Puisi: Pemuja Pura-Pura (Karya Nana Riskhi Susanti)

Puisi "Pemuja Pura-Pura" mengeksplorasi tema kejujuran, kebenaran, dan dukungan dalam hubungan, sambil menyoroti pentingnya kepedulian yang tulus ...
Pemuja Pura-Pura

sial!
kita berjumpa di kepedihan yang sama

di sana tak ada kursi untuk pemuja pura-pura
ayolah, bangun, dan berjalanlah ke taman kota bersamaku
akan kukisahkan kali pertama kita bertemu
ketika kau tersedu di simpang jalan itu
kau akan tersenyum
mengingat kecengenganmu
gadis manis melarikan diri
pada lampu-lampu gemerlap, etalase dan
boneka-boneka indah dalam plaza

tentu kau masih ragu padaku
pada perempuan bermata sendu
kemana-mana membawamu
dengan dongeng-dongeng masa lalu
mungkin serupa khotbah menjemukan bagimu

tapi kau harus percaya
kita akan berhasil menghentikan lara

diam-diam

Depok, 2012

Analisis Puisi:
Puisi "Pemuja Pura-Pura" karya Nana Riskhi Susanti adalah sebuah karya yang menggambarkan pertemuan dua individu yang berbagi kepedihan yang sama.

Ekspresi Kepedihan Bersama: Puisi ini dimulai dengan kata "sial!" yang mencerminkan ekspresi kekecewaan atau frustrasi. Penyair kemudian mengajak lawan bicara untuk berjumpa di kepedihan yang sama, menunjukkan bahwa mereka berdua mungkin mengalami rasa sakit atau kesulitan yang serupa.

Penolakan terhadap Pemuja Pura-Pura: Penyair menolak ide pemujaan pura-pura atau ketidakjujuran dalam hubungan. Ini mungkin merujuk pada sikap palsu atau tidak autentik dalam mencintai atau menghargai seseorang. Sebaliknya, penyair mengajak lawan bicara untuk mengalami momen yang lebih tulus dan berarti bersama.

Kenangan Bersama: Penyair mengundang lawan bicara untuk pergi ke taman kota bersama dan berbagi kenangan mereka. Mereka akan mengingat pertemuan pertama mereka, di mana penyair menyaksikan reaksi emosional lawan bicara di sebuah simpang jalan. Meskipun awalnya ragu, penyair berusaha meyakinkan lawan bicara bahwa mereka memiliki potensi untuk mengatasi penderitaan bersama.

Penyampaian dengan Bahasa yang Kuat: Puisi ini menggunakan bahasa yang kuat dan gambaran yang hidup untuk menyampaikan emosi dan pikiran penyair. Kata-kata seperti "sial!" dan "gadis manis melarikan diri" menciptakan gambaran yang kuat tentang keadaan emosional penyair dan lawan bicara.

Tema Kebenaran dan Kepercayaan: Puisi ini menyentuh tema kejujuran, kebenaran, dan kepercayaan dalam hubungan. Penyair mengajak lawan bicara untuk percaya bahwa mereka dapat menghentikan penderitaan bersama dengan kejujuran dan dukungan satu sama lain.

Kesimpulan yang Terbuka: Puisi ini berakhir dengan kata "diam-diam", memberikan kesan bahwa penyair dan lawan bicara mungkin merenungkan kata-kata dan tindakan mereka secara pribadi, tanpa memperlihatkannya kepada dunia luar.

Secara keseluruhan, puisi "Pemuja Pura-Pura" adalah sebuah puisi yang mengeksplorasi tema kejujuran, kebenaran, dan dukungan dalam hubungan, sambil menyoroti pentingnya kepedulian yang tulus dan berbagi kepedihan bersama.

Puisi Pemuja Pura-Pura
Puisi: Pemuja Pura-Pura
Karya: Nana Riskhi Susanti
© Sepenuhnya. All rights reserved.