalam cinta yang dulu mereka miliki. Kesadaran bahwa orang yang dicintai telah menjadi bagian dari doa untuk orang lain menjadi pukulan emosional yang sulit diterima.
Permohonan Penerimaan Perpisahan: Pada akhir puisi, penyair menuliskan permohonan agar tak lagi menciptakan tangis. Ini mencerminkan suatu bentuk penerimaan terhadap kenyataan bahwa perpisahan mungkin tak terhindarkan. Penulisan ini menjadi langkah menuju ketenangan dan kedewasaan.
Kesedihan dalam Akhir: Puisi ditutup dengan kesan kesedihan yang menyertai kesadaran bahwa cinta yang dulu begitu berarti telah berakhir. Penulisan ini memberikan nuansa pahit tentang kehilangan dan perpisahan.
Puisi "Rindu Paling Sunyi" karya Sarifah Aini berhasil menyajikan analisis emosional yang dalam dan kompleks. Dengan kata-kata yang puitis, penyair menggambarkan liku-liku perasaan yang terjadi dalam suatu hubungan, termasuk penderitaan, kekecewaan, dan akhirnya penerimaan terhadap kenyataan yang sulit. Puisi ini mengajak pembaca untuk merenung tentang kompleksitas hubungan dan perasaan manusia dalam menghadapi perubahan dan perpisahan.
Karya: Sarifah Aini
