Puisi: Orang Tak Bernegeri (Karya Nanang Suryadi)

Puisi "Orang Tak Bernegeri" karya Nanang Suryadi memperlihatkan kebingungan dan kepedihan seorang individu yang merasa tidak memiliki negara atau ....
Orang Tak Bernegeri

Di manakah negerimu?
Dia hanya menggelengkan kepala
dan menggumam demikian panjang.

Dia menandai peta dengan api
Membakar batas-batas negeri
Membakar batas-batas mimpi
Membakar segala yang mungkin terjadi
Di sini aku dilahirkan, ujarnya
dalam gumam yang sukar dipahami telinga
Kuterjemah gerak bibir dan mata: rakhine, rakhine…
Mungkin dalam kepalanya dia berkata kata:
Tuhan mencipta bumi untuk manusia seluruhnya
Namun manusia membuat batas batas negara

Di matanya kau tahu? Airmata dan debu menyatu
Serupa lukisan kesedihan yang tak pernah usai
"Sebutlah aku kanak kanak bengal.
Seperti berulang-ulang mereka ucapkan
sambil tertawa membakar masa lalu kami."

Matanya. Debu.
Gumamnya adalah arak-arakan masa lalu penuh aduh
Anak bengal anak bengal, gumamnya

Dimanakah negerimu? Tanyaku lagi
Kepalanya menggeleng
Aku merasakan dia berdiam di hatiku
Di dalam hati

Dia berdiam
Hati yang selalu menangis dalam diam
Negeri dimana dia terus bertahan

Malang, 6 September 2017

Analisis Puisi:

Puisi "Orang Tak Bernegeri" karya Nanang Suryadi adalah sebuah karya yang memperlihatkan kebingungan dan kepedihan seorang individu yang merasa tidak memiliki negara atau negeri yang dapat mereka sebut sebagai miliknya.

Identitas yang Terpinggirkan: Penyair dalam puisi ini merasa terpinggirkan dari identitas nasional atau kebangsaan. Mereka merasa tidak memiliki negara yang dapat mereka sebut sebagai rumah atau tempat bernaung. Hal ini tercermin dari kebingungan mereka dalam mencari dan memahami konsep negara.

Penghapusan Batas dan Batasan: Puisi ini menggambarkan bagaimana konsep negara sering kali menciptakan pemisahan dan konflik. Penggunaan metafora pembakaran batas-batas negara melambangkan kehancuran dan ketidakmampuan negara dalam menciptakan kesatuan dan kedamaian.

Kesedihan dan Keterasingan: Penyair dalam puisi ini mengalami rasa kesedihan dan keterasingan yang mendalam. Mereka merasa seperti anak bengal yang terus-menerus diolok-olok dan diabaikan oleh orang lain. Mata mereka diisi dengan air mata dan debu, menggambarkan kesedihan yang terus-menerus dan kehancuran yang tidak pernah selesai.

Keberadaan dalam Hati: Meskipun tidak memiliki negara yang dapat mereka sebut sebagai miliknya, penyair merasakan keberadaan "negeri" mereka dalam hati. Hal ini menggambarkan bagaimana penyair menemukan kedamaian dan identitas mereka sendiri di dalam diri mereka sendiri, meskipun dunia luar mungkin tidak mengakui hal tersebut.

Puisi "Orang Tak Bernegeri" karya Nanang Suryadi adalah sebuah ungkapan tentang kebingungan, kesedihan, dan keterasingan seseorang yang merasa tidak memiliki negara atau negeri yang dapat mereka sebut sebagai miliknya. Melalui metafora pembakaran batas negara, puisi ini mengkritik konsep pemisahan dan konflik yang sering kali dihasilkan oleh negara. Meskipun demikian, penyair menemukan kedamaian dan identitas mereka sendiri di dalam hati mereka, meskipun dunia luar mungkin tidak mengakui hal tersebut.

Puisi
Puisi: Orang Tak Bernegeri
Karya: Nanang Suryadi
© Sepenuhnya. All rights reserved.