Sujud Penuh Rapuh Kepada-Mu
Terima kasih kepada Pencipta, segala tawa ria, segala tangis pilu, segala rumah teduh, segala cinta melimpah, segala benci menyerbu, segala sayang yang hilang, segala rindu yang menyiksa, segala senyum yang lesu, segala sepi yang perih, segala kehilangan menyiksa atma, segala luka yang ternganga jingga, segala-galanya...
Aku sudah melangkah dari tangga pertama pada semesta, Dalam kekosongan emas pada perut ibunda, dalam kemiskinan paling parah sang ayah, dalam kesederhanaan paling sempurna ayah bunda, dalam serpihan duri-duri paling tajam dunia, dalam sengsara dan munafiknya kata cinta dari orang-orang tersayang, terima kasih selimpah-limpahnya...
Aku mau terus seperti ini, didampingi jiwa-jiwa tak bernyawa dalam kegelapan, aku mau begini-begini saja, selalu kokoh menghadapi kebodohan diri sendiri atas janji-janji paling melankolis dari mawar berduri tajam, terima kasih atas segala kisah penuh gerimis...
Aku ingin hidup seribu tahun lagi seperti kata penyair itu, aku ingin abadi dalam hari-hari hidup berabad-abad, terima kasih sudah menjadikanku sebagai manusia, terima kasih atas usia yang menepi dalam senja pada dini hari ini...
Tak ada lilin menari riang atas manisan paling indah seperti layaknya orang kaya bersyukur atas umur yang tumbuh...
Doa-doa selalu ku mazmur penuh rindu di hadirat-Mu "Tuhaaan terimalah syukur ku dalam sujud penuh rapuh malam hari ini kepada-Mu"
2024
2024
Analisis Puisi:
Puisi "Sujud Penuh Rapuh Kepada-Mu" karya Ehfrem Vyzty adalah refleksi mendalam tentang perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku emosi dan pengalaman, serta sebuah bentuk pengakuan dan syukur kepada Sang Pencipta. Melalui ungkapan yang puitis, puisi ini mengeksplorasi tema kehidupan, penderitaan, dan pengharapan.
Puisi "Sujud Penuh Rapuh Kepada-Mu" karya Ehfrem Vyzty adalah refleksi mendalam tentang perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku emosi dan pengalaman, serta sebuah bentuk pengakuan dan syukur kepada Sang Pencipta. Melalui ungkapan yang puitis, puisi ini mengeksplorasi tema kehidupan, penderitaan, dan pengharapan.
Pembukaan: Syukur dan Pengakuan
Puisi dibuka dengan ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta atas berbagai pengalaman hidup yang dialami oleh penulis. Penulis mencakup berbagai aspek emosi dan pengalaman, mulai dari kebahagiaan dan kesedihan, cinta dan kebencian, hingga kehilangan dan kesendirian. Pembukaan ini menekankan keragaman pengalaman manusia dan bagaimana semuanya adalah bagian dari rencana ilahi yang harus disyukuri.
Puisi dibuka dengan ucapan terima kasih kepada Sang Pencipta atas berbagai pengalaman hidup yang dialami oleh penulis. Penulis mencakup berbagai aspek emosi dan pengalaman, mulai dari kebahagiaan dan kesedihan, cinta dan kebencian, hingga kehilangan dan kesendirian. Pembukaan ini menekankan keragaman pengalaman manusia dan bagaimana semuanya adalah bagian dari rencana ilahi yang harus disyukuri.
Perjalanan Hidup: Dari Kelahiran hingga Kedewasaan
Bagian tengah puisi mengisahkan perjalanan hidup penulis dari masa kecil yang penuh kekurangan hingga dewasa. Penulis mengingat masa-masa sulit, termasuk kemiskinan dan kesederhanaan orang tua, serta tantangan hidup yang dihadapinya. Ungkapan "dalam serpihan duri-duri paling tajam dunia" menunjukkan betapa kerasnya perjalanan yang telah dilalui, namun tetap disyukuri sebagai bagian dari kehidupan.
Bagian tengah puisi mengisahkan perjalanan hidup penulis dari masa kecil yang penuh kekurangan hingga dewasa. Penulis mengingat masa-masa sulit, termasuk kemiskinan dan kesederhanaan orang tua, serta tantangan hidup yang dihadapinya. Ungkapan "dalam serpihan duri-duri paling tajam dunia" menunjukkan betapa kerasnya perjalanan yang telah dilalui, namun tetap disyukuri sebagai bagian dari kehidupan.
Keinginan untuk Kekekalan
Penulis kemudian mengungkapkan keinginan untuk hidup abadi, mengutip penyair yang ingin hidup seribu tahun lagi. Ini mencerminkan kerinduan manusia akan keabadian dan keinginan untuk terus hidup meski menghadapi berbagai tantangan. Penulis bersyukur atas hidup yang diberikan dan ingin menghargai setiap momen yang ada, meski dalam kesulitan.
Penulis kemudian mengungkapkan keinginan untuk hidup abadi, mengutip penyair yang ingin hidup seribu tahun lagi. Ini mencerminkan kerinduan manusia akan keabadian dan keinginan untuk terus hidup meski menghadapi berbagai tantangan. Penulis bersyukur atas hidup yang diberikan dan ingin menghargai setiap momen yang ada, meski dalam kesulitan.
Pengakuan Terakhir: Doa dan Sujud
Bagian penutup puisi adalah pengakuan yang penuh dengan rasa syukur dalam bentuk doa kepada Tuhan. Penulis menyampaikan rasa syukur yang mendalam, meski merasa rapuh. Sujud di malam hari menjadi simbol penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta, mengakui kelemahan manusia di hadapan kebesaran-Nya.
Bagian penutup puisi adalah pengakuan yang penuh dengan rasa syukur dalam bentuk doa kepada Tuhan. Penulis menyampaikan rasa syukur yang mendalam, meski merasa rapuh. Sujud di malam hari menjadi simbol penyerahan diri sepenuhnya kepada Sang Pencipta, mengakui kelemahan manusia di hadapan kebesaran-Nya.
Gaya Bahasa dan Struktur
Ehfrem Vyzty menggunakan gaya bahasa yang kaya dengan metafora dan simbolisme untuk menggambarkan pengalaman hidup dan perasaannya. Penggunaan kata-kata seperti "kekosongan emas pada perut ibunda" dan "duri-duri paling tajam dunia" memberikan kedalaman pada makna yang disampaikan. Struktur puisi yang terdiri dari aliran pikiran dan perasaan yang mengalir tanpa henti menambah keindahan dan kompleksitas puisi ini.
Ehfrem Vyzty menggunakan gaya bahasa yang kaya dengan metafora dan simbolisme untuk menggambarkan pengalaman hidup dan perasaannya. Penggunaan kata-kata seperti "kekosongan emas pada perut ibunda" dan "duri-duri paling tajam dunia" memberikan kedalaman pada makna yang disampaikan. Struktur puisi yang terdiri dari aliran pikiran dan perasaan yang mengalir tanpa henti menambah keindahan dan kompleksitas puisi ini.
Tema Utama
Tema utama dari puisi ini adalah syukur dan pengakuan terhadap perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan. Penulis mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari perspektif yang lebih luas, memahami bahwa setiap pengalaman, baik suka maupun duka, adalah bagian dari rencana yang lebih besar dan harus disyukuri.
Puisi "Sujud Penuh Rapuh Kepada-Mu" adalah sebuah puisi yang mendalam dan reflektif, menggambarkan perjalanan hidup penulis dengan segala liku-likunya. Melalui ungkapan syukur dan doa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri dan menemukan kekuatan dalam rasa syukur meski dalam kondisi yang rapuh. Puisi ini memperlihatkan bahwa dalam kerapuhan dan kelemahan manusia, terdapat kekuatan yang luar biasa ketika kita berserah diri kepada Sang Pencipta.
Puisi ini mengingatkan kita bahwa setiap pengalaman hidup, baik yang indah maupun yang pahit, adalah bagian dari perjalanan yang harus dihargai dan disyukuri. Ehfrem Vyzty berhasil menyampaikan pesan ini dengan bahasa yang indah dan penuh makna, membuat puisi ini menjadi karya yang menginspirasi dan menyentuh hati.
Biodata Ehfrem Vyzty:- Ehfrem Vyzty lahir pada tanggal 9 Juni 2003 di Manggarai, Flores, NTT.
- Ehfrem Vyzty pernah mengikuti lomba cipta puisi di berbagai media dan telah mendapatkan sertifikat sebagai penulis terbaik. Beberapa puisi maupun cerpennya telah dibukukan.
- Ehfrem Vyzty merupakan siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.
- Buku perdananya bertajuk “Melukismu dalam Aksara” telah diterbitkan beberapa waktu yang lalu oleh penerbit JSI. Buku berikutnya akan diterbitkan dalam waktu dekat.
Tema utama dari puisi ini adalah syukur dan pengakuan terhadap perjalanan hidup yang penuh dengan tantangan. Penulis mengajak pembaca untuk melihat kehidupan dari perspektif yang lebih luas, memahami bahwa setiap pengalaman, baik suka maupun duka, adalah bagian dari rencana yang lebih besar dan harus disyukuri.
Puisi "Sujud Penuh Rapuh Kepada-Mu" adalah sebuah puisi yang mendalam dan reflektif, menggambarkan perjalanan hidup penulis dengan segala liku-likunya. Melalui ungkapan syukur dan doa, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan kehidupan mereka sendiri dan menemukan kekuatan dalam rasa syukur meski dalam kondisi yang rapuh. Puisi ini memperlihatkan bahwa dalam kerapuhan dan kelemahan manusia, terdapat kekuatan yang luar biasa ketika kita berserah diri kepada Sang Pencipta.
Puisi ini mengingatkan kita bahwa setiap pengalaman hidup, baik yang indah maupun yang pahit, adalah bagian dari perjalanan yang harus dihargai dan disyukuri. Ehfrem Vyzty berhasil menyampaikan pesan ini dengan bahasa yang indah dan penuh makna, membuat puisi ini menjadi karya yang menginspirasi dan menyentuh hati.
Biodata Ehfrem Vyzty:
- Ehfrem Vyzty lahir pada tanggal 9 Juni 2003 di Manggarai, Flores, NTT.
- Ehfrem Vyzty pernah mengikuti lomba cipta puisi di berbagai media dan telah mendapatkan sertifikat sebagai penulis terbaik. Beberapa puisi maupun cerpennya telah dibukukan.
- Ehfrem Vyzty merupakan siswa SMAK Seminari St. Yohanes Paulus II Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.
- Buku perdananya bertajuk “Melukismu dalam Aksara” telah diterbitkan beberapa waktu yang lalu oleh penerbit JSI. Buku berikutnya akan diterbitkan dalam waktu dekat.
