Saudaraku Terbunuh
Kami terlahir!!!
Kami ada!!!
Dari satu ibu!!!
Dibesarkan!!!
Dikasihi!!!
Dari satu ibu!!!
Namun kebencian memisahkan aku dari saudaraku
Tanah yang kugarap menjadi tempat perebutan kekuasaan
Saudaraku menjadi musuhku
Dia harus kubunuh
Diriku tak dapat kukuasai lagi
Diriku telah dikacaukan
Batinku menjadi kacau
Hatiku menjadi galak terhadap saudaraku
Akhirnya saudaraku terbunuh
'Ku ditanya di mana saudaramu?
'Ku menjawab apakah aku penjaganya?
Saudaraku menjadi angin lalu bagiku
Angin lalu yang tak bermakna
Inilah kegagalanku menjadi saudara
Kini 'ku menjadi pengembara yang kesepian
Melewati padang hidup yang terasa gersang
'Ku telah gagal membina hidup bersama sebagai saudara
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Saudaraku Terbunuh" karya Okto Son adalah sebuah karya yang menggambarkan konflik internal dan eksternal yang merusak hubungan saudara kandung. Dengan narasi yang kuat dan emosi yang mendalam, puisi ini mengeksplorasi tema tentang kasih sayang yang berubah menjadi kebencian, pengkhianatan, dan penyesalan.
Tema
Tema utama dalam puisi ini adalah kebencian yang menghancurkan ikatan persaudaraan dan penyesalan mendalam yang menyertainya. Puisi ini mengilustrasikan bagaimana cinta dan kasih sayang yang ditanamkan sejak kecil dapat terkikis oleh kebencian dan konflik, akhirnya membawa pada tragedi dan kesendirian.
Gaya Bahasa
Okto Son menggunakan berbagai perangkat sastra untuk menyampaikan pesan dalam puisinya:
- Kontraposisi: Penggunaan kontraposisi antara masa kecil yang penuh kasih dan masa dewasa yang dipenuhi kebencian menunjukkan perubahan drastis dalam hubungan antara kedua saudara.
- Diksi Emotif: Pilihan kata-kata seperti "kebencian," "perebutan kekuasaan," "musuh," dan "pengembara yang kesepian" memperkuat emosi negatif yang dialami oleh aku liris. Kata-kata ini menciptakan suasana yang penuh konflik dan penyesalan.
- Metafora dan Simbolisme: Tanah yang digarap sebagai "tempat perebutan kekuasaan" menjadi simbol konflik dan sumber perpecahan. Saudaraku menjadi "angin lalu" melambangkan hilangnya makna dan keberadaan saudara yang dulunya dekat dan berarti.
Makna
Puisi ini mengandung makna yang dalam tentang hubungan saudara dan dampak dari kebencian yang merusak:
- Ikatan Saudara: Puisi ini dimulai dengan menekankan hubungan dekat dan penuh kasih antara dua saudara yang tumbuh bersama. Ini menunjukkan pentingnya ikatan keluarga yang kuat dan mendasar.
- Transformasi dari Cinta ke Kebencian: Perubahan dari cinta dan kasih sayang menjadi kebencian menggambarkan betapa rentannya hubungan manusia terhadap konflik dan perselisihan. Kebencian dapat merusak ikatan yang seharusnya tidak terpisahkan.
- Penyesalan dan Kesendirian: Setelah membunuh saudaranya, aku liris merasakan penyesalan mendalam dan kesendirian yang tak tertahankan. Ini menggambarkan konsekuensi emosional dan psikologis dari tindakan kekerasan terhadap orang yang seharusnya dicintai dan dijaga.
- Kegagalan dalam Persaudaraan: Kesadaran bahwa "aku telah gagal menjadi saudara" mencerminkan introspeksi dan penyesalan mendalam atas hilangnya kesempatan untuk hidup berdampingan dalam kasih dan keharmonisan.
Puisi "Saudaraku Terbunuh" karya Okto Son adalah puisi yang menggambarkan dinamika kompleks hubungan saudara yang bisa berubah dari kasih sayang menjadi kebencian, dan akhirnya membawa pada tragedi dan penyesalan. Melalui kontraposisi dan diksi yang emotif, puisi ini menyoroti bagaimana konflik dan kebencian bisa menghancurkan ikatan yang seharusnya kuat dan penuh kasih. Pesan moral dari puisi ini mengingatkan kita akan pentingnya menjaga hubungan keluarga dengan baik dan menghindari kebencian yang dapat menghancurkan kehidupan bersama.
