Senja di Simpang Empat
Benda kotak itu melaju
Membelah persimpangan
Tanpa dapat dikendalikan
Navigasi yang mulanya baik-baik saja
Berulah tetiba
Adu kambing tak terelak
Senja simpang empat dalam jebak
Ampiri titipan Tuhan bertajuk qadarullah
Senja menggores pias
Musibah, bukan bias
Ia tertulis jelas
Uji hamba-Nya hadirkan keteguhan iman
Fajar Indah, 28 Desember 2023
Analisis Puisi:
Puisi "Senja di Simpang Empat" karya Ummi Sulis menggambarkan kehidupan sebagai perjalanan yang penuh dengan kejutan dan ujian. Melalui gambaran senja di persimpangan jalan, penyair menciptakan metafora yang kuat untuk menggambarkan kisah hidup manusia.
Benda Kotak dan Persimpangan: Metafora "Benda kotak" yang melaju dan "membelah persimpangan" mencitrakan perjalanan hidup sebagai suatu yang tak terduga. Benda tersebut, yang mewakili nasib atau takdir, tidak dapat dikendalikan dan dapat mengubah arah hidup tanpa pemberitahuan.
Navigasi yang Berulah: Penggunaan kata "Navigasi yang mulanya baik-baik saja / Berulah tetiba" menggambarkan ketidakpastian dan ketidakstabilan hidup. Meskipun awalnya tampak baik, namun kejutan atau cobaan dapat muncul kapan saja, menuntut seseorang untuk tetap waspada.
Adu Kambing Tak Terelak: Ungkapan "Adu kambing tak terelak" menciptakan gambaran konflik atau situasi yang sulit dihindari. Senja di persimpangan empat menjadi saksi perjalanan yang tak selalu mudah, dan adu kambing menjadi representasi ujian atau tantangan hidup.
Senja dalam Jebak: Penyair menciptakan citra "Senja simpang empat dalam jebak" untuk menyiratkan bahwa ketika senja tiba, manusia berada dalam situasi yang membingungkan dan sulit diprediksi. Jebak tersebut mungkin menggambarkan perangkap hidup yang harus dihadapi.
Titipan Tuhan Bertajuk Qadarullah: Sentuhan spiritual ditunjukkan dengan ungkapan "Titipan Tuhan bertajuk qadarullah." Ini menunjukkan bahwa takdir atau nasib adalah bagian dari rencana Tuhan, dan manusia perlu menerima dan menjalani ujian yang diberikan-Nya.
Senja Menggores Pias: Metafora senja yang "menggores pias" menciptakan gambaran bahwa perjalanan hidup tidak selalu indah. Senja, yang sering dihubungkan dengan keindahan, dalam puisi ini juga menjadi saksi musibah dan ketidaksetiaan hidup.
Musibah Bukan Bias: Pemilihan kata "Musibah, bukan bias" menegaskan bahwa kejadian sulit dan penderitaan bukanlah hal yang umum atau terduga. Musibah dianggap sebagai sesuatu yang tidak bisa dihindari dan harus dihadapi.
Uji Hamba-Nya Hadirkan Keteguhan Iman: Puisi ini diakhiri dengan pernyataan bahwa ujian yang diberikan oleh Tuhan adalah untuk menguji keteguhan iman. Ini menciptakan pesan tentang pentingnya menjaga keyakinan dan ketabahan dalam menghadapi cobaan hidup.
Puisi "Senja di Simpang Empat" adalah puisi yang menggugah untuk merenung tentang takdir dan tantangan hidup. Dengan penggunaan metafora yang kuat, penyair berhasil menciptakan gambaran tentang ketidakpastian, ujian, dan keteguhan iman dalam menghadapi berbagai musibah di simpang-simpang kehidupan.
Karya: Ummi Sulis
Biodata Ummi Sulis:
- Ummi Sulis, perempuan yang berprofesi sebagai pendidik ini, gemar menulis sedari Sekolah Menengah. Kemampuan menulis lebih diasah ketika Covid melanda di tahun 2019 kemarin, dengan mengikuti berbagai kelas kepenulisan. Ia juga menulis beberapa buku serta menjadi admin di beberapa penerbit.
- Ummi bisa disapa di IG dan FB dengan nama akun Ummy Sulistyowati.
