Aceh sedang tidak baik-baik saja.

Puisi: Edan (Karya Rachmat Djoko Pradopo)

Puisi "Edan" karya Rachmat Djoko Pradopo menyoroti keterasingan, kepura-puraan, dan ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan.
Edan

orang-orang pada edan sebab yang paling
                    baik adalah edan
kalau tidak edan orang akan telanjang bulat
                    di depan orang edan
nah, kau tak mau edan?
                    itu namanya edan!
semua orang edan kok tidak mau edan

nah, begitu: bagus jadi orang edan!
halo! apakah kau belum edan kawan
sini! jadi orang edan
        agar tak disangka edan!
oleh orang edan yang telanjang bulat
menari-nari di jalan-jalan

16 Mei 1989

Sumber: Aubade (1999)

Analisis Puisi:

Puisi "Edan" karya Rachmat Djoko Pradopo merupakan sebuah karya satir yang tajam dan provokatif, mengeksplorasi tema keterasingan, absurditas sosial, dan keterasingan individu dalam masyarakat. Melalui penggunaan bahasa yang repetitif dan ironis, puisi ini mengungkapkan komentar sosial yang mendalam tentang kondisi manusia dan norma sosial.

Tema dan Makna Puisi

  • Satir Sosial dan Ironi: Puisi ini memanfaatkan "edan" (yang berarti gila atau tidak waras dalam bahasa Indonesia) sebagai motif sentral untuk menyampaikan kritik sosial. Penulis mengajukan ide bahwa menjadi "edan" adalah yang terbaik, dan ironisnya, semua orang secara tidak sadar sebenarnya sudah "edan," tetapi enggan mengakuinya: "orang-orang pada edan sebab yang paling baik adalah edan" Ironi muncul ketika penulis mengungkapkan bahwa jika seseorang tidak menjadi "edan," maka mereka akan telanjang bulat di depan orang yang "edan." Ini menggambarkan absurditas situasi sosial di mana norma dan ekspektasi masyarakat saling bertentangan dan membingungkan: "kalau tidak edan orang akan telanjang bulat di depan orang edan"
  • Kritik terhadap Keterasingan dan Kepura-puraan: Puisi ini juga menyoroti bagaimana keterasingan dan kepura-puraan menjadi bagian dari kehidupan sosial. Penulis mengajak pembaca untuk merenungkan peran mereka dalam masyarakat dan ketidakmampuan mereka untuk mengakui kenyataan: "nah, kau tak mau edan? itu namanya edan!" Melalui pernyataan ini, penulis menunjukkan bahwa ada keanehan dan keterasingan dalam cara orang berfungsi di masyarakat, di mana pengakuan atas absurditas keadaan menjadi bentuk penyesalan yang terabaikan.
  • Eksposisi Keterasingan Individu: Penulis menggunakan citra "orang edan yang telanjang bulat menari-nari di jalan-jalan" untuk menggambarkan betapa keterasingan dan ketidakberdayaan individu dapat menjadi pemandangan umum yang terabaikan atau bahkan dianggap normal: "oleh orang edan yang telanjang bulat menari-nari di jalan-jalan" Citra ini memperlihatkan keterasingan dan eksklusi yang dialami individu dalam masyarakat, serta betapa sulitnya untuk benar-benar memahami atau terhubung dengan norma sosial yang ada.

Gaya Bahasa dan Struktur

Gaya bahasa puisi ini sangat langsung dan repetitif, yang menambah intensitas dan urgensi dari pesannya. Penggunaan repetisi kata "edan" menciptakan ritme yang menguatkan kesan kekacauan dan absurditas. Struktur puisi yang sederhana namun kuat ini memperjelas kritik sosial yang disampaikan oleh penulis.

Repetisi frasa seperti "halo! apakah kau belum edan kawan" dan "sini! jadi orang edan" menggambarkan desakan penulis untuk menyadari dan menerima ketidakberesan sosial yang ada. Kesederhanaan struktur dan bahasa menekankan kekuatan pesan yang ingin disampaikan.

Puisi "Edan" karya Rachmat Djoko Pradopo adalah karya satir yang tajam dan mendalam, mengkritik absurditas sosial dan keterasingan individu dalam masyarakat. Melalui penggunaan bahasa yang repetitif dan ironis, puisi ini menyoroti keterasingan, kepura-puraan, dan ketidakmampuan untuk menghadapi kenyataan. Karya ini mengundang pembaca untuk merenungkan norma sosial dan bagaimana individu menanggapi dan beradaptasi dengan absurditas yang ada di sekitar mereka.

Puisi Rachmat Djoko Pradopo
Puisi: Edan
Karya: Rachmat Djoko Pradopo

Biodata Rachmat Djoko Pradopo:
  • Rachmat Djoko Pradopo lahir pada tanggal 3 November 1939 di Klaten, Jawa Tengah.
  • Rachmat Djoko Pradopo adalah salah satu Sastrawan Angkatan '80.
© Sepenuhnya. All rights reserved.