Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Sajadah Rindu (Karya Firman Fadilah)

Puisi "Sajadah Rindu" karya Firman Fadilah menggambarkan perasaan rindu yang mendalam, spiritualitas, dan hubungan yang erat antara manusia dengan ...
Sajadah Rindu

Di atas sajadah yang lembut terbentang
Terpatri rindu yang mengalir dalam kenang
Seperti butiran embun di pagi yang begitu sejuk
Rindu itu menyucikan jiwa yang gersang dalam peluk

Manakala lantunan ayat suci terbentang di bentala
Akulah penangguk rindu yang menanti selaksa rasa
Gegap gempita kala kalbu tersungkup dosa
Lantunan ayat suci menyejukkan rintihan jiwa

Di setiap sujud, dalam setiap doa yang terucap
Rindu itu merajut benang kasih 
Menghubungkan hati yang terpisah jarak
Dalam cinta yang tak terhingga

Sajadah yang menjadi saksi bisu
Terhadap kehadiran rindu yang mengalir sendu
Menyatu dalam keheningan yang bening
Melangitkan asa dan sejuta pinta

Dalam sajadah rindu, aku merenung
Mengenang akan kasih-Nya yang terus mengalir
Dan dalam setiap sujud yang tulus
Hamba meminta diampuni segala dosa

Pojok Baca, 16 Maret 2024

Analisis Puisi:
Puisi "Sajadah Rindu" karya Firman Fadilah adalah sebuah karya yang menggambarkan perasaan rindu yang mendalam, spiritualitas, dan hubungan yang erat antara manusia dengan keagungan agama. Puisi ini mempersembahkan gambaran tentang bagaimana rindu dapat menjadi sebuah pengalaman spiritual yang memperdalam hubungan manusia dengan Sang Pencipta.

Metafora Sajadah dan Rindu: Penyair menggunakan sajadah sebagai metafora untuk rindu yang mendalam. Sajadah, sebagai tempat berdoa dalam agama Islam, menjadi simbol yang kuat untuk menggambarkan hubungan spiritual antara manusia dengan Tuhan. Di atas sajadah, terbentang rindu yang mengalir dalam kenangan, menciptakan gambaran tentang bagaimana keagungan Tuhan hadir dalam setiap aspek kehidupan.

Kehadiran Spiritualitas: Puisi ini menyoroti pentingnya spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari. Ketika lantunan ayat suci terbentang, penyair merasakan kedekatan yang mendalam dengan Tuhan. Ayat-ayat suci menjadi sumber kekuatan dan ketenangan dalam menghadapi kesulitan dan dosa-dosa yang menyelimuti kalbu.

Rindu sebagai Penghubung Hati: Rindu dalam puisi ini tidak hanya merujuk pada perasaan manusia terhadap sesama, tetapi juga sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Setiap sujud dan doa yang terucap menjadi momen di mana rindu merajut benang kasih dan menghubungkan hati yang terpisah jarak dengan Sang Pencipta.

Simbolisme Sajadah: Sajadah dalam puisi ini menjadi saksi bisu terhadap kehadiran rindu yang mengalir sendu. Ini menciptakan gambaran tentang bagaimana kesucian dan ketenangan ditemukan dalam hubungan spiritual, di mana manusia mencari kekuatan dan penghiburan dalam doa dan pengabdian kepada Tuhan.

Pemurnian dan Pengampunan: Puisi ini menutup dengan harapan akan pemurnian dan pengampunan dari dosa-dosa. Di dalam sajadah rindu, penyair merenungkan akan kasih Tuhan yang terus mengalir dan memohon ampunan atas segala dosa yang telah dilakukan.

Puisi "Sajadah Rindu" karya Firman Fadilah adalah sebuah puisi yang mengangkat tema spiritualitas, rindu, dan hubungan manusia dengan Tuhan. Dengan menggunakan bahasa yang indah dan metafora yang kuat, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan keindahan hubungan spiritual, kekuatan doa, dan harapan akan pengampunan dari Sang Pencipta. Puisi ini adalah sebuah karya yang membangkitkan kesadaran akan keagungan Tuhan dalam kehidupan manusia dan kekuatan rindu yang mendalam dalam menghadapi tantangan hidup.

Firman Fadilah
Puisi: Sajadah Rindu
Karya: Firman Fadilah

Biodata Firman Fadilah:
  • Firman Fadilah tinggal di Tanggamus, Lampung.
© Sepenuhnya. All rights reserved.