Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Bukalah Kran (Karya Sobron Aidit)

Puisi "Bukalah Kran" karya Sobron Aidit menggambarkan seruan mendalam untuk mengatasi ketakutan dan ketidakberanian yang telah lama menghambat ...
Bukalah Kran

Ketakutan demi ketakutan
membalut jiwa-raga puluhan tahun
masih adakah sisa keberanian
mengalir dalam darah-nadi
atau beku tersumbat
karena terlalu lama macet?

Bukalah kran
lepaskan sedikit keberanian
agar kita dapatkan yang dulu-dulu itu
lagi pula tanpa keberanian
takkan mungkin ada hari-depan
jadi orang tak perlu mahal-mahal
sewajarnya, yang normal-normal
itupun sudah cukup terpuji!

Paris, 11 November 1999

Analisis Puisi:

Puisi "Bukalah Kran" karya Sobron Aidit menggambarkan seruan mendalam untuk mengatasi ketakutan dan ketidakberanian yang telah lama menghambat kehidupan. Dengan bahasa yang lugas dan simbolis, puisi ini mengungkapkan keinginan untuk membebaskan diri dari belenggu ketakutan dan meraih kembali keberanian yang telah lama hilang.

Ketakutan dan Hambatan

Puisi ini dibuka dengan pernyataan tentang "Ketakutan demi ketakutan / membalut jiwa-raga puluhan tahun," yang menunjukkan bagaimana ketakutan berkepanjangan telah menghambat dan membatasi kehidupan seseorang. Frasa ini mencerminkan dampak mendalam dari ketakutan yang telah mengakar lama dalam jiwa dan raga, sehingga sulit untuk bergerak maju atau meraih perubahan. Pertanyaan "masih adakah sisa keberanian / mengalir dalam darah-nadi" mengekspresikan keraguan tentang adanya keberanian yang tersisa setelah bertahun-tahun mengalami ketakutan yang menghambat.

Seruan untuk Pembebasan

"Bukalah kran" adalah perintah yang simbolis untuk mengalirkan kembali keberanian yang mungkin telah membeku atau terhambat. Istilah "kran" di sini berfungsi sebagai metafora untuk sumber keberanian yang harus dibuka agar dapat mengalir bebas. "Lepaskan sedikit keberanian / agar kita dapatkan yang dulu-dulu itu" menunjukkan keinginan untuk mendapatkan kembali kualitas dan semangat yang pernah ada, tetapi sekarang sulit dijangkau karena ketakutan dan hambatan yang berkepanjangan.

Harapan untuk Masa Depan

Sobron menyatakan keyakinannya bahwa tanpa keberanian, "takkan mungkin ada hari-depan." Keberanian dianggap sebagai syarat utama untuk menghadapi masa depan dan meraih kehidupan yang lebih baik. Frasa "jadi orang tak perlu mahal-mahal / sewajarnya, yang normal-normal / itupun sudah cukup terpuji!" menunjukkan bahwa memiliki keberanian untuk menjalani kehidupan yang wajar dan normal adalah pencapaian yang terhormat dan memadai.

Puisi "Bukalah Kran" karya Sobron Aidit adalah seruan yang kuat untuk membebaskan diri dari ketakutan yang telah lama membelenggu dan meraih kembali keberanian. Dengan bahasa yang sederhana namun penuh makna, puisi ini mengajak pembaca untuk merenungkan bagaimana ketakutan dapat menghambat kemajuan dan bagaimana keberanian dapat membuka jalan menuju masa depan yang lebih baik. Sobron mengungkapkan harapan untuk kebangkitan semangat dan normalitas dalam kehidupan sehari-hari, menegaskan bahwa keberanian, meskipun sederhana, adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang lebih berarti.

"Puisi: Bukalah Kran"
Puisi: Bukalah Kran
Karya: Sobron Aidit
© Sepenuhnya. All rights reserved.