Puisi: Kereta Azan (Karya Ahmadun Yosi Herfanda)

Puisi "Kereta Azan" karya Ahmadun Yosi Herfanda menggambarkan perjalanan spiritual dan kehidupan sehari-hari manusia dalam kaitannya dengan ...
Kereta Azan

Menuju kota impian
Aku menumpang kereta azan
Berzikir sepanjang jalan dan bertakbir
Pada tiap stasiun perhentian

Pernahkah kau pedulikan peluit kereta azan
Saat kereta tiba dan berangkat ke stasiun berikutnya
Ketika pagi tiba, mungkin kau masih lena bermimpi
Di balik selimut tebal yang menyenyakkan
kau sia-siakan kereta azan
Yang menjemputmu ke kota tujuan

Pada stasiun subuh azan menebar hikmah fajar
Pada stasiun duhur azan menebar hikmah keberadaan
Pada stasiun ashar azan menebar hikmah perjuangan
Pada stasiun magrib azan menebar hikmah kemuliaan
Pada stasiun isya azan menebar hikmah kepasrahan

Burung-burung mengepak mengikuti suara azan
Kupu-kupu menari dalam irama kemandang azan
Angin musim bertiup mengusap kereta azan
Pohon-pohon menari dalam irama kereta azan

Siapa yang tertinggal kereta azan
Akan tertangkup hidupnya dalam kegelapan
Tersuruk dalam habitat terendah kehidupan
Siapa tak mengenal peluit kereta azan
Akan mendengarnya bagai auman menakutkan
Padahal itu panggilan paling sempurna
Yang mengajak pada kebahagiaan

2018

Sumber: Kasidah Seribu Purnama (2022)

Analisis Puisi:

Puisi "Kereta Azan" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya sastra yang menggambarkan perjalanan spiritual dan kehidupan sehari-hari manusia dalam kaitannya dengan panggilan azan. Melalui metafora kereta azan, Ahmadun mengajak pembaca untuk merenungkan makna dan pentingnya menjalani kehidupan yang penuh dengan kesadaran spiritual dan penghormatan terhadap agama.

Perjalanan Menuju Kota Impian: Puisi ini dibuka dengan gambaran perjalanan menuju "kota impian" menggunakan kereta azan. Metafora kota impian menciptakan gambaran tentang kehidupan yang diharapkan dan cita-cita yang ingin dicapai. Kereta azan menjadi lambang perjalanan spiritual menuju tujuan akhir yang penuh makna.

Penghormatan terhadap Azan: Ahmadun menekankan penghormatan terhadap panggilan azan melalui perumpamaan dengan peluit kereta. Ia menyindir bahwa terlalu sering orang mengabaikan panggilan azan dan lebih memilih untuk terlena dalam kenyamanan materi atau dunia yang sementara. Hal ini mengajak pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya memperhatikan panggilan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Simbolisme Stasiun Perhentian: Setiap stasiun perhentian yang disebutkan dalam puisi ini, seperti subuh, duhur, ashar, magrib, dan isya, melambangkan waktu-waktu shalat dalam Islam. Ahmadun mengaitkan setiap waktu shalat dengan hikmah dan makna spiritual yang terkandung dalam azan, sehingga mengajak pembaca untuk memahami pentingnya menjalani kehidupan sesuai dengan ajaran agama.

Keterhubungan dengan Alam: Puisi ini juga menggambarkan keterhubungan manusia dengan alam melalui metafora burung, kupu-kupu, angin, dan pohon yang mengikuti suara azan atau kereta azan. Ini menciptakan gambaran tentang harmoni antara manusia, alam, dan agama, serta keindahan alam yang menemani perjalanan spiritual manusia.

Panggilan Kebahagiaan: Penutup puisi menekankan bahwa mereka yang mengenal dan menghormati panggilan azan akan merasakan kebahagiaan sejati. Ahmadun mengajak pembaca untuk merenungkan betapa pentingnya menjalani kehidupan dengan kesadaran spiritual dan ketaatan terhadap agama, sebagai jalan menuju kebahagiaan sejati.

Secara keseluruhan, puisi "Kereta Azan" karya Ahmadun Yosi Herfanda adalah sebuah karya sastra yang memikat dengan metafora yang kuat dan makna yang mendalam. Melalui gambaran perjalanan spiritual menggunakan kereta azan, Ahmadun mengajak pembaca untuk merenungkan pentingnya penghormatan terhadap agama dan panggilan spiritual dalam kehidupan sehari-hari.

Ahmadun Yosi Herfanda
Puisi: Kereta Azan
Karya: Ahmadun Yosi Herfanda

Biodata Ahmadun Yosi Herfanda:
  • Ahmadun Yosi Herfanda (kadang ditulis Ahmadun Y. Herfanda atau Ahmadun YH) adalah seorang penulis puisi, cerpen, esai, sekaligus berprofesi sebagai jurnalis dan editor berkebangsaan Indonesia yang lahir pada tanggal 17 Januari 1958.
  • Karya-karyanya pernah dimuat di berbagai media-media massa, semisal: Horison, Kompas, Media Indonesia, Republika, Bahana, dan Ulumul Qur'an.
© Sepenuhnya. All rights reserved.