Bangun Pagi
Analisis Puisi:
Puisi "Bangun Pagi" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang menggambarkan keindahan dan kedamaian pagi hari melalui deskripsi alam dan perasaan batin. Puisi ini terdiri dari tiga bait yang membawa pembaca pada pengalaman yang menenangkan dan penuh harapan saat bangun di pagi hari.
"ketika bangun tidur pagi itu
langit ternyata begitu biru
lembut cahaya matahari
menyerbu ruang dan hati"
Kesegaran Pagi dan Cahaya Matahari
- Langit begitu biru: Langit yang biru menggambarkan cuaca cerah dan suasana yang menenangkan. Birunya langit sering dikaitkan dengan perasaan damai dan kebahagiaan.
- Lembut cahaya matahari: Cahaya matahari yang lembut memberikan kesan hangat dan menyenangkan. Ini menunjukkan awal hari yang baik dan penuh harapan.
- Menyerbu ruang dan hati: Frasa ini menunjukkan bagaimana cahaya matahari tidak hanya menerangi ruangan fisik, tetapi juga memberikan kehangatan dan kebahagiaan ke dalam hati sang penyair.
"nyanyian burung-burung
yang berlompatan di reranting
adalah gema lagu dari lubuk kalbu
tak tertahankan lagi ini rindu"
Kegembiraan Alam dan Resonansi Batin
- Nyanyian burung-burung: Kicauan burung adalah simbol kehidupan dan kebahagiaan. Mereka menggambarkan harmoni alam dan memberikan suasana yang menyenangkan di pagi hari.
- Gema lagu dari lubuk kalbu: Nyanyian burung-burung ini dianggap sebagai gema dari hati penyair, menunjukkan resonansi antara suara alam dan perasaan batin.
- Tak tertahankan lagi ini rindu: Perasaan rindu yang kuat menggambarkan adanya seseorang atau sesuatu yang sangat dirindukan oleh penyair.
"bangun tidur pagi yang indah itu
kubuka lebar-lebar pintu dan jendela
setelah semalam jemu menunggumu
"lihatlah, ada rama-rama melepaskan sayap-sayapnya…"
Keterbukaan dan Harapan
- Pintu dan jendela: Membuka pintu dan jendela secara lebar menggambarkan keterbukaan terhadap dunia luar, terhadap harapan baru dan peluang.
- Semalam jemu menunggumu: Penyair merasa bosan dan jenuh menunggu sesuatu atau seseorang sepanjang malam. Pembukaan pintu dan jendela bisa diartikan sebagai tindakan untuk menyambut sesuatu yang diharapkan.
- Rama-rama melepaskan sayap-sayapnya: Rama-rama atau kupu-kupu sering digunakan sebagai simbol transformasi dan kebebasan. Dalam konteks ini, bisa diartikan sebagai pembebasan dari penantian dan perasaan jemu yang dirasakan sepanjang malam.
- Lihatlah: Ajakan untuk melihat ini menunjukkan antusiasme dan kegembiraan penyair dalam menemukan keindahan dan harapan baru di pagi hari.
Puisi "Bangun Pagi" karya Gunoto Saparie adalah sebuah karya yang merayakan keindahan dan ketenangan pagi hari. Melalui deskripsi alam dan suasana pagi, penyair mengajak pembaca untuk merasakan kedamaian, kebahagiaan, dan harapan baru. Setiap baitnya menggambarkan elemen-elemen alam yang indah dan bagaimana mereka beresonansi dengan perasaan batin penyair, menciptakan sebuah gambaran yang penuh dengan optimisme dan semangat baru. Puisi ini mengajarkan pentingnya menghargai momen-momen kecil dalam kehidupan dan membuka diri terhadap harapan dan kebahagiaan baru setiap harinya.
Karya: Gunoto Saparie
Biodata Gunoto Saparie:
Gunoto Saparie lahir di Kendal, Jawa Tengah, 22 Desember 1955. Pendidikan formal yang ditempuh adalah Sekolah Dasar Negeri Kadilangu, Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Pertama Negeri Cepiring, Kendal, Sekolah Menengah Ekonomi Atas Negeri Kendal, Akademi Uang dan Bank Yogyakarta, dan Sekolah Tinggi Ilmu Komunikasi Semarang. Sedangkan pendidikan nonformal Madrasah Ibtidaiyyah Islamiyyah Tlahab, Gemuh, Kendal dan Pondok Pesantren KH Abdul Hamid Tlahab, Gemuh, Kendal.
Selain menulis puisi, ia juga mencipta cerita pendek, kritik sastra, esai, kolom, dan artikel tentang kesenian, ekonomi, politik, dan agama, yang dimuat di sejumlah media cetak terbitan Semarang, Solo, Yogyakarta, Surabaya, Jakarta, Brunei Darussalam, Malaysia, Australia, dan Prancis. Kumpulan puisi tunggalnya yang telah terbit adalah Melancholia (Damad, Semarang, 1979), Solitaire (Indragiri, Semarang, 1981), Malam Pertama (Mimbar, Semarang, 1996), Penyair Kamar (Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah, Semarang, 2018), Mendung, Kabut, dan Lain-Lain (Cerah Budaya Indonesia, Jakarta, 2019), dan Lirik (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2020).
Kumpulan esai tunggalnya Islam dalam Kesusastraan Indonesia (Yayasan Arus, Jakarta, 1986). Kumpulan cerita rakyatnya Ki Ageng Pandanaran: Dongeng Terpilih Jawa Tengah (Pusat Bahasa, Jakarta, 2004).
Novelnya Selamat Siang, Kekasih dimuat secara bersambung di Mingguan Bahari, Semarang (1978) dan Bau (Pelataran Sastra Kaliwungu, Kendal, 2019) yang menjadi nomine Penghargaan Prasidatama 2020 dari Balai Bahasa Jawa Tengah.
Ia juga pernah menerbitkan antologi puisi bersama Korrie Layun Rampan berjudul Putih! Putih! Putih! (Yogyakarta, 1976) dan Suara Sendawar Kendal (Karawang, 2015). Sejumlah puisi, cerita pendek, dan esainya termuat dalam antologi bersama para penulis lain.
Puisinya juga masuk dalam buku Manuel D'Indonesien Volume I terbitan L'asiatheque, Paris, Prancis, Januari 2012. Ia juga menulis puisi berbahasa Jawa (geguritan) di Panjebar Semangat dan Jaya Baya. Ia pernah menjabat Pemimpin Redaksi Kampus Indonesia (Jakarta), Tanahku (Semarang), Delik Hukum Jateng (Semarang) setelah sebelumnya menjabat Redaktur Pelaksana dan Staf Ahli Pemimpin Umum Koran Wawasan (Semarang), Pemimpin Redaksi Radio Gaya FM (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Faktual (Semarang), Redaktur Pelaksana Tabloid Otobursa Plus (Semarang), dan Redaktur Legislatif (Jakarta). Kini ia masih aktif menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Info Koperasi (Kendal), Majalah Justice News (Semarang), dan Majalah Opini Publik (Blora).
Saat ini Gunoto Saparie menjabat Ketua Umum Dewan Kesenian Jawa Tengah (DKJT), Fungsionaris Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Jawa Tengah, Ketua III Komite Seni Budaya Nusantara (KSBN) Jawa Tengah, Ketua Umum Perkumpulan Penulis Indonesia ‘Satupena’ Jawa Tengah, dan Ketua Forum Komunikasi Wartawan Pendidikan dan Kebudayaan Jawa Tengah. Sebelumnya ia pernah menjabat Ketua Kelompok Studi Seni Remaja (KSSR) Kendal, Ketua Pelaksana Dewan Teater Kendal, Sekretaris Forum Komunikasi Studi Mahasiswa Kekaryaan (Fokusmaker) Jawa Tengah, Wakil Ketua Ormas MKGR Jawa Tengah, Fungsionaris DPD Partai Golkar Jawa Tengah, Sekretaris DPD Badan Informasi dan Kehumasan Partai Golkar Jawa Tengah, dan Sekretaris Bidang Kehumasan DPW Partai Nasdem Jawa Tengah.
Sejumlah penghargaan di bidang sastra, kebudayaan, dan jurnalistik telah diterimanya, antara lain dari Kepala Perwakilan PBB di Jakarta dan Nairobi, Ketua Persatuan Wartawan Indonesia Pusat, Menteri Perumahan Rakyat, Menteri Penerangan, Menteri Luar Negeri, Menteri Lingkungan Hidup, Pangdam IV/ Diponegoro, dan Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah.
